Rabu, 23 Januari 2008

Tunggulah sayang, aku datang (Sajak untuk jogja)

Insya Allah, lusa
Berbekal duit seadanya
Air minum secukupnya
Snack sekadarnya
Plus cengar-cengir sekenanya
Daku kan bermotor menyusur jalan
Melintas waktu
Tuk melihat lagi, wajah manismu

Entah.., mungkin polusi tlah membuatmu berubah
Tak lagi indah
Tak lagi nyaman, tak lagi segar
Namun daku harap, masih bisa kujumpai kenangan itu
Rasa itu,
Seperti ketika dulu berputar-putar-nyasar di semrawutnya jalanmu
Nyaris mati kejatuhan tembok pondok pesantren kotamu
Senyam-senyum gak mutu ke para santriwati
Dikejar anjing
Mengejar anjing
Sok PeDe ikut-ikut ngaji
Atau, sedihnya mengubur jasad kakek-nenekku

Ah, jogja
Terakhir kali kudatangi kau
Malioboro sudah terlalu sesak
Prambanan porak-poranda
Tembok keraton banyak yang jebol
Parangtritis makin kotor
Tambah banyak pula pemudi berbaju bahenol
Bikin mata sepet

Maaf, bila kali ini daku tak lagi bergairah tuk menikmati budaya mu
Juga objek wisata yang kau miliki
Sebab ada banyak hal lain yang lebih penting untuk ku kunjungi

Nyari bahan skripsi nya pipin
Belanja buku
Hunting makanan enak
Senyam-senyum ke santriwati (*Teteeeepp)
Tidak lupa pula.., makan kebab bareng

Tapi, biar bagaimanapun
Kau, hai jogja
Tetaplah kota yang daku cinta
Walau tak sebesar cintaku kepada Purwokerto-Kota para Ksatria


Note :
Akhirnya, daku gak jadi pake vespa
Gara-gara si pipin lebih milih honda kharisma
Hiks






Sabtu, 19 Januari 2008

Baik & Buruk

 

Manusia tidak bisa disebut sebagai 100% baik atau buruk1. Sebab kedua sifat tersebut sudah tercetak secara manunggal dalam diri manusia. Tak bisa dipisahkan, tak saling menihilkan

Kita bisa disebut baik bilamana kadar kebaikan yang kita miliki lebih besar dari keburukan. Begitu pula sebaliknya.

Karena itu, kurang tepatlah apa yang dikatakan rumi, bahwa dia dan para darwis adalah orang-orang suci. Yang karena selalu mensucikan diri maka mereka sudah terhindar dari sifat-sifat jahat, terbebas dari dosa.

Kurang tepat pula ajaran tentang manunggaling kawula gusti. Sebab biarpun pada saat-saat tertentu kita merasa menyatu dengan Allah2 meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah, namun sifat buruk yang kita miliki sebenarnya masih ada. Jauh tersembunyi di relung hati. Biarpun kita tidak merasakannya, kita tetap masih punya sifat-sifat buruk. Yang suatu saat bisa muncul ke permukaan.

Mahasuci Allah dari sifat-sifat semacam itu.


Note :

1Segala sesuatu memiliki kecenderungan pada kebaikan atau kejahatan, sebab hal itu menjadi bagian dari dirinya. (Jalaluddin Rumi : Kisah Keajaiban Cinta)
2Siapakah “kami” manakala engkau mengatakan “Aku?” Apalah arti tembaga kita dihadapan “zat mukjizat?” Dihadapan matahari, dapatkah segenggam salju berbuat sesuatu, kecuali sirna di dalam pancaran dan cahaya? (Jalaluddin Rumi : Kisah Keajaiban Cinta).


Jumat, 04 Januari 2008

Bias gender : kelemahan pria & wanita?

 

Wanita lebih bebas mengekspresikan kelemahannya. Wanita boleh menangis di depan umum. Boleh mengeluh. Boleh putus asa. Tak seorangpun mempermasalahkan hal ini 

Namun lain dengan pria. Biarpun kami juga punya hak untuk bersedih namun kami tak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan kesedihan hati. Kami selalu dibebani dengan gengsi, dengan harga diri. Kalau kami menangis di depan umum, kami akan dihina, dianggap lemah. Naasnya, bisa-bisa kami dianggap tidak pantas menjadi pria. Disarankan untuk melepas celana. Lalu menggantinya dengan rok serta BH. Seolah-olah, kami diharuskan untuk selalu tegar. Selalu tersenyum. Selalu sanggup menanggung beban, menerjang berbagai rintangan.

