Jumat, 30 November 2007

Antara cinta dan jambu biji


 

 

Disini, di atas risban ini, kami duduk melepas lelah. Menyeruput kopi panas dan melahap ubi goreng buah karya si gadis manis dari RT sebelah. Saat itu pula, sebenarnya, mata kami sama-sama sedang tertuju pada sebatang pohon jambu biji yang berdiri anggun di depan kami. Lima meter di belakang rumah si gadis manis, tiga meter bila diukur dari tiang jemuran, lima belas senti di samping kolam ikan. Pohon jambu dengan puluhan cabang, ratusan helai daun, dan belasan jambu kecil mungil yang bergelantungan layaknya manik-manik.

 

Diantara belasan jambu itu, ada satu yang menarik perhatian kami. Bila jambu-jambu lain berukuran kecil dan letaknya bergerombol di pojok dahan tertutup daun, jambu yang satu ini dengan pede-nya menempatkan diri di area terluar pohon. Mempertontonkan dirinya kepada kami, menyita perhatian kami. Layaknya bidadari berbusana sutra, bercincin merah delima, berkalung mutiara, bermahkota permata, yang berbaur dengan segerombolan kera. Dia membuat kami mau tidak mau merasa tertarik, melihat, mengamati, bahkan ingin memiliki.

 

Maka anda jangan heran jika secara tiba-tiba seorang mahasiswa teknik elektro berinisiatif untuk mengintimidasi si koneng (remaja belasan tahun) yang duduk disebelahnya : "Jambu itu milikku". Si Koneng pun terdiam karena bila dilihat dari kacamata senioritas, dia berada di bawah peringkat sang mahasiswa. Begitu pula Tarso yang lebih muda, dia memilih untuk melengos pergi menuju dapur. Sedangkan si Narto, yang paling muda, menurut bagan alur penindasan versi kuli renovasi mushalla hanya bisa memegang peranan sebagai rakyat kecil yang rela di dzalimi, melawan berarti mati.

 

Namun sebelum si mahasiswa sempat tersenyum puas, Mas Nardan (yang berumur lebih tua) terlihat sedang menatap sang buah jambu dengan penuh hasrat. Pertanda bahwa dia pun berminat untuk memilikinya. Terasa belum cukup, ternyata pak ustadz pun terlihat mengagumi buah idaman itu dengan khusyu'nya. Kesimpulannya, pada bagan alur penindasan versi kuli mushalla, pak ustadz menduduki peringkat teratas. Berada di posisi puncak. Bila ada diantara kami yang layak memainkan peran sebagai diktator bertangan besi, maka beliaulah orangnya. Untung beliau berjiwa bijaksana, tidak suka main ancam seperti saya. Tapi sayang, teori ini tak berlaku bagi Tarmo. Dia tak peduli dengan tatap mata pak ustadz. Bagi dia jambu adalah jambu, tak ada hubungannya dengan senioritas.

 

Begitulah. Hari-hari selanjutnya berlalu dengan rutinitas yang hampir sama. Kerja bakti, beristirahat, menikmati kopi panas dan ubi goreng buah tangan si gadis manis dari RT sebelah, lalu memusatkan pandangan mata pada sebutir jambu yang tergantung dengan anggun. Perlahan, berbagai fantasi muncul di benak kami. berkembang, lalu beranak pinak memenuhi alam khayal. Membayangkan bilamana jambu itu masak. Saat nanti salah satu diantara kami bangkit dari risban, berjalan pelan menghampiri si jambu idaman, menyempatkan diri untuk tersenyum manis, menyentuhkan jari tangan pada si jambu lalu TESS : Puncak ekstase tercapai saat jambu itu dipetik.

 

Terbayang pula bilamana buah itu kami belah dengan pisau. Bijinya yang merah, yang dikelilingi daging buah berwarna putih kekuningan pasti terlihat indah. Ingin rasanya hati ini menempatkannya dalam sebuah kotak kaca, memberinya pita kuning, lalu memajangnya di tengah risban. Jambu itu akan tampak elok, seelok intan permata yang dipamerkan di museum kota.

 

Sayang, tak seorangpun dari kami pernah menduga bahwa di suatu siang yang terik, jambu biji bak mutiara itu sirna dari pohonnya. Tak seorang pun menyangka bahwa tanpa bisa dicegah, seorang bapak yang lewat tiba-tiba berhenti tepat dibawah pohon jambu lalu dengan semena-mena memetik jambu idaman kami. TESS..!! Lirih suara yang timbul saat itu sama persis seperti suara patahnya hati kami. Rasanya seperti kehilangan seorang kekasih hati. Selayak ikan yang tak bisa lagi melihat air, layaknya motor kehabisan bensin, mirip goerge bush JR tanpa perang. Dan si bapak itu, tanpa menengok ke arah kami, tanpa mempedulikan penderitaan kami, dengan seenaknya melengos pergi. Lalu menghilang dibalik pagar mushalla.

 

Terlepas dari kasus jambu biji, cinta pun punya jalan cerita yang hampir sama. Ketika jatuh cinta pada seseorang, hati kita akan tertambat ke orang tersebut. Tak peduli dihadapan kita terbentang ratusan ekor kera, jutaan motor vespa, milyaran itik betina, plus bertrilyun manusia, konsentrasi kita hanya akan tertuju ke satu titik – “DIA.., DIA.., DIA..”

 

Namun seperti tunduk pada hukum alam. Semakin elok sang pujaan hati kita, semakin banyaklah orang yang menginginkannya. Saat itu, kita harus berjuang sekuat tenaga untuk memenangkan persaingan. Sayangnya, seperti dalam kasus senioritas versi jambu biji, kita sering kalah mental sebelum berjuang. Minder terhadap lawan yang lebih kaya, lebih ganteng, lebih pintar, dan lebih-lebih lainnya. Padahal dalam cinta, yang jadi tujuan utama adalah : “Bisa mendapatkan hati pujaan kita”. Dan untuk itu, terkadang kekayaan, kegantengan dan kepintaran kurang begitu berguna. Semua tergantung teknik, kejelian memanfaatkan peluang, dan sedikit keberuntungan. Intinya, anutlah prinsip yang dipegang teguh oleh Tarmo. Nekat, cuek, masa bodoh dengan lawan. Yang penting adalah jambu biji, yang penting ngedapetin hati si doi. Itu saja, titik.

