Selasa, 25 Oktober 2005

SAJAK-SAJAK S SAIFUL RAHIM


SAH SAIFUL RAHIM lahir di Jakarta tanggal 28 Oktober 1940 dari keluarga yang taat melaksanakan syariat agama. Ayahnya, Haji Abdul Rahim, adalah seorang ulama atau mualim--menurut istilah masyarakat Betawi. Demikian pula para leluhurnya dari garis ayah. Kakeknya dari garis ibu adalah saudagar batik pada zamannya. Karena itu, dia selalu merasa bisa melihat perbandingan manfaat kekayaan materi [yang dimiliki leluhurnya dari garis ibu] dengan kekayaan ilmu [yang dimiliki leluhurnya dari garis ayah]. Sehingga, dia menjadi 'kutu buku'.

       Pendidikan Saiful Rahim boleh dikata otodidak. Dia cuma sempat menamatkan Sekolah Rendah [kini Sekolah Dasar] dan madrasah Ibtida'iyah. Sedangkan kegiatan tulis-menulis sudah dilakukan sejak masa kanak-kanak. Kebetulan sejak sebelum duduk di bangku sekolah dia sudah pandai baca-tulis. Tulisannya yang berupa puisi sudah dimuat di rubrik anak-anak harian Berita Indonesia ketika dia baru duduk di kelas lima Sekolah Rendah.


       Sastrawan Ajib Rosidi adalah orang yang membina dan mendorongnya memulai karier sebagai penulis sajak dan cerpen. Sedangkan Zulharmans [alm] adalah orang yang memperkenalkan dunia jurnalistik kepadanya. Tokoh PWI itu mengangkat Saiful menjadi wartawan dan [kemudian] redaktur mingguan Hari Minggu bersama almarhum Ismed M Noor. Di sana Saiful membina karier sampai surat kabar itu dilarang terbit dan Zulharmans dijebloskan ke  penjara oleh Orde Lama.


       Selain telah menulis banyak buku, Saiful juga telah menulis sebuah skenario film. Sebuah sketsa satirenya mengenai figuran film, Matt Skrip, yang pernah dimuat berseri di sebuah majalah, telah pula dibeli oleh sebuah rumah produksi--konon akan dituangkan ke dalam sinetron seri.


      Sah Saiful Rahim pernah beberapa kali menjadi juri pemilihan The Best Actor & Actress yang diselenggarakan PWI Jaya; beberapa kali menjadi juri Festival Film Indonesia, dan juri Festival Sinetron Indonesia; juga pernah menjadi anggota juri ASEAN Festival Pop Song di Bangkok.


      Selaku wartawan, Saiful pernah menjadi anggota pengurus PWI Jaya selama dua periode dan pernah pula mendapat penghargaan Anugerah Pers Penegak Pancasila.    

 

                       di depan ka'bah

 

ingin kubaringkan hati
damai di sini
tapi tercecer
jauh di luar

 

ingin kupakukan iman
di multazam
agar tak malu aku pada tuhan
menjadi imam
istri dan anak-anak sekalian
tapi betapa imanku rapuh
luruh sebelum tersentuh

 

aku cuma bisa berputar dan berputar
di sekeliling ka'bah
tak sedikit pun bisa singgah
ya Allah, peganglah hatiku
yang datang dari jauh
beribu-ribu kilometer dari ka'bah
agar sejenak bisa singgah
sekadar melepas lelah

 

baringkan hatiku
pada dataran ridla-Mu
---------------------------------

 

dari masjid ke hati

 

telah kucari Kau
dari sudut masjid sampai sudut hati
dari tempat tawaf sampai tempat sa'i
dari tegak, rukuk, sampai sujud ini
tapi kelewat kecil aku
untuk bisa melihat-Mu

---------------------------------

 

                                           di masjid haram

 

berlari-lari aku di mas'a
mengejar ridla tinggalkan dosa
kuatkan kaki dan hatiku, ya Allah
untuk terus bisa begini
sampai jauh di luar bait-Mu ini
---------------------------------------

 

doa (I)

 

berapa pun banyak langkah tawafku
takkan sebanyak dosa-dosaku
tinggal lagi kemurahan-Mu
yang bisa mengikis semua itu

 

doa (II)

 

aku ingin membimbing tangannya
mengelilingi ka'bah meniti mas'a
tersimpuh di arafah, jumrah di mina
iktikaf di rawadlah mengikis semua dosa
perkenankan kiranya
ya Allah

------------

 

            antara mekah-medinah

 

sepi yang panjang
batu menutup gunung
kering sepanjang jalan

 

angin berpusing
puting beliung
ya Allah, bagaimana utusan-Mu
dulu di atas unta membelah mentari
demi menanam benih
iman di hati kami

-------------------------

 

di mina

 

kulontar lagi jamarat, kulontar lagi
batu bertubi energi habis
tapi setan dalam diri
tak tertepis

-----------------


                                         arafah

 

inilah gambaran jalan pulang
tanah lapang tanpa mata angin
kompasnya iman
tawhid, takwa, dan keikhlasan
apakah satu saja di antaranya
padaku ada?

-------------------

 

                                   mas'a

 

berlari aku di mas'a
dari siapa mengejar apa

 

terik di balik tembok
di balik beton nun di sana
sedang antara safa dan marwah
aku dipeluk sejuk
a.c. ribuan watt

 

panas yang membakar
kerongkongan ismail dan hajar
di mas'a telah lama pudar
tapi sehabis sa'i senantiasa kurasa
akulah pahlawan perkasa
yang menang lebih dari kurusetra
lebih dari ismail lebih dari hajar
astaga
kiranya setan masih juga
bertahta dalam dada

Jumat, 14 Oktober 2005

Musashi

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Eiji Yoshikawa
Musashi

Mungkin kita pernah mendengar nama ini.
Yah, Novel ini bercerita tentang samurai dengan pedang kembarnya yang terkenal itu. Alur/plot nya cukup bagus walaupun untuk sebagian orang akan terlihat membingungkan. Penokohan juga bagus, sehingga kita bisa sedikit lebih tahu tentang sifat dan watak orang jepang pada umumnya (terutama jaman keshogunan).
Tapi bagi mereka yang tertarik pada olahraga beladiri mungkin akan sedikit kecewa karna Musashi "hampir" tidak bercerita sedikitpun tentang teknik bermain pedang. Misalnya "seperti apa jurus pedang kembar itu?", bagaimana kojiro sasaki menggunakan teknik "menetak burung layang-layang?", dan lain-lain.