Padahal, seperti halnya batu karang. Sekeras apapun batu karang, pasti akan keropos terkikis ombak. Begitu pula pria. Walau berhati baja, suatu saat pasti putus asa. Terutama bila menghadapi masalah yang tak mampu diatasi. Saat itu, ingin rasanya kami menangis. Berkeluh kesah. Tentang betapa hancurnya hati kami. Agar nanti ada yang menghibur kami. Memberi saran atau solusi.

Hingga terkadang kami menganggap bahwa dibalik beribu kekurangannya. Wanita jauh lebih beruntung dari pria. Kesedihan, tangisan, dan keputus-asaan mereka, bebas-bebas saja untuk diperlihatkan. Tanpa perlu disembunyikan.

Gombalizionato Crime - Sekelumit Kisah Dari Masalalu

Judul : Tindak Pidana Penggombalan

Pelaku : Tarmo & Togie

Jabatan, status, harta dan penampilan sering dianggap penting oleh masyarakat. Orang bilang, fenomena ini hukumnya wajar-wajar saja, tak perlu di permasalahkan. Oleh karena itulah, daku dan Tarmo pernah menjadikan kewajaran ini sebagai senjata dalam berbagai tindak pidana penggombalan. Yang sering berlangsung dengan suksesnya. Padahal modus operandi yang kami gunakan selalu sama.

Alkisah, jaman dahulu kala, kami selalu mencari calon korban di tempat strategis. Yaitu tempat yang banyak wanitanya. Biasanya di alun-alun kota. Nah, ditempat itu, kami memilah mana yang bisa dijadikan mangsa dan mana yang tidak. Yang kami cari adalah para wanita (kalau bisa anak SMA) yang duduk berbincang-bincang tanpa didampingi pria. Tak pernah kami mendekati wanita yang sedang bermesraan dengan pasangannya. Sebab bisa bahaya.

Teknisnya, Tarmo yang super nekat itu mengajak berkenalan. Lalu mengajak ngobrol. Nah, daku, yang pemalu dan mudah grogi ini cukup diam saja. Nanti, bila korban tidak memberikan respon berarti pada tarmo (yang cuma sales permen), itulah saatnya daku ikut bicara. Dimana pembicaraan tersebut selalu berpusat pada satu hal saja. Sok pamer dan sok gaya.

Daku bercerita tentang status yang daku sandang sebagai mahasiswa teknik elektro. Dilanjutkan dengan berbagai omong-kosong yang terlihat keren. Seputar teori njlimetnya teknik elektro yang disambung-sambungkan dengan ilmu politik, ekonomi, sosial atau budaya. Tak usah mempedulikan benar-tidaknya teori tersebut, sebab korban gak bakal tahu. Teori ngawur ini akan membuat daku terlihat sebagai mahasiswa tampan berotak jenius. Sehingga korban merasa terkesan.

Nah, setelah itu, setelah daku berhasil menanamkan kesan tertentu di hati korban, maka kendali kembali dipegang oleh Tarmo. Dia akan mengalihkan pembicaraan ke hal-hal ringan. Si korban akan dijejali dengan lusinan canda dan lelucon, biar lebih akrab. Dilanjutkan dengan pembicaraan pribadi. Misalnya sudah punya pacar atau belum, lalu tipe pacar yang diinginkan.

Dan saat si korban menjawab belum, maka teknik gombalisme versinya tarmo pun diterapkan. Daku gak inget betul detailnya. Yang jelas, biasanya si korban akan tertawa. Gemas. Lalu memberi harapan pada kami berdua. Sebab kami terlihat sebagai mahasiswa pintar bermasa-depan cerah yang pandai menyenangkan hati wanita.

Hasilnya, ibarat sedang memancing. Kail yang kami lemparkan sudah dimakan, terserah kami mau mengangkatnya atau tidak. Dan biasanya sih tidak. Daku disitu cuma menemani Tarmo. Tarmo cuma iseng. