Senin, 25 Desember 2006

Kuliah yang Aneh : Cara Mudah Berpoligami dengan Mengakal-akali Istri yang Lugu Sekali

 


Kali ini saya ingin turut menulis tentang poligami, mungkin sedikit terlambat tapi tak apalah. Saya tahu bahwa sudah banyak MPer’s yang membahas tema ini. Ada yang meninjau dari sudut agama, moral, kelemahan, kelebihan, serta berbagai pro dan kontranya. Jadi agar tidak membosankan saya mencoba berbagi pengalaman saja, tentang cara mudah agar diijinkan berpoligami.


 


Kebetulan, minggu lalu pak dosen manajemen membagikan pengalamannya, beliau bercerita tentang temannya sesama pengusaha yang sukses berpoligami dengan empat istri tanpa menimbulkan konflik yang berarti. Padahal keempatnya tinggal dalam satu rumah.


 


Dalam berpoligami paling tidak ada beberapa syarat yang harus kita penuhi diantaranya adalah : Bisa berlaku adil, mempunyai kecukupan rizki, tidak dilakukan dengan niat menyakiti, dan lain sebagainya. Tapi masalahnya walaupun syarat tersebut dirasa bisa dipenuhi, terkadang masih ada yang menghalangi yaitu sulitnya mendapat ijin dari istri.


 


Dalam manajemen pemasaran ada satu hal yang harus kita perhatikan dalam menjaring konsumen yaitu “segmentasi”. Artinya harus tahu segmen kita seperti apa. Contohnya saat membuka sebuah restoran mie yang mewah yang harganya cukup mahal, paling tidak konsumen kita adalah mereka yang tergolong kaya. Apakah hanya itu..? Ternyata tidak. Orang kaya tersebut haruslah suka makan mie. Lalu..? Dia juga harus berdomisili di kota dimana restoran tersebut berdiri. Kemudian..? Masih banyak lagi, silahkan anda cari sendiri.


 


Sebenarnya teori segmentasi cukup mudah dipahami, sayangnya hanya sedikit orang yang berusaha untuk mengembangkan teori tersebut kedalam ruang lingkup yang lebih luas. Contohnya adalah pengusaha yang akan saya ceritakan.


 


Alkisah ada seorang pengusaha besar yang ingin berpoligami. Masalah bisa adil atau tidak itu urusan nanti yang penting dia harus mendapat ijin dari istri. Kenapa..? Karena perusahaan yang dia pimpin adalah warisan dari mertua, jika sang istri tidak setuju dan minta cerai kemungkinan besar dia akan kehilangan beberapa perusahaannya. Karena itulah dia mencari trik-trik berdasarkan teori manajemen.


 


Triknya sederhana, dia mengkondisikan seolah-olah perusahaan sedang berada di ambang kebangkrutan. Lalu dia berkata kepada istrinya bahwa setelah bertanya ke orang pintar, satu-satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan adalah dengan menikah lagi. Itu adalah syarat yang tidak bisa diganggu gugat. Alasannya…? Sama sekali tidak ada karena biasanya berita dari dunia ghaib seringkali datang tanpa disertai alasan. Akhirnya dengan berat hati si istri pun mengijinkan.


 


Tak berapa lama ternyata si pengusaha mulai ketagihan. Lagi-lagi dia ingin menambah istri. Trik yang digunakan masih sama. Perusahaan dibuat mengalami sedikit peningkatan tapi masih berada dalam situasi yang rawan. Kemudian dia berkata bahwa agar perusahaan lebih cepat pulih maka istrinya harus ditambah satu lagi. Bagaimana reaksi istri pertama..? Tentu kaget. Tapi dia terlanjur mempercayai ucapan sang suami sebab sudah terbukti bahwa setelah menikah lagi perusahaan mulai membaik. Ijin dikeluarkan. Istri kedua pun setali tiga uang.