 

Dan layaknya orang jatuh cinta, sebelum sempat menakhlukkan hati pujaan kita, terkadang otak kita secara lancang berani pesiar kealam khayal. Membayangkan indahnya jika bisa bersama, duduk bercengkerama, berdua menikmati indahnya mentari sore, lalu menuliskannya menjadi puisi cinta. Terkadang indahnya alam khayal itu membuat kita lupa untuk berjuang. Kita terlanjur terhanyut. Lepas dari realita. Berpikir bahwa apa yang kita lakukan sudah cukup. Merasa bahwa kita sudah bahagia. Padahal sebahagia apapun hati kita saat itu, kita bisa saja langsung terjun bebas ke dasar jurang penderitaan. Bila dia keburu direbut orang lain. Ingat bung, jangan merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit, jangan berhenti berusaha sebelum tiba pada tujuan anda. Patah hati itu pedih bung.., pedih..!!!

 

Terakhir, jika anda sedang jatuh cinta, maka selain memupuk rasa bahagia, anda juga harus bersikap waspada. Jangan sampai disaat anda terlena tiba-tiba sang pujaan anda direbut oleh orang yang sama sekali tidak diduga. Seperti jambu idaman kami yang keburu dipetik bapak-bapak di kompleks mushalla. Untuk yang satu ini, sudilah kiranya membaca tips yang terinspirasi oleh tragedi jambu biji :

 

  1. Saat anda jatuh cinta, berarti orang yang memikat hati anda memiliki sesuatu yang menarik. Dan kemungkinan besar, sesuatu tersebut juga menarik hati orang lain. Dengan kata lain, anda memiliki saingan.
  2. Dalam bersaing, tentukanlah standar baku persaingan. Menyangkut banyaknya harta, gantengnya wajah, atau cerdasnya otak. Kalau toh anda kalah dalam segala-galanya, tetaplah berusaha, jangan putus asa. Kerja keras anda juga bisa dianggap sebagai suatu kelebihan. Atau kalau sedang beruntung, siapa tahu si doi malah tertarik pada orang yang tidak punya kelebihan apapun.
  3. Bila toh suatu saat anda berhasil bertahan di awal peperangan, anda jangan terlalu larut dalam suasana. Siapa tahu saat itu pula muncul saingan lain yang lebih kuat dari anda. Dan kalau toh saingan tersebut terlalu kuat (seperti pak ustadz dalam kasus jambu biji), maka bersikaplah seperti Tarmo.
  4. Ingat, waspadalah terhadap hal-hal tak terduga. Boleh saja anda sudah merasa berhasil mendapatkan hati si doi, boleh saja semua saingan anda tergeletak tak berdaya, boleh saja anda merasa bahwa dunia hanya milik berdua, tapi jangan sekalipun terlepas dari sikap waspada. Jangan sampai secara tiba-tiba muncul bapak-bapak tak terduga yang dengan seenaknya memetik jambu biji yang seelok intan permata.
  5. Intinya, saat jatuh cinta, bersikap fokuslah. Berusaha, berjuang. Pastikan pasangan anda tetap dalam keadaan baik. Seelok apapun jambu biji saat masih muda, dia akan cela ketika diserang hama. Busuk, bolong-bolong dan tak menarik lagi. Pastikan dia tetap indah sampai tiba saatnya dipetik. Jangan perbolehkan siapapun memetik sebelum waktunya (seperti bapak-bapak tak terduga). Dan lagi-lagi berusahalah, berjuanglah. Agar jika tiba waktunya, andalah yang nanti memetik jambu biji tersebut.
  6. Jangan lupa berdoa. Kemungkinan besar, saat itu, kami-kami ini, para kuli dadakan ini terlalu larut dalam keinginan dan tenggelam dalam khayal sehingga lupa berdoa. Jadi wajar kalau  bapak-bapak itu….., ah…, (*Speechless)

Keterangan : Jemuran, kopi panas, mas nardan, makaaaaannn....

Senin, 12 November 2007

Sajak Jendela

 

Kumohon, buka jendela kamarmu
Agar bisa kulihat kau yang sedang tersenyum disitu

Lonelie.., Me..

.

.
.

togie


Jumat, 09 November 2007

Joke 5



"Apa pendapat anda mengenai gerakan kebebasan wanita?"
Tanya seorang wanita pada temannya
"Sebelum bebas," Sahut temannya, "kurasa aku perlu lebih dahulu ditangkap.."

Togie : Katanya, perawan tua lebih menderita daripada bujang lapuk. Makanya, kalau sudah siap, menikahlah secepatnya.


*****


Dua sahabat karib berjumpa kembali setelah lebih dari limabelas tahun tidak berjumpa.
"Apakah kamu jadi kawin dengan wanita yang selalu berjalan bersamamu itu? Ataukah kau masih harus menjahit sendiri kancing bajumu yang putus, memasak sendiri makananmu, dan mencuci sendiri pakaianmu?" Tanya yang satu pada yang lainnya.
"Ya, kedua-duanya". Sahut yang ditanya.

Togie : Hahaha, betapa naasnya. Tipe orang yang tidak bisa membedakan antara pacar idaman dan istri ideal.


*****



Seorang guru TK sedang berkenalan dengan murid-murid barunya. Ia bertanya pada seorang anak.
"Tuty, apakah pekerjaan ayahmu?"
"Apa saja yang disuruh ibu"

Togie : Jadi inget waktu ibu ngidam anak terakhir. Permintaan seaneh apapun, rintangan seberat apapun, harus tetap diterjang. Kata bapak sih, demi membahagiakan istri.


*****


Produser film yang sangat sibuk bertanya pada sekretarisnya.
"Mana pensil?"
Sekretarisnya memberitahu bahwa pensil itu terselip di telinga sang produser
"Ya, ya.. Tapi tolonglah dulu. Saya sedang sibuk sekali. Dimana telinga saya?"

Togie : Biarpun terkesan khayal, daku pernah juga lho mengalami kejadian yang hampir sama. Waktu sibuk ngerjain laporan praktikum.


