Rabu, 28 Maret 2007

KKN I - Cerita ringan saat mendata warga








Siang itu, diantar oleh Pak KaUr (Kepala Urusan) Desa, kami (saya dan Lina) mendata warga buta aksara di Dusun Karabaok yang terletak di bagian "atas" desa Lemahjaya. Kondisi geografis berupa pegunungan membuat desa ini terbagi menjadi lima dusun yang saling terisolasi.

Rute yang kami tempuh cukup sulit, kami berjalan melewati jalan setapak berbentuk tangga yang cukup menanjak. Jalan ini tidak mungkin bisa dilewati oleh kendaraan roda dua, tiga, apalagi roda empat. Saya sempat bertanya pada Pak KaUr :

"Pak, bagaimana dengan warga yang punya sepeda motor..? nanti sih ditaruh mana..? Bukankah jalan ini tidak bisa dilewati kendaraan..?"

Dan dengan entengnya beliau menjawab :

"Penduduk sini mana ada yang bisa beli motor mas, lha wong cari duit buat sekedar makan aja susah kok"

Glek..!!

Kami terus berjalan. Melewati tanah licin, Menghayati tetesan keringat yang mengalir lewat pori-pori. Beberapa belas menit kemudian saya sempat berhenti, menunggu Lina yang tertinggal di belakang. Dia terlihat agak kepayahan mendaki, begitu pula saya. Ah, jadi mahasiswa terkadang membuat kita jarang berolah raga. Tidak heran kalau tubuh pun jadi lemah, tak bertenaga. Tapi kenapa Pak KaUr terlihat santai-santai saja..? tidak capek..? Ck, orang-orang desa memang bertubuh kuat.

Ladang kapulaga dan pohon alba, itu tanaman yang menghiasi dusun ini. Yup, sebagian besar penduduk memang bertani kapulaga dan pohon alba. Harganya cukup lumayan. Tapi kenapa tingkat perekonomian mereka belum juga berkembang pesat..? Entahlah.


Ke rumah pak RT. Yup, kami sedang menuju kesana, ke setiap RT yang mempunyai warga buta aksara.  Kemarin kami membagikan undangan pada para penduduk untuk menghadiri PBA. Yang kami titipkan ke Pak KaUr, diteruskan ke kepala dusun, disampaikan ke RT lalu dibagikan ke warga. Akan tetapi berhubung pak kadus sedang sakit, berarti Pak KaUrlah yang jauh-jauh  berjalan kaki kesini untuk membagi undangan. Demi kami. Dan sekarang pun juga. Dua kali. Terimakasih pak...!!!

Sesaat kemudian :


"Pak, yang dijemur itu jagung kan..? memangnya dusun ini penghasil jagung juga..? Dijual kemana..?"

"Bukan mas. Itu buat dimakan sendiri, dibikin nasi jagung. Maklum, sekarang harga beras mahal"

"Oo, bukannya ada raskin..?"

"Memang ada, tapi jarang sampai kemari. Transportasinya susah"

Hhh...


Akhirnya, sampailah kami di rumah pak RT. Berhubung tadi di posko saya minum teh hangat bergelas-gelas, di rumah pak KaUr satu gelas, dan waktu nengok pak Kadus juga satu gelas, maka wajar kalo saya ingin buang air kecil. Setelah minta ijin pak RT saya pun diantar ke "kamar kecil". Dan disini yang dimaksud dengan kamar kecil adalah bilik bambu sederhana diatas kolam ikan yang bisa dilihat dengan jelas dari atas, dari rumah pak RT. Aargghh, akhirnya saya pergi ke kamar kecil paling primitif saja, ke kebun singkong yang lebih tersembunyi dari pandangan orang banyak. Yang penting lega. ha., ha..

Sekembalinya dari "kamar kecil" lagi-lagi kami disuruh minum teh hangat. Dan karena disini ada lima atau enam RT berarti masih empat atau lima gelas lagi yang harus kami minum. Yang berarti pula bahwa kami (atau lebih tepatnya, saya) harus numpang ke "kamar kecil" lagi. Mungkin lebih dari satu kali. Hiks..