 


Cukupkah..? Ternyata tidak. Karena bosan menikah dengan perempuan paruh baya dia pun ingin mempunyai istri yang lebih muda. Sayangnya dia masih menggunakan trik yang sama sehingga ketiga istrinya mulai curiga. Untunglah istri pertama dan kedua tidak banyak mengeluh karena mereka sudah terbiasa merasakan pahitnya dimadu, tapi tidak begitu dengan istri ketiga yang ternyata mempunyai kecerdasan diatas rata-rata. Apalagi sang suami sudah keterlaluan karena calon istrinya ini ternyata masih berusia 17 tahun sehingga lebih pantas dijadikan cucu.


 


Masalah pun mulai timbul, istri ketiga mau memberi ijin tapi dengan satu syarat bahwa setelah menikah selama tiga bulan istri muda ini harus diceraikan. Bukankah sang orang pintar hanya berkata bahwa satu-satunya solusi untuk memulihkan perusahaan adalah dengan menikah lagi..? Jadi kalau syarat orang pintar tersebut sudah dipenuhi, tidak jadi masalah kalau istri tersebut langsung diceraikan. Yang penting kan sudah menikah. Sang pengusaha menerima syarat tersebut. Cerai atau tidaknya urusan nanti, bisa di akal-akali. 


 


Sayangnya istri ketiga tidak menyangka bahwa sang suami ternyata lebih pintar, namanya juga pengusaha besar. Tiga bulan setelah menikah ketiga istrinya menuntut agar istri keempat segera diceraikan. Tapi dengan entengnya si suami menjawab :


 


“Diceraikan..? Kok tega sih..? Dia kan sedang hamil muda, apa kalian tidak punya rasa kasihan sedikitpun..? Bagaimana jika kalian yang hamil muda, lalu saya ceraikan begitu saja..? Bagaimana perasaan kalian..?”


 


Glek.., ketiga istri pun diam. Tanpa bisa berargumen apa-apa. Sang suami tersenyum puas. Dia sudah berusia lanjut, hanya mampu untuk mempunyai empat istri jadi tidak perlu mencari trik baru untuk menikah lagi.


 


Lalu apa hubungannya dengan segmentasi..? Sangat erat. Dalam kasus ini sang suami mempertimbangkan bahwa :




  • Istri pertama (yang dibesarkan dalam buaian harta) tidak akan mampu bertahan hidup tanpa kekayaannya. Dia lebih memilih untuk dimadu daripada hidup miskin.


  • Istri kedua merasa bahwa dia telah menyakiti istri pertama. Jadi paling tidak dia juga harus rela jika dirinya dimadu.


  • Istri ketiga pun sama namun dia tidak terima jika sang suami seenaknya memperistri daun muda yang masih bau kencur. Itu keterlaluan namanya. Jadi dia hanya mau memberikan ijin dengan satu syarat yang harus dipenuhi.


  • Sang suami sadar bahwa dia harus mempertimbangkan perbedaan antara istri ketiga dengan dua istri lainnya. Dia pun mencari solusi untuk mengatasi permasalahan ini.


  • Untungnya istri keempat sedang dalam masa subur, jadi bisa diperkirakan bahwa beberapa saat setelah menikah dia akan hamil. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh suami. Dijadikan alasan agar tidak bisa bercerai.

Begitulah, teori segmentasi harus bisa kita aplikasikan pada berbagai bidang kehidupan. Bukan hanya untuk sukses berpoligami, tapi juga sukses dalam segala hal.


 


 


Togie de lonelie


Purwokerto, Desember 2006


Dinihari

Rabu, 20 Desember 2006

Sebenarnya Aku Seorang Pembunuh



Kuambil golok yang tergeletak diatas meja, sudah berkarat tapi masih terlihat tajam. Lalu kubawa ke dapur dan kuasah disana. Srek.. srek.., begitu bunyinya. Terdengar begitu ritmis, bak penyanyi muda yang melantunkan lagu melankolis. Selesai kuasah, kugoreskan mata golok ke ujung jari untuk memastikan bahwa senjata ini sudah cukup tajam. Tapi akibatnya...