*****


Ia mulai mencoba beternak ayam namun malang menimpanya. Semua anak ayam yang baru dibelinya akhirnya mati hanya beberapa hari setelah dimasukkan ke kandang.
Akhirnya dia memutuskan untuk berkonsultasi melalui surat dengan dinas peternakan setempat. Ia pun menulis.
"Saya menemukan lima belas ekor ayam saya tergeletak di lantai kandang dengan kepala terkulai saling bertindihan, kaki yang berwarna pucat, bulu-bulu yang dikerubungi semut dan tidak lagi bergerak sedikitpun. Apakah yang sesungguhnya telah terjadi?"
Setelah dua bulan menunggu akhirnya ia menerima jawaban dari Dinas Peternakan melalui telegram dengan isi yang sangat singkat.
"Semua ayam itu mati"

Togie : Jadi inget kasus flu burung kemarin. Sampai pingin bilang : “Yang salah siapa..? Pemerintah atau rakyat..?



Bullshit Of Love - Part II (Obrolan Terkutuk)



"Gie, aku sudah punya pacar"

Di teras warung, seorang pemuda berkata dengan raut muka gembira. Togie, yang sedang depresi gara-gara alasan ekonomi merasa terusik. Dia tidak bahagia. Dan dia berpikir bahwa seluruh umat manusia harus tidak bahagia pula.

"Oo, pacar..? Merk apa..? Buatan tahun berapa..? Mesinnya rewel g..? Terus kalo rusak ada garansinya..?"

Bletak..!!

"Pacarku itu cewe Gie.., bukan motor vespa..!!".
"Begini nih akibatnya kalau ngobrol sama orang yang gak pernah pacaran.., gak nyambung"

Senyum sang pemuda mendadak hilang. Sekarang giliran Togie yang sumringah. Senang rasanya kalau bisa memusnahkan kebahagiaan orang lain.

"Yaah, tingkat kecerdasan otak kita memang berbeda..!! Jadi, wajar kalau obrolan kita gak nyambung. Kamu hanya manusia biasa yang kemampuan otaknya biasa pula. Bukan tipe jenius yang bisa mencerna analogi antara wanita dan vespa. Maaf, daku yang salah. Harusnya daku membuat analogi sederhana saja. Otakmu belum bisa mencerna analogi yang terlalu rumit"

"Terserahlah.., sakarepmu" Sang pemuda menyerah kalah.
"Lalu, pacarku itu gimana Gie..?"

"Hmmm..." Togie terdiam. Pura-pura berpikir serius.
"Menurutku.., daku tidak tahu. Lha wong daku belum pernah liat pacar kamu. Memang bentuknya seperti apa..? Bulet, kotak atau lonjong..? Di cat item atau biru..? Kalo daku sih lebih suka warna merah tua. Soalnya biarpun sedikit nge-jreng, tapi tetep keliatan kalem. Sayang, vespa daku terlanjur di cat biru. Mirip vespa nya bapak-bapak."

"Tapi biar bagaimanapun, pacar kamu pasti bukan wanita biasa. Wanita di belahan bumi manapun akan berpikir seribu kali sebelum akhirnya depresi kalau menerimamu sebagai pacar. Makanya, jangan-jangan tebakanku benar. Kamu gak pacaran sama wanita, tapi dengan motor vespa. Yaa.., walaupun masih mending sih. Sebab vespa nya berjenis kelamin betina"



TRET.., TRET.., TRET..!! DOR.., DOR..!!
JELEGAARR..!!!
*Setelah membantai ratusan ribu rakyat irak, tentara koalisi berkoar-koar tentang indahnya demokrasi



Back to the topic

"Dia manis Gie., Menurutku malah terlalu cantik.."
"Kulitnya putih bersih seperti mutiara. Badannya tinggi mirip onta. Bodinya seksi bak porselen cina. Pokoknya, dia wanita sempurna. Perfect..!!"


"Oo, seperti pacarmu yang dulu itu..? Yang sudah bertunangan itu..?"

"Enggak Gie.., kali ini lain. Dia belum bertunangan."

“Lalu gimana dengan sifatnya..? Ingat, Kesempurnaan fisik harus dibarengi dengan kesempurnaan akhlak juga lho..!!”

“Dia wanita baik-baik kok.., gak matre. Dia gak pernah mau ditraktir. Bahkan pernah ya, waktu makan bareng dan aku pesen es teh dua gelas, dia protes. Dia bilang es teh nya mending satu aja. Dan tahu nggak Gie..? Setelah itu, kami minum es teh segelas berdua. Hihi.., romantis banget ya..?”


TIDAAAKK..!!!
*Togie frustasi.Togie kalut. Dia tidak punya uang. Dia menderita. Karena itu, seluruh umat manusia harus menderita pula. Tak ada yang boleh bahagia. Tak seorang pun, TITIK.,.


“Tunggu.., tunggu dulu..!!”

Setelah mengacak-acak rambut dengan depresi, togie mendapatkan kembali akal sehatnya. Tak berapa lama, teknik rahasia pemusnah bahagia pun diterapkan.

“Maksud daku, sifatnya itu gimana..? Apa dia bisa menjadi pacar yang baik..? Apa pola pikirnya sudah cukup dewasa..? Kalau toh iya, apa dia menseriusi hubungan yang kalian jalin..?”

“Ya tentu lah..!!”
“Dia serius kok. Buktinya, dia berkali-kali ngajak tunangan. Tapi aku gak pernah mau, gak berani. Duit yang aku dapat dari hasil memeras keringat masih belum cukup untuk memberi makan anak istri”


“Lho.., kenapa gak berani..? Toh teman daku ada yang nekat menikah biarpun baru lulus kuliah dan belum kerja, tapi dia dan istrinya masih bisa hidup tuh..!! Dia bilang, asalkan niatnya baik, Tuhan pasti akan membantu dengan cara yang gak kita tahu. Tuhan sudah berjanji untuk menjamin rizki para hamba-Nya yang menikah demi menggapai ridho-Nya. Agar tidak terjebak ke perbuatan zina atau hal lain yang tak kalah hinanya”

“Iya sih. Apalagi, daku pernah menuntut dia agar membuktikan keseriusannya. Aku minta agar sebelum menikah kami harus sudah bisa beli rumah. Karena itulah dia memutuskan untuk kembali jadi TKW di luar negeri. Dan aku juga akan bekerja jadi TKI. Agar saat pulang nanti, bekal materi yang kami punya sudah cukup”

“Lalu…, kalau dia serius terhadap hubungan kalian, kenapa kamu masih ragu..?”