Setelah selesai mendata warga buta aksara yang sebanyak tiga belas orang, kami lanjut ke RT sebelah. Rute yang ditempuh sama-sama susah. Naik-turun, Bolak-Belok bak ular tangga. Tapi tak apalah. yang penting warga sini mau ikutan belajar bersama. Akhirul cerita, setelah mengembara hampir ke seluruh RT, dan minum bergelas-gelas air teh, makan berbelas-belas rambutan, menelan berbiji-biji salak pondoh, tinggal satu RT lagi yang tersisa.

"Mas, mau ke RT satu nggak..?

"tempatnya dimana pak..?"

Hosh.. Hosh..

"Diatas"

"Hah..? terus rutenya..?"

"Mm, lebih nanjak dari yang tadi"

Glek..!!

"Tapi disana kan tidak ada yang buta aksara ya mas. Apa nggak usah kesana saja..?"

"Ah, betul juga pak. Kita langsung pulang saja"

Hosh.. Hosh..

Dan kami pun pulang, tanpa mengetahui gawatnya situasi yang menghadang

Kenapa Mahasiswa Teknik Elektro Sering Terlambat Kuliah...? Karena...




-  Apa yang membuat mahasiswa teknik elektro sering terlambat kuliah...?
+ Karena mereka terlalu banyak berpikir

Mahasiswa teknik bukan hanya belajar tentang sesuatu, tapi juga harus dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari. Berbeda dengan mahasiswa sains atau ekonomi yang lebih cenderung untuk memperkuat teori tanpa terlalu dibebani dengan pikiran tentang digunakan untuk apa sajakah teori itu nanti.

Dari awal, mahasiswa teknik sudah diserahi tanggungjawab untuk menemukan solusi atau hal baru berdasarkan teori yang telah dipelajari. Dan untuk melatih hal ini, mahasiswa teknik tidak boleh terlalu terpaku pada laboratorium. Kenapa..? Karena biasanya kondisi di lapangan tidak sama persis seperti di lab. Jadi mau tidak mau mereka harus berlatih berdasarkan kondisi riil yang ada. Untuk ini, digunakanlah alat bantu berupa apa saja yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kita ambil contoh tentang perjalanan mahasiswa menuju kampus.

Contoh pertama : Saat berjalan ke kampus dia melihat penjual baling-baling bambu.

Mahasiswa fisika murni mungkin hanya berpikir untuk menghitung kecepatan putar baling-baling tersebut. Mahasiswa ekonomi memperkirakan biaya produksi, harga jual, dan keuntungan yang didapat. Tapi mahasiswa elektro akan berpikir lebih kompleks.

Pertama : Dia akan menghitung kecepatan putar baling-baling

Kedua : Mencari tahu apakah energi gerak tersebut dapat dirubah menjadi energi listrik secara efektif

Ketiga : Memperkirakan alat-alat yang dibutuhkan

Keempat : Menghitung daya keluaran yang dihasilkan per satu baling-baling lalu mengkalkulasikan seberapa banyak baling-baling yang dibutuhkan untuk membuat PLTBM (Pembangkit Listrik Tenaga Baling-baling Mainan)

Terakhir : Memikirkan biaya produksi berikut keuntungan yang didapat jika PLTBM tersebut berfungsi. Agar nantinya PLTBB dapat direalisasikan seperti halnya PLTA, PLTU, PLTG atau PLTN.



Contoh kedua : Misalkan saat berjalan ke kampus dia berpapasan dengan wanita cantik.

Mahasiswa fisika murni akan menghitung gaya tarik-menarik yang terjadi antara dirinya dengan sang wanita kemudian mencari tahu seberapa besar gaya yang dibutuhkan agar proses tarik-menarik tersebut semakin kuat sehingga mereka dapat saling berdekatan.