"SRAAKKK…!!!"

Uhh, jariku tergores. darah mengalir deras. Perih, sakit, tapi kutahan. "Mangsamu kali ini akan lebih sakit Gie, paling tidak kamu harus tahu apa yang mereka rasakan". Ku coba tuk pejamkan mata. Terbayang tubuh mereka yang terbacok berlumur darah. Menggeliat menahan sakit. Berusaha lari agar tetap hidup dan akhirnya mati. Untuk sesaat muncul rasa kasihan, lalu kutepis. Mereka harus mati oleh tanganku sendiri. Sadis..? Memang. Tapi itulah aku, Togie.

Perlahan-lahan darah hanya tinggal tetesan, dan golok pun kusimpan. Kuhabiskan hari di beranda rumah, merenung, menguatkan hati. Paling tidak ada puluhan nyawa yang harus melayang malam ini, dan itu cukup membebani. Bagi seorang pembunuh sekalipun.

Malam menjelang, gerimis turun tidak begitu deras lalu berhenti. Kuambil golok, senter, penutup kepala dan peralatan lainnya. Setelah kegelapan menyelimuti bumi aku berkumpul dengan rekan-rekan yang lain, rekan yang akan bermandi darah sama sepertiku.

Dari jembatan di perbatasan desa kami berangkat, menyusuri pematang sawah, menerobos kebun, menyeberang sungai, lalu mendaki gundukan tanah yang cukup tinggi. Tibalah kami ditempat pembantaian. Sawah yang begitu luas membentang dihadapan kami. Dalam kegelapan terlihat puluhan korban yang sedang bersenda gurau, tanpa sadar bahwa ajal sedang menanti. Kami pun membagi tugas. Mereka dibawah sana jumlahnya jauh lebih banyak, jika kami menyerang sekaligus banyak diantara mereka yang dapat menyelamatkan diri. Karena itu kami harus berpencar, menghadang, membacok, membinasakan, dan mencabut nyawa siapa pun yang berusaha lari. Ha..ha.., mahluk tak berdaya seperti mereka bisa apa..? Tak mungkin dapat menghadapi kami. Selanjutnya kami pun berpencar.

Tiga puluh menit kemudian golok yang diasah tajam sejak pagi sudah berwarna merah oleh darah, amis, anyir. Seperti yang telah diduga, para mahluk tak berdaya ini hanya bisa meratap, tanpa sedikitpun memberikan perlawanan. Karena itulah tugasku jadi semakin mudah, hanya tinggal mencari mangsa yang sedang bersembunyi, mengendap-endap lalu "CROOTTT" nyawa pun melayang.

Akan tetapi lambat laun mulai timbul keanehan, mangsa yang tadinya begitu banyak seakan-akan menghilang. Sepertinya mereka telah mempersiapkan tempat persembunyian atau markas rahasia dan menunggu kesempatan untuk melawan kami. Ah, ini tak boleh terjadi. Mereka harus dibinasakan sebelum sempat mempersiapkan perlawanan. Akupun berjalan dengan tergesa-gesa, menyeruak lumpur sedalam lutut sambil mengamati keadaan sekeliling. Hingga kulihat sosok itu, sosok yang hampir membuatku berteriak terkejut.

Kulihat satu mangsa yang akan kembali meregang nyawa. dan dia sedang bersembunyi, Membenamkan dirinya dalam lumpur, berhadap agar tak pernah ditemukan oleh kami. Tapi harapan itu sia-sia belaka. Pelan-pelan kudekati dia, kugenggam golok dengan erat, kuangkat tinggi-tinggi lalu kuayunkan sekuat-kuatnya, seakan-akan baju zirahpun pasti akan terbelah oleh ayunan ini. Ya, dia pasti mati, hingga kemudian :

“HAII, SEDANG APA KAMU...?"