“Sebab aku gak tahu dia masih virgin atau tidak..!!”

JELEGARR..!!!

Bergemalah suara halilintar. Timbul sebersit ragu. Virginitas merupakan hal yang tabu. Lelaki jarang membicarakan virgin-tidaknya seorang wanita, apalagi kalau berkaitan dengan pacar mereka.

“Dulu dia pernah jadi TKW Gie. Dan aku tahu betapa rawannya pergaulan TKW di negeri seberang. Aku takut Gie.., jangan-jangan dia sudah gak virgin lagi.”

“Lho..?”

“Iya Gie. Makanya dulu aku pernah nanya, dia masih perawan ato nggak.., dan dia marah. Dia nyuruh aku nyari pacar yang lain aja. Makanya aku curiga Gie.”

“Bentar.., bentar..” Togie menarik nafas panjang.
“Memangnya kenapa kalo dia udah gak perawan..? Kalau dia pernah berbuat salah, toh kesalahan tersebut dilakukan di masa lalu. Kalau sekarang dia insyaf lalu ingin memperbaiki diri, kenapa kamu masih ragu..? Bukankah hubungan kalian baru terjalin saat ini, bukan di masa lalu..?”

“Kalau pingin tahu dia masih virgin ato nggak sih caranya gimana..?”

BLETAK..!!!

Lagi-lagi togie kalut. Tadinya dia berharap agar sang pemuda melupakan masalah virginitas. Sebab sang pemuda pun belum jelas masih virgin atau tidak

“Ya sudahlah” Togie menjawab pasrah
“Kalau wanita sih gampang, pergi aja ke dokter. Tapi kalo laki-laki rada susah. Gak bisa di test”

“Kok gak adil banget ya Gie..?”

“Nah.., makanya. Wanita gak pernah mempermasalahkan calon suaminya masih perjaka atau tidak. Lalu kenapa laki-laki harus meributkan virgin tidaknya calon istri..?”

“Ta.., tapi..”

“Udah.., sekarang ambil mudahnya saja. Daku punya temen yang lagi nyari calon istri. Virgin nggaknya urusan nanti. Jadi, kalau memang kamu tidak mau, lebih baik putusin aja. Kenalkan ke temen daku. Siapa tahu mereka cocok. Biar dia bahagia karena gak jadi menikah dengan laki-laki linglung seperti kamu”

“Jangan Gie..”
 
“Kalo gitu, kamu harus serius”

“Ta.., tapi..”

“Ck, stop. Makanya, lebih baik kalian putus aja. Nanti kamu bisa nyari wanita lain yang masih virgin. Beres kan..?”

Akhirnya, setelah berpikir beberapa lama, sang pemuda pun berkata :

“Tapi dia cantik Gie”

“JELEGAARR…!!!”

“Jadi itu toh alasannya..? Jadi sampai sekarang pun jiwa kamu masih sama busuknya..?” Kalo cuma nyari pacar atau istri cantik sih gampang, ada banyak pilihan. Dengan kosmetik, wanita yang gak pernah mandi bisa cantik dalam beberapa hari”.

“Dia putih”

“Ck, kerbau juga bisa putih kalo direndam pake rinso”

“Yang pasti, body nya seksi”





DUUAAARRR….!!!!
Duh gustiiiii…, kenapa kok ada ya, manusia model begini?

.
.
.
.


NUN JAUH DISANA, TENTARA KOALISI MASIH ASYIK MEMBUNUHI RAKYAT IRAK



togie de lonelie
saat depresi

Selasa, 06 November 2007

i love you for all

 

“Gie, berhentilah menyakitiku”

“Aku tidak menyakitimu, aku sedang menempa jiwamu. 

"Beginikah caramu mengungkapkan cinta...?"

"Entahlah. Aku hanya pernah sekali jatuh cinta. Kepadamu. Dan cinta, terkadang harus didahului oleh rasa sakit.”

“Ck, aneh. Kenapa kamu jadi seaneh ini..?”

“Kok masih nanya. Alasannya cuma satu, sebab aku mencintaimu.”

“Stop. Berhenti Gie...?”

“Tuhanlah yang nanti menghentikanku”

“Maksudnya..?”

“Selama Dia belum menutup semua peluang (sekecil apapun peluang itu), berarti aku masih boleh untuk terus maju.”

“Oo. Tapi ngomong-ngomong, pernah pergi ke dokter jiwa..?”

“Sudah. Katanya aku tidak gila. Cuma terlalu dimabuk cinta”

“Hh, lama-lama kok aku jadi pingin tahu. Apa kamu benar-benar mencintaiku..?”

“Sebenarnya, aku punya keingintahuan yang sama”

“Bletak..!!”

“Oo, bletak juga deh”

“Gie, kamu serius nggak sih..?”

“Anggap saja serius”

“Sudah, cukup. Tinggalkan aku”

“Ok, aku pergi. Tapi jiwaku akan tetap disini, bersamamu”

“Tidak. Kau tak pernah ada dalam benakku”

“Siapa bilang..? Selama ini dia selalu bersemayam di hatimu. Mengganggu ketenanganmu, membuatmu berpikir tentang aku”

“Ya.., pemikiran ngawur”

“Terserahlah, itu pun sudah cukup. Sebagai modal awal untuk membuatmu jatuh cinta.”

AARRGGHH, hentikan Gie. Lama-lama aku bisa gila”

“Hihi.., benar dugaanku. Hanya satu hal yang bisa membuatmu gila, yaitu cinta. Ayolah, kenapa tak mengaku saja. Bahwa jauh di lubuk hatimu, ada sekeping cinta untukku”


Togie de lonelie
Saat kuliah Rangkaian Listrik II

Dont Go.., Dont Go..., no no no




Ah, bosan. Hanya ada kegelapan. Malam tak memberiku apa-apa, sekedar selaput hitam yang membayang di lensa mata. Aku tak bisa melihatmu, wajahmu, senyummu, tubuhmu

"Gila..!!" Kau berteriak dari ujung sana
"Kenapa kau pejamkan mata..?"