Mahasiswa ekonomi tidak terlalu ambil pusing. Kampus ekonomi biasanya dipenuhi dengan wanita cantik jadi dia lebih memperhatikan anggaran biaya yang harus dikeluarkan oleh sang wanita per-bulan. Agar dia dapat memperkirakan peluang bisnis yang cocok dengan sasaran para wanita wanita cantik yang hobinya berdandan

Bagaimana dengan mahasiswa elektro..? Dia berpikir jauh lebih rumit daripada saat kasus pertama.

a. Ketika saling menatap mata dan aliran listrik terasa merambat menyetrum raga, sang mahasiswa harus menghitung besarnya energi biolistrik yang dihasilkan saat itu

b. Lalu berpikir untuk memanfaatkan energi tersebut. Yaitu dengan membuat alat untuk menyalurkan dan menyimpan energi biolistrik kedalam baterai.

c. Agar lebih fleksibel, baterai tersebut harus dapat diisi ulang tanpa harus mempergunakan charger listrik. Dia hanya perlu memegang charger sambil menatap sang wanita lalu secara otomatis getar-getar biolistrik yang diproduksi tubuh dialirkan dan disimpan kedalam baterai.

d. Selain itu dia harus bisa memperkirakan biaya produksi dan harga jual (termasuk distribusi) agar rencana tersebut dapat terealisasi dan akhirnya terciptalah sebuah PLTWC (Pembangkit Listrik Tenaga Wanita Cantik).

Yup, seperti itulah peristiwa yang dihadapi mahasiswa teknik dalam kehidupan sehari-hari baik sebelum, saat, atau setelah kuliah. Jadi harap maklum jika mereka sering terlambat. Terus terang saja, untuk memecahkan satu kasus, paling tidak perlu waktu selama beberapa puluh menit. Yang berarti bahwa mereka akan telat kuliah selama beberapa puluh menit pula. Apalagi kalau ternyata mereka harus memecahkan beberapa kasus sekaligus.

Atas pengertiannya, diucapkan terimakasih.




Note :
Sebuah jawaban atas complain dari dosen Fisip yang berkata bahwa mahasiswa teknik menduduki peringkat pertama dalam hal keterlambatan mahasiswa.


Senin, 26 Maret 2007

Luntur, olehmu



Pagi tadi
Tlah kuasah kata-kata
setajam silet, selancip jarum

Pagi tadi
Tlah kurangkai kalimat
sekokoh penjara, sekuat tank amerika

Pagi tadi
Tlah kutulis puisi
seindah pagi, senyata halusinasi

Tapi, malam ini
Kata, kalimat dan puisi yang kusiapkan
Tunduk tak berdaya, dihadapanmu
Begitupun aku

Sulitkah mencari pekerjaan..?



Suatu hari saya berkunjung ke rumah seorang teman, kami menghabiskan waktu untuk bercakap-cakap. Dia berkata tentang betapa sulitnya memperoleh pekerjaan. Semua peluang sudah diambil oleh mereka yang berpendidikan tinggi, tanpa menyisakan sedikitpun bagi mereka yang tidak lulus SD, seperti dirinya.

Lalu mata ini melihat ke sekeliling. Hutan bambu, lahan yang terbengkalai, semuanya milik teman saya itu. Benarkah sudah tidak ada peluang untuk memperoleh pekerjaan dengan hasil lumayan..?

Ah, Andai tanah yang subur itu ditanami dengan sayuran ataupun ubi kayu, mungkin dia bisa mendapatkan hasil yang lumayan. Cukup untuk sekedar makan, mengisi perut agar tak keroncongan.

Andai pula pohon bambu yang berjumlah ribuan itu ditebangi lalu dijual, dia pun bisa memperoleh tambahan uang. Apalagi dia pintar membuat anyaman, juga kerajinan tangan. Kalau hasilnya bagus, pasti bisa laku mahal. Cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kalau toh tidak bisa, tinggal bikin kolam ikan saja. Isi dengan gurameh, tawes, mujaher, melem atau lele dumbo, seperti yang tarmo lakukan. Jika panen tiba, keuntungannya cukup lumayan.

Entahlah. Mungkin saja sekarang ini yang dimaksud dengan “bekerja” adalah duduk di depan meja, berpakaian rapi, necis dan berdasi, lalu uang akan datang sendiri. Seperti pekerjaan yang kita lihat di sinetron televisi. Sedangkan berkotor-kotor dengan tanah, tidak cukup layak untuk digolongkan kedalam sebuah pekerjaan. Atau mungkin tidak pernah menjadi pekerjaan yang dicita-citakan.