Sial, pak tani. Aku kaget, ayunanku melenceng. Mangsa yang tadi bersembunyi pun tersadar, dan lari menyelamatkan diri. Sialnya lagi, pak tani berjalan menghampiri lalu bertanya :

"Kamu sedang apa malam-malam begini, pake bawa golok segala. Mau macam-macam hah..? Punya niatan tidak baik..?”

GRRHHH, gawat dia mulai curiga. jangan-jangan perbuatan kami diketahui.

Golok pun kugenggam semakin erat. Jarak kami hanya satu langkah. Dengan satu ayunan saja, golok ini pasti mengenai tubuhnya. Tapi, ah.. bukankah seorang pembunuh profesional hanya boleh menghabisi sasarannya, tanpa melibatkan pihak yang tak berdosa.

"Ma.. maaf pak.. tadi anu.., itu.. mm.."

"Ya sudah. pergi sana. besok sawah ini mau saya tanami, jadi jangan diinjak-injak"

Akupun pergi. Untung para korban sudah kami amankan, kami masukkan kedalam kantung-kantung yang telah disiapkan. kalau tidak...?

Menjelang subuh, kami, para pembunuh ini beranjak pulang. Melangkah lunglai, badan penuh lumpur, tangan berlumuran darah. Kami berjalan melewati rute yang tadi dilalui. Sesampainya dirumah, kuletakkan golok di tepi sumur, golok yang sudah berwarna merah. Besok saja aku cuci, aku capek, ingin istirahat. Tapi sebenarnya jiwaku lebih capek. Aku merasa berdosa.

Beberapa menit kemudian, saat masih merenung sambil menatap langit-langit dapur bapak datang menemui, menepuk bahu, menatapku dengan pandangan berwibawa. Ah, seorang bapak memang selalu mengerti apa yang dirasakan anak lelakinya. Dan tampaknya dugaan itu tepat. Terlebih lagi saat beliau bertanya :

“Istirahat dulu nak. mungkin kamu capek. Gimana ngobornya..? Dapat..? Seharusnya di musim seperti ini belut lagi banyak-banyaknya. Bapak denger di sawah deket terminal ada banyak.”

“Iya pak, tadi juga saya ngobor disana. Tuh dapet satu kantong kain. Ada dua kilo kali ya? Harusnya sih dapat lebih banyak lagi pak. Sayang tadi dimarahi pak tani. Katanya sawahnya mau ditanami jadi tidak boleh diinjak-injak.”

“Haha.., gak ada hubungannya gie. Sawah disitu memang banyak belutnya, kali aja pak tani pingin ngobor juga.”


Ah.., iya. Tapi tak apalah, cuekin saja. Apalagi sudah terbayang harumnya aroma belut goreng yang akan kusantap besok pagi. Gurihnya, renyahnya, KRIUUKKK... Hmm.., SEDAAAPPP...!!! Seorang pembunuh pun pasti pernah ingin makan belut goreng. Betul kan..?



*Cerita ini hanya fiksi belaka, sama sekali tidak bisa dipercaya

Purwokerto, 18 Desember 2006
Togie de Lonelie





Senin, 18 Desember 2006

Pring Pethuk (Bambu Silang)

Category:   Furniture

Dicari bambu dengan ranting yang menyilang (di ruas yang satu mengarah ke atas dan ruas satunya lagi kebawah). Bagi yang punya silahkan hubungi saya, ada yang bersedia membeli dengan harga lumayan.

Terimakasih


Minggu, 17 Desember 2006

Kuliah yang Aneh - VIRGIN DETECTOR



 

Bumi selalu berotasi sehingga siang dan malam datang silih berganti. Bumi pun mengalami revolusi, senantiasa berputar mengelilingi matahari. Bumi kan selalu bergerak dari satu titik, menuju ke titik itu lagi. Sebuah siklus yang tak pernah berhenti hingga nanti, saat kiamat terjadi. Seperti halnya bumi, siklus ini pun terjadi pula pada apa yang akan kita bicarakan nanti, yaitu penilaian kita terhadap “virginitas”


Seperti yang telah diketahui bahwa pada jaman dahulu keperawanan mempunyai arti yang sangat penting. Kehormatan seorang wanita dapat dilihat dari utuh tidaknya mahkota yang harus dia jaga. Jadi tidaklah aneh jika seorang gadis kehilangan keperawanannya sebelum menikah, dia akan dikucilkan dan dianggap rendah.