Tidak, aku tidak gila. Ada tembok yang membatasi kamarku dan kamarmu, rumahku dan rumahmu. Walau menggunakan kacamata tiga dimensi, aku tetap takkan bisa melihatmu. Terakhir kali, kulihat kau tertawa dalam hatiku, karena itulah kucari kau disana, siapa tahu masih ada.

"Gila.., benar kataku, kau sudah gila..!!"

Stop..!! Sudah kubilang, aku tidak gila. Ada banyak wajah di luar sana, mereka bisa kulihat dengan mudah asal mau membuka mata. Tapi saat ini, di kamar ini, tak ada seorangpun. Hanya satu unit komputer, kasur, bantal, selimut, rak buku, meja, kursi serta dinding bata. Tak ada dia, mereka, ataupun kau.

"Lalu, kamu ingin tahu siapa saja yang bisa kamu lihat dengan menutup mata..?"

Ya, tentu. Orang tuaku, sedang tertidur di lubuk hati. Maklum, mereka lelah. Setelah bersusah payah merawatku sedari kecil. Adik-adikku, mereka sedang menangis. Dulu aku selalu merebut permen yang mereka punya dan mereka menangis. Sekarangpun, di hatiku, mereka masih menangis. Tapi kenapa saat kucoba melihatmu, hanya gelap yang ada? Padahal kemarin, kau masih disana.

"Kenapa aku menghilang..?"

Justru itu yang ingin kutanyakan. Padahal tumben-tumbennya kamu minggat. Biasanya kau rajin nongkrong disitu. Duduk selonjor sambil baca puisi, tersenyum, tertawa, lalu bernyanyi. Jadi, pertanyaannya adalah, kenapa kamu pergi..?

"Mungkin karena aku bosan..?"

Bah.., Bosan..? Rasanya bukan. Tiap kali ada yang mencoba mengambil tempatmu, kau selalu datang. Membawa pisau, celurit, bahkan parang. Kau usir dia, kau ancam agar tak kembali. Apa itu  tidak bertolak belakang dengan teorema kebosanan..?

"Lebih baik kau usir aku dari hatimu..?"

Yah, memang sebaiknya begitu. Tapi tidakkah kau ingat, terakhir kali aku menyuruhmu pergi, aku dilarikan ke rumah sakit selama belasan hari

"Gara-gara aku hajar..?"

Bukan. Gara-gara menderita tekanan mental.

"Ooo..."

Jangan cuma bilang "Ooo...". Tolong jelaskan, kenapa kamu pergi..? Kenapa pula harus kembali..?

Dan sudah kuduga, kau hanya menjawabnya dengan senyum, lalu membisu.

Suatu ketika di kala lebaran - gadis manis dari RT sebelah.3gp




Video yang didapat dengan menggunakan teknik spionase tingkat tinggi sehingga tidak disadari oleh korban. Teknisnya, dengan memperalat beberapa anak kecil dan si bisu yang dengan rela menemani sang togie saat melepaskan penat di serambi kecil dekat mushalla hutan bambu.

Tentang si bisu, Mereka Adalah Guru Saya



Kita.., sama
Bisu, tuli, buta, kita manusia
Punya otak, punya hati, punya tubuh
Lalu, dimana bedanya..?

Iblis, telah demikian jauh merasuki hati manusia
Menanamkan nilai-nilai ngawur di benak mereka
Membedakan semua menurut pandangan mata
Tinggi-rendah, mulia-hina, kaya-papa, tak jelas lagi kriterianya

Dulu, iblis pernah berkata :
"Aku dibuat dari api, dia dari tanah"
"Aku mulia, Adam lebih hina"
"Kalau dilihat dari situ, harusnya dialah yang bersujud pada saya"

Cuih.., gila
Kegilaan yang diikuti sekian banyak manusia
Yang sukarela melepas status kemanusiaannya
Dan beralih ke jabatan baru : “Manusia berpola pikir iblis”

 

********

 

Sahibul hikayat, di sebuah negeri yang kaya raya akan tetapi banyak hutangnya, hiduplah seorang mahasiswa berwajah purnama, berjiwa ksatria, berotak MBA, dan sebentar lagi beli motor vespa. Dia mempunyai beberapa sahabat karib, dua diantaranya mengidap penyakit bisu.

Sebagaimana layaknya orang bisu, mereka sering dilecehkan oleh manusia normal bergolongan darah I (Iblis)*. Golongan ini sering menilai manusia menurut kesempurnaan fisiknya saja, lupa bahwa sebelum lahir wujud manusia sebenarnya sama, yaitu ruh (yang tidak bisu). Kalau toh mati, jasad mereka pun sama-sama jadi bangkai. Lalu, kenapa harus dibeda-bedakan..?

Acapkali, mereka menganggap bahwa si bisu hanyalah manusia kelas dua. Lebih rendah dari manusia normal yang berkedudukan mulia, setingkat lebih tinggi diatas orang idiot. Pernah, saat kehabisan ide untuk bercanda, dengan entengnya mereka bertanya  : “Eh, kamu goblok ya..?”. Dan si bisu, yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menganggukan kepala, mengikuti mereka yang bertanya dengan menganggukkan kepala juga. Mereka tertawa senang : “Hahaha..!!”. Si bisu pun ikut tertawa : “Hahaha..!!!”. Ah, ingin rasanya memberitahu apa yang sebenarnya terjadi, namun niat itu selalu diurungkan. Tak apa tertawa untuk menghina, yang penting si bisu menganggapnya sebagai tawa bahagia : “Hahaha..!!”. Biar semua bahagia : “Hahaha...!!!”. Dan menangislah.

Atau, jika sedang putus cinta. Mereka kerap berpaling pada si bisu. Bukan untuk meminta nasehat, melainkan untuk menghina. Agar dapat merubah kesedihan menjadi canda. Sering mereka berkata :

“Aku tidak sedih, toh semua orang pernah putus cinta. Dan akan mendapatkan kembali cinta mereka. Aku masih mending. Lihatlah si bisu. Mereka tak pernah diputus oleh pacar mereka, sebab mereka tak pernah punya pacar. Tidak ada yang mau. Satu-satunya kesempatan agar mereka dapat merasakan putus cinta adalah saat ditolak. Dan kamu tahu kan, mereka selalu saja ditolak oleh wanita yang mereka suka..? Bahkan kalau menggunakan ilmu pelet paling mutakhir pun, belum tentu cinta mereka diterima. Lho, gak percaya..? Berani taruhan..? Ayo..!! Hahaha..!! Gwahahaha..!!”

BLETAK...!!!

Ah, aneh. Padahal sebenarnya, walaupun memang di satu sisi kedua bisu tersebut punya banyak kekurangan, namun jika dilihat dari sisi lain mereka punya kelebihan yang jarang dimiliki oleh manusia lain. Yaitu KEBESARAN HATI

 

******

Alkisah, suatu hari, saat shalat tarawih di mushalla, sang mahasiswa berdiri tepat dibawah kipas angin yang berputar kencang. Karena tubuhnya yang kurus, ringkih dan penyakitan, para jamaah pasti bisa menebak bahwa sepulangnya nanti sang mahasiswa langsung masuk angin akibat kedinginan. Namun sayang, para jamaah tetap diam, tenggelam dalam kekhusyu’annya masing-masing, tanpa mempedulikan nasib sang mahasiswa. Untunglah tak berapa lama kemudian, sayup-sayup terdengar suara lenguhan dari arah kiri. Di pojok sana, terlihat si bisu melambai-lambaikan tangannya, menawarkan diri untuk bertukar tempat. Walau sebenarnya, dia sendiri pun tak kalah kurusnya. Subhanallah..!!!

Kali yang lain, sang mahasiswa mengidap penyakit error. Ketika adzan maghrib berkumandang dia tetap asyik mencangkul tanah di depan rumah, ingin cuti dari shalat. Saat itulah si bisu lewat. Langkahnya terhenti begitu melihat sang mahasiswa. Dengan gerak isyarat yang sulit dimengerti, si bisu mengajak ke mushalla. Jari telunjuknya mengarah ke langit sambil berucap “Allo...!! Allo..!!” (Allah). Dia mengangkat telapak tangannya seperti sedang takbir lalu menyedekapkannya di dada. Dia menatap sang mahasiswa. Mata bertemu mata, jiwa bertemu jiwa. Walau tanpa suara, sang mahasiwa seolah-olah bisa mendengar dia berkata “Gie, shalat maghrib yuk..!! Bareng-bareng lagi kayak dulu..”

Atau saat lebaran kemarin. Saat sang mahasiswa ingin bersilaturahmi ke tetangga sekitar tapi tak ada teman. Dengan inisiatif sendiri, si bisu menggandeng tangan sang mahasiswa. Layaknya seorang pemimpin, dia mengetuk setiap pintu rumah warga lalu mengajak penghuninya bersalaman. Bagaimana dengan sang mahasiswa..? Dia cukup cengar-cengir dan garuk-garuk kepala lalu ikut bersalaman juga, sambil berucap “minal aidzin wal faidzin.”

Bahkan saat sang mahasiswa merasa capek dan ngos-ngosan setelah bersilaturahmi ke pelosok hutan bambu sehingga terpaksa beristirahat di dekat mushalla, si gadis manis dari RT sebelah lewat. Katanya mau beli es batu. Rasa lelah sang mahasiswa mendadak hilang, senyum pisang pun terkembang. Saat itu, walaupun mungkin di dalam hatinya si bisu bertanya "Kenapa mahasiswa yang tadinya capek tiba-tiba jadi semangat seperti ini..?" tapi dia tetap rela menemani. Termasuk ketika sang mahasiswa mengajak si gadis manis ngobrol dan secara diam-diam memfotonya sebanyak empat kali plus rekaman video dua kali, si bisu tetap tidak protes (Alhamdulillah).

Terakhir, saat si bisu belajar IQRO pada Tarmo. Dengan lancarnya dia bisa mengeja "Alif (AIP), Ba, Ta" dan seterusnya, namun terbentur kendala saat menghadapi huruf "Ha". Tarmo, dengan kengeyelannya yang mendekati taraf sempurna, berusaha keras menyuruh si bisu mengucap kata "Ha". Dengan susah payah, si bisu cuma bisa bersuara "..AA.. ..AA.. ..AA..". Walaupun Tarmo tahu bahwa si bisu mengalami gangguan di lidah dan tenggorokannya sehingga tidak bisa mengucap "Ha", tapi dia tetap ngotot. Walaupun dia tahu bahwa Allah telah memberi keringanan pada orang-orang seperti si bisu, dia masih ngotot. Dan walaupun sang mahasiswa berkali-kali berkata "Sudahlah Mo, dia memang tidak bisa. Makanya dia bisu. Kalau nggak gitu, dia gak bakal bisu", tapi Tarmo tetaplah Tarmo.

Apa reaksi si bisu..? Subhanallah. Dengan mati-matian dia menekan tenggorokannya agar bisa bersuara "HA". Bahkan sampai pulang pun, dia masih memegang tenggorokannya, masih tetap berusaha, masih mengucap "..AA.. ..AA.. ..AA.."

Entahlah. Di mata orang lain, kedua bisu tersebut mungkin terlihat rendah. Tapi di mata saya, mereka adalah teman yang berjiwa mulia. Jauh di lubuk hati, saya menganggap mereka lebih dari sekedar teman. Mereka adalah guru. Yang mengajari saya tentang bagaimana harus bersikap, tentang pentingnya berusaha, tentang solidaritas, tentang mengasihi orang lain. Ya.., mereka adalah guru saya. Sayang saya bukan murid yang baik, belum bisa seperti mereka.

Keterangan gambar : Si bisu kakak, si bisu adik, Mahasiswa berwajah purnama, gadis manis dari RT sebelah


*QS. 17 - Al Israa' : 61. Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"

 

Togie de lonelie
Sehabis silaturahmi


 

Berpikir bebas, nikmati sensasinya

Kebebasan berpikir bukan berarti kita boleh berpikir sebebas-bebasnya. Sebab dalam berpikir terdapat kerangka yang membatasi pengembaraan kita. Kerangka tersebut berfungsi untuk menjaga agar proses berpikir kita tetap berada pada koridor yang benar, sehingga hasil pemikiran kita pun bisa benar pula. Jika kita keluar dari kerangka tersebut, kemungkinan besar hasil yang kita peroleh akan melenceng jauh dari yang seharusnya. Oleh sebab itu, dalam setiap bidang ilmu selalu ada peraturan yang harus dipatuhi.

Namun, sebagian orang cenderung salah kaprah dalam mengartikan kebebasan berpikir. Salah satunya adalah almarhum Ahmad Wahib dalam bukunya yang berjudul "Pergolakan dan pemikiran islam". Di buku ini, dia menyarankan agar kita berpikir sebebas mungkin, jangan mau dibatasi. Kemampuan otak manusia memang terbatas, tak bisa menjangkau "kebenaran" sempurna. Karena itulah kita harus memikirkan segalanya agar dapat sampai pada "batas" yang mampu dijangkau oleh otak kita. 

Dengan metode kebebasan berpikir tersebut, dia telah menghasilkan beberapa pemikiran “spektakuler”. Beberapa diantaranya adalah :

1. Dia meremehkan mereka yang mencoba berpegang teguh pada syariat islam. Menurut dia, syariat islam hanya pantas diberlakukan pada masa Rasulullah SAW, itu pun terbatas pada masyarakat arab kuno. Di masa sekarang, dimana penduduk, teknologi, serta budayanya sudah jauh berbeda, syariat islam sudah tidak pantas diberlakukan lagi.

2. Dia berkata bahwa seharusnya Allah kembali menurunkan Nabi atau Rasul yang menjelaskan pada manusia tentang islam yang "sesungguhnya", sebab Islam yang sekarang kita anut sudah berbeda jauh dengan islam di masa rasulullah. Jika Allah menurunkan Muhammad SAW untuk menggantikan Isa AS padahal budaya dan teknologi di masa keduanya belum jauh berbeda, lalu kenapa saat perbedaan tersebut demikian mencolok (bila masa sekarang dibandingkan dengan masa rasulullah), Allah tidak kembali mengutus nabi-Nya..?

3. Hadits, menurut dia, sebenarnya hanya pantas disebut sebagai "hasil budaya" arab jaman brahola saja. Sebatas kata-kata dan tindakan rasulullah yang memang layak diterapkan pada masyarakat arab pada jamannya. Tidak untuk digunakan di masa kini.

4. Dan terakhir, dia mengecam mereka yang melarang manusia untuk memikirkan "adanya" Allah. Padahal seperti yang sudah kita tahu, bahwa Allah bersifat “wujud”.

Nah, disini terlihat jelas kerancuan dalam kebebasan berpikir yang dikemukakan oleh almarhum Ahmad Wahib.

Seperti yang telah disebutkan bahwa setiap bidang ilmu punya aturannya sendiri. Dalam teknik elektro misalnya. Jika menggunakan metode kebebasan berpikir, maka kita bebas-bebas saja berpendapat bahwa resistor dapat melakukan hubungan seks sehingga bila dinikahkan dengan kambing akan menghasilkan keturunan berupa kulkas dan televisi. Kita boleh berpikir seperti itu. Tapi, apa manfaatnya..? Hampir tidak ada. Hanya menghasilkan pemikiran ngawur yang tidak pernah terlintas di benak jin sekalipun. Karena itulah, di teknik elektro ada aturan bahwa resistor berfungsi sebagai tahanan. Bila diberi tegangan V akan menghasilkan arus i, bila dilewati arus menghasilkan tegangan V, dan bila diinjak gajah niscaya remuk. Tak sedikitpun disebutkan bahwa resistor mempunyai alat kelamin agar dapat melakukan hubungan seks.

Lebih jauh lagi, mari kita bahas buah dari pohon bernama "kebebasan berpikir".

1. Tentang Syariat Islam. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir, saat menjadi pembicara pada "Islamic Book Fair" di GOR Satria Purwokerto berkata bahwa islam bukan sekedar agama, islam adalah dien. Kita harus mengetahui perbedaan antara agama dan dien. Agama hanya berkisar pada kepercayaan terhadap Tuhan. Asalkan kita percaya, walaupun tidak mematuhi aturan atau syariat-Nya, kita sudah bisa disebut sebagai umat "beragama".

Tapi islam berbeda. Rasulullah diutus bukan hanya untuk mengabarkan bahwa Allah itu ada, tapi juga untuk mengajarkan syariat-syariatNya. Baik yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, sesama manusia, maupun alam semesta. Itulah yang tertera dalam Alquran dan hadits. Namun karena Almarhum ahmad wahib menganggap hadits (terkadang juga Alquran) hanya sebagai produk budaya, maka keduanya harus disesuaikan dulu dengan kondisi dan situasi di suatu tempat.

Mungkin menurut dia, kalau di arab sana ada hukum rajam, cambuk, potong tangan, shalat dan haji, sesampainya di indonesia harus ditransformasikan menjadi pemberian trophy, peluk sayang, beasiswa, dugem dan korupsi. Agar sesuai dengan budaya yang kita miliki.

2. Tentang diutusnya kembali nabi dan rasul. Almarhum (andai sekarang masih hidup) pasti gembira terhadap fenomena Lia Eden dan Mossadeq. Tak peduli seaneh apa logika yang digunakan sebagai dalil bahwa mereka benar-benar "berpangkat" sebagai utusan Tuhan. Almarhum kiranya merasa legowo karena dapat belajar islam langsung kepada jibril (yang konon merasuk kedalam raga sang Lia Eden). Lalu dilanjutkan dengan diskusi dimana jibril dapat melaporkan hasil diskusinya kepada Tuhan sehingga nantinya Tuhan akan menetapkan syariat baru yang benar-benar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Ah, pemikiran bebas yang aneh. Kenapa harus diturunkan nabi baru jika budaya yang berlaku di suatu bangsa dapat menyesuaikan diri dengan islam. Toh wanita jawa jaman brahola, yang konon kalau pergi kemana-mana sambil bertelanjang dada, sekarang banyak yang berkenan untuk menutup auratnya. Yah, walaupun banyak yang masih setengah-setengah sih. Masih telanjang setengah dada-setengah paha.