Rabu, 21 Maret 2007

Aku mencintaimu lebih dari apapun.., HOEKKSS..!!!




Langsung saja, pernahkah kekasih anda pernah berkata seperti ini :

"Aku mencintaimu lebih dari diriku sendiri"

Kalau pernah maka kebetulan, saya sedang ingin menganalisa kalimat diatas.

Secara psikologis kalau kita mencintai seseorang maka kita juga ingin agar dia mencintai kita. Itu wajar, dan kewajaran itulah yang aneh. Kenapa..?

Pertama: Sebenarnya kita lebih mencintai diri sendiri daripada orang lain.

Pada dasarnya jika kita mencintai seseorang maka kita ingin agar orang tersebut bahagia, ibarat kata : kebahagiaannya adalah kebahagiaan kita dan kesedihannya adalah kesedihan kita. Masalahnya adalah, bagaimana jika ternyata kebahagiaan tersebut hanya bisa dia dapatkan dari orang lain, bukan dari kita..? Apa yang akan anda lakukan..?

Intinya begini, jika kita mencintai seseorang sedangkan dia mencintai orang lain maka agar dia bahagia sebaiknya kita mengalah saja. Logikanya begitu kan..?

Nah, kalau ternyata setelah anda tahu bahwa dia lebih bahagia bersama orang lain tetapi anda tetap ngotot untuk mendapatkannya, maka bisa dibilang bahwa kadar cinta anda tidak begitu besar. Dalam arti, anda lebih mencintai diri sendiri daripada pasangan anda. Kenapa..? Karena kebahagiaan pribadilah yang anda pikirkan, bukan kebahagiaan orang lain.

Kedua :
 Pengorbanan sekalipun tidak membuktikan bahwa kita lebih mencintai orang lain

Sedikit berbeda dengan topik diatas. Di serial televisi terkadang kita lihat adegan dimana seseorang tertembak untuk melindungi sang kekasih. Konon hal ini membuktikan betapa besar rasa cinta yang dia punya.

Hal ini pun ternyata juga aneh. Begini, biasanya di film-film orang yang tertembak tersebut berkata bahwa dia bahagia bisa mati demi sang kekasih. Nah, disinilah anehnya. Dia hanya berpikir bahwa dia "AKAN BAHAGIA" jika mati, tanpa memikirkan kesedihan sang kekasih tatkala ditinggal pergi ke alam baka. Artinya dia hanya memikirkan kebahagiaan pribadi, bukan kebahagiaan kolektif. Hal ini membuktikan bahwa dia lebih mencintai diri sendiri daripada orang lain.

Jadi kesimpulannya jika ada orang yang berkata : "Aku mencintaimu lebih dari diriku sendiri". Maka kemungkinan besar dia sedang berbohong.

Sedangkan jika dia berkata : "Aku mencintaimu lebih dari apapun". Lebih baik langsung ditampar saja. Biar dia insyaf. Karena itu jelas dusta.

Jadi sebaiknya apa yang harus kita katakan..?

Gampang, tinggal bilang saja :

"Aku mencintaimu lebih dari diriku sendiri, SELAMA hal itu membuatku bahagia"

Simple kan..?

Yang kuingin, darimu



Bukan.., bukan itu
Kecantikan hanya bisa dinikmati oleh mata
Dan saat mataku buta
Kecantikanmu pun seakan binasa

Bukan.., bukan itu
Kebersamaan hanyalah sementara
Karena saat kita berpisah
Dirimu mungkin akan ku lupa

Bukan.., bukan pula itu
Rasa suka hanyalah fatamorgana
Karena mungkin nanti saat ku bosan
Aku kan berpaling ke wanita lain, yang lebih menyenangkan

Aku ingin mencintaimu karena Dia
Dan selama kau membuatku semakin dekat dengan-Nya
Aku kan slalu mencintaimu
Lalu kita bersama, mencintai-Nya