Bangsa yang pertama kali melanggar nilai ini adalah Amerika dan Eropa (Ameropa). Dengan mengacu pada azas kebebasan hakiki, secara perlahan mereka mulai meremehkan nilai keperawanan. Memang pada mulanya “hubungan” diluar nikah dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun lama-kelamaan hal ini dilakukan secara terang-terangan, tanpa perlu merasa malu lagi. Akhirnya seks bebas bisa begitu mudah dilakukan, begitu gampang ditemui. Tak ada lagi tabu, persetan dengan harga diri.


Saat bangsa Asia masih menjunjung tinggi nilai keperawanan, Ameropa sudah tak lagi ambil peduli. Dan berkat kerjasama internasional yang begitu erat, serta infiltrasi kebudayaan yang berlangsung secara terus menerus, akhirnya bangsa Asia pun ikut tertular juga. Sekarang seks bebas sudah jadi hobi yang amat digandrungi oleh masyarakat kita. Tua, muda, miskin, kaya, remaja, mahasiswa, anak SD atau SMA. Mereka sudah tak asing lagi dengan freeseks.


Namun seperti halnya bumi yang selalu berotasi dan berevolusi, Ameropa pun mulai kembali pada tradisi lama. Sekarang nilai virginitas mulai diungkit-ungkit lagi. Perlahan-lahan anak-anak muda disana mulai menghormati arti dari keperawanan. Para wanita mulai belajar untuk menjaga diri. Dan hebatnya hal ini ditularkan pada anak gadis mereka sehingga makin banyaklah wanita yang menjunjung tinggi nilai keperawanan.


Purwokerto, entah bulan apa, entah tanggal berapa. Yang pasti saat itu hari jumat sekitar pukul delapan pagi.


“Nah anak-anak, sebagai calon manager yang baik kalian punya ide apa untuk memanfaatkan situasi seperti ini?”


Para mahasiswa (begitu pula mahasiswinya) tampak bingung. Mereka kuliah di teknik elektro, bukan di jurusan manajemen. Jadi wajar kalau mereka tidak terbiasa untuk mengambil ide dari hal semacam ini.


“Ayo dong, masa kalian tidak tahu sih..? Coba kalian lihat diagram yang bapak gambar di whiteboard ini. Yang di kanan itu Ameropa, dari sana ditarik garis lengkung kekiri yang disebut Asia. Nah, lalu dari sini ditarik garis lengkung kembali ke Ameropa. Yang namanya revolusi berarti dari Ameropa paham virginitas akan melanda Asia lagi, tapi entah kapan. Sebagai mahasiswa elektro sekaligus juga sebagai calon manajer, seharusnya kalian melihat peluang emas yang bisa kita manfaatkan. Peluang apa coba..?”


Mahasiswa pun berpikir keras. Hm, membuat kondom..? Ah, itu kan tidak ada hubungannya dengan virginitas. Operasi..? Sekarang itu sudah ada, bukan hal baru lagi. Lalu, yang dimaksud bapak dosen sih apa ya..?


“Ah, kalian ini bagaimana..? Masa tidak bisa..? Baiklah akan bapak beritahukan. Sebagai mahasiswa elektro seharusnya kalian berpikir untuk membuat alat. Alat apa..? Ya alat yang ada hubungannya dengan keperawanan. Yang bisa dipastikan akan laku keras di pasaran. Ya.., kita bisa membuat alat pendeteksi keperawanan. “VIRGIN DETECTOR..!!”


GUBRAK…!! Benar juga ya…?