3. Tentang Hadits. Ada ilmu tafsir yang membahas tentang hadits. Ada cara tertentu dalam menginterpretasi suatu hadits. Jika Ahmad Wahib berpikir terlalu bebas dan tidak mematuhi kaidah yang berlaku dalam ilmu hadits, pantas saja dia menganggap bahwa hadits hanyalah produk budaya.

Tata cara shalat (yang tidak secara lengkap dijelaskan dalam Alquran) nantinya bisa dirubah semau kita. Jika hadits menjelaskan bahwa shalat harus mempergunakan bahasa arab, membaca ayat Alquran dalam bahasa arab, maka boleh-boleh saja bila shalat kita “Indonesiakan”. Bahasa arab diganti dengan bahasa indonesia. Ayat Alquran diganti dengan lagu-lagu populer.

Nantinya, shalat kita pasti lebih menyenangkan. Saat sedang jatuh cinta, kita shalat sambil bernyanyi "Pelangi di matamu" Jamrud. Saat patah hati, bolehlah diganti dengan "Menangis Semalam" milik Audy. Dan kalau sedang stress, monggo mendangdutkan diri dengan lagu "Kucing Garong". Tak  apa, toh tata cara shalat yang terkandung dalam hadits cuma dianggap sebagai produk budaya, jadi boleh dong kalau budayanya menggunakan budaya bangsa kita.

4. Lalu tentang Allah. Kalau yang dimaksud oleh almarhum adalah membolehkan kita untuk berpikir tentang "dzat" Allah, maka lebih baik kita angkat tangan saja. Bersiaplah untuk merasa heran jika nantinya ada pertanyaan yang berbunyi "Menurut Tuhan, siapakah ciptaanNya yang lebih seksi, Paris Hilton atau Pamella Anderson..?". Anda jangan protes terhadap pertanyaan seperti ini, sebab menurut asas kebebasan berpikir, pertanyaan sengawur apapun niscaya dianggap sah-sah saja. Sebab "kebebasan" telah disalah artikan sebagai "bebas sebebas-bebasnya".

 

Togie de lonelie
Saat sedang kuliah tapi malah bikin tulisan seperti ini

Senin, 05 November 2007

Jejakmu (untuk masalalu)


 

Kucari jejakmu, mengikuti rembesan air liur yang menganak sungai membanjiri ingatan. Kuendus baumu, lewat kecutnya aroma keringat yang dulu kau tinggalkan. Namun tetap saja, hanya dapat kutemui samarnya bekas langkah diatas beceknya mimpi.

Sesekali, pernah kupergoki bayangmu mengintip dari dalam kakus, berpijak diatas reotnya ember, bergelantungan di lubang ventilasi. Namun saat kudobrak pintu, bayangmu langsung lari. Kabur lewat pipa toilet, terbawa hanyut ke kali.

Pernah pula kudengar isak tangismu dari balik jendela kamar, disela cericit kampret. Namun saat kupasang telinga, suaramu mendadak sirna. Terusir oleh bisingnya tanya yang mendadak ngumpul di batok kepala.

Tapi kemarin. Ya.., kemarin malam, kulihat lagi sosokmu secara utuh. Masih seperti dulu, dengan senyum manis kau berusaha menggodaku, agar ikut pesiar ke masalalu.

Sayang, otakku sedang normal. Aku sadar bahwa kau hanyalah sekeping kisah yang tertinggal di pusaran waktu. Bayangmu cuma boleh nampak di alam mimpi, tanpa perlu diwujudkan ke realita. Sekarang, biarlah kusandarkan semuanya pada sang waktu. Menunggu sampai dia membawa kembali sosokmu padaku. Sosok yang berinkarnasi ke bentuk lain, bukan dirimu.


togie de lonelie
dinihari

Joke : 4

 

Ayah sheilla sebenarnya tidak terlalu gembira melihat putrinya itu demikian mencintai brian karena ia tak puas dengan kemampuan keuangan brian.

Untuk puluhan kalinya ia bertanya pada pacar putrinya itu

"Brian, benarkah kau sanggup menghidupi rumahtanggamu dengan baik..?"

Dengan agak kesal brian menjawab : "Percayalah pak. Sheilla tidak akan mati kelaparan. Saya pasti sanggup memberinya makan"

Ayah sheilla masih belum puas. Ia bertanya lagi, "Tapi sudah tahukah kau bahwa sheilla hanya bernafsu makan kalau nasinya diletakkan diatas panci dan piring emas..?"

*****

Henri : "Apakah isterimu sukar untuk diajak berunding?"

Daud : "Entahlah. Selama dua puluh lima tahun menikah saya belum pernah mencoba hal itu"

*****

Seorang produser TV jerman yang bermaksud mengambil adegan kegiatan kerja para pekerja Indonesia untuk melengkapi salah satu filmnya pergi ke perpustakaan film. Kebetulan di perpustakaan itu tak tersedia koleksi adegan yang dibutuhkannya.

Akhirnya ia menemukan jalan keluar yang tetap hemat biaya. Ia mengambil adegan kegiatan kerja para pekerja Jerman dengan gerak yang diperlambat.

 

Minggu, 04 November 2007

Lonelie Memorie


Di pojok kamar ini, aku sering melihat diriku di masalalu sedang menatap aneh pada diriku yang sekarang. Dia merasa heran melihat diriku yang sekarang ternyata jauh berbeda dengan apa yang selalu dia bayangkan. Diriku yang sekarang pun merasa trenyuh, lalu terdiam. Di pojok yang lain, diriku di masa depan terlihat sedang menatapku. Terheran-heran, lalu ikut merenung, sepertiku.

Saat ini, di kamar ini, ada tiga diri. Mereka saling melihat, mengamati, lalu bersama-sama tenggelam dalam renungan.

togie de lonelie