“Nah, cara kerja alat ini bisa bervariasi, tergantung pada kreativitas kita. Misalkan di bandara, kan ada tuh scanner yang bisa digunakan untuk mendeteksi senjata tajam, senjata api, narkoba, atau benda berbahaya lainnya. Alat ini bisa kita desain seperti itu. Misalkan ada wanita yang lewat tapi alat ini tidak bereaksi apa-apa, maka sebaiknya kita juga diam saja. Tapi kalau alat ini berbunyi tulit.. tulit.. tulit…” maka kita harus curiga. Jangan-jangan sudah tidak virgin lagi nih…, Ha.. ha.. ha..!!!


“Alat ini juga bisa kita desain menyerupai kacamata. Kalau scanner di bandara kan gede, tidak praktis, tidak bisa dijual secara massal, tidak bagus untuk bisnis. Nanti sistem kerjanya kita gunakan metode pelacak aura. Kita teliti aura wanita yang masih virgin itu seperti apa, yang tidak virgin itu seperti apa. Kemudian kita aplikasikan ke alat ini, kita patenkan, dan kita jual ke Ameropa, pasti laku keras.”


“Kalau fenomena virginitas sudah kembali merambah Asia, alat ini kita jual juga kesana. Memang, nantinya pasti banyak perusahaan yang berusaha untuk meniru dan membuat alat yang lebih baik dan lebih canggih, tapi jangan kuatir alat ini kan sudah kita patenkan. Jadi sebagus apapun alat buatan mereka, kita masih bisa mendapat uang lisensinya. Gimana..? Hebat kan..?”


“Begitulah nak, sebagai mahasiswa kalian harus pandai menangkap peluang. Apalagi tujuan kalian kuliah disini kan agar bisa menjadi manajer, bukan bawahan. Manajer itu harus jeli, harus kreatif, harus berani, jangan cuma ingin terima jadi. Yang bapak berikan ini cuma satu contoh kecil lho, peluang yang akan kalian hadapi nanti pasti lebih banyak lagi. Itu yang harus kalian manfaatkan dengan baik saat lulus nanti.”


Kuliah pun berlanjut, sebagian mahasiswa bingung, sebagian lagi mengerti.




togie de lonelie



Selasa, 12 Desember 2006

Saat Ini Aku Sedang Jatuh Cinta



Saat ini aku sedang jatuh cinta
Cinta yang begitu panas menggelora
Jantung ini berdegup kencang padahal tidak sedang berolahraga
Ah, inikah yang namanya badai asmara…?


Pagi ini aku kembali mengingatmu
Mencium harum tubuhmu, halus kulitmu, yang penuh dengan warna biru
Bahkan masih kurasakan sensasi semalam
Saat dengan ganas kau kucium, kupeluk, lalu kudekap erat di dadaku
Ya, begitu erat hingga seakan jantungku menyatu dengan jantungmu
Jiwaku menyatu dengan jiwamu
Hingga aku mabuk dan jadi gila karenamu

Sayangnya banyak orang yang berkata bahwa yang kita lakukan ini adalah dosa. Mereka bilang yang namanya cinta itu tidak boleh berlebihan, harus bisa dikendalikan. Tapi, bukankah cinta memang membuat kita kehilangan kendali..? Ah, masa bodo dengan perkataan mereka, aku tak pernah peduli. Atau lebih tepatnya, sengaja untuk tidak ambil peduli. Biarkan saja mereka berkutat dengan cinta suci agar mereka juga membiarkanku mencintaimu dengan caraku sendiri. Mencintaimu dengan penuh nafsu, itulah keinginanku. Lagipula, cinta semacam ini hanya kutujukan padamu, tidak pada yang lain.

“Benarkah..? “
“Tentu”
“Jadi, saat mencintai kita harus selalu melibatkan hawa nafsu..?”
“Lho, Siapa yang berkata seperti itu…?”
“Kamu”
“Aduh.., nanti dulu. Biar kujelaskan maksud dari perkataanku”

Saat ini aku sedang jatuh cinta. Cinta yang begitu panas menggelora
Angan ini terseret oleh putaran waktu dan kembali ke masa lalu


Memang, dulu aku pernah jatuh cinta pada seorang wanita. Dia begitu anggun dan amat mempesona. Begitu anggunnya dia hingga laki-laki manapun pasti akan merasa bahwa lebih baik mereka tidak menyentuhnya. Kilau mutiara membuat kita tidak ingin menempelkan kotoran secuilpun padanya. Agar mutiara tersebut tetap putih bersinar, tanpa cela. Begitu juga dengan dia, sang wanita, sang mutiara. Yang membuatku merasa segan dan tak pernah berani mendekatinya.

Tapi kamu kan bukan dia.., kamu sungguh-sungguh berbeda.

Ah sudahlah, cukuplah aku bercerita tentang dia. Sekarang aku ingin berbagi angan denganmu, berkhayal tentang kita. Aku ingin bebas berimajinasi tentang apa yang akan kulakukan padamu malam nanti. Memeluk, bergumul dan berguling-guling ditempat tidur, bahkan lebih. Ya, sama seperti yang kita lakukan semalam.

Saat ini aku sedang jatuh cinta. Cinta yang begitu panas menggelora
Cinta yang membuatku memikirkannya, dia.., dia.., selalu dia


“Ah, memangnya siapa sih yang membuatmu jadi seperti ini Gie..?”
“Lho.., kamu ingin tahu..?”
“Tentu. Aku ingin tahu siapa yang membuatmu segila ini. Seperti apa rupanya, se-seksi apa bodynya, sekacau apa orangnya.”
“Ha.. ha.. ha..!! Dasar. Pikiranmu selalu saja kotor tentangku. Dia tidak cantik, tidak seksi, juga tidak kacau. Dia menarik, itu sudah diakui. Dia harum, itu tak bisa dibantah lagi. Tapi dia sama sekali tidak seperti yang kau bayangkan.”
“Lalu seperti apa Gie..?”
“Lho, masih ingin tahu..?”
“Iya dong.”
“Lalu menurutmu, aku jatuh cinta pada siapa..?”
“Tak tahulah. Tapi yang pasti dia seorang wanita.”
“Ha.., ha.., lagi-lagi kamu salah”
“Lho, kok bisa...?”

Saat ini aku sedang jatuh cinta. Cinta yang begitu panas menggelora
Ya.., cinta harta. Gila pada dunia.


Karena itulah, walau jumlahmu di dompet hanya tiga ribu rupiah saja tapi aku masih tetap mencintaimu. Bau kertasmu yang harum begitu membiusku. Warnamu yang biru begitu menggelitik dan menggugah kalbu. Wajar jika aku selalu ingin tuk memeluk, menimang dan mendekapmu.

Duhai uang tiga ribu rupiahku. Saat ini engkaulah jantung hatiku. Yang begitu aku sayangi, yang membuatku jadi irit sekali. Hingga untuk membelanjakanmu pun, perlu dipikirkan dulu berkali-kali.

Oh uang tiga ribu rupiahku. Ijinkan aku tuk slalu menyayangimu
Ijinkan aku mengajukan satu permintaan tulus padamu
Tolonglah, ajak teman-temanmu mendekat padaku, agar mau jadi milikku
Agar mereka juga bisa aku cintai, aku sayangi
Hingga jumlahmu di dompet ini bukan hanya tiga ribu rupiah saja
Tapi bertambah jadi sepuluh ribu, seratus ribu, sejuta, semilyar, atau malah setrilyun banyaknya

Saat ini aku sedang jatuh cinta. Cinta yang begitu panas menggelora
Cinta harta, menginginkan dunia




Purwokerto, 2 Des 2006
Togie de Lonelie


#Sebuah keluh kesah yang muncul saat ingin ke warnet untuk mendownload software Motorolla, tapi uang yang dipunyai hanya tiga ribu rupiah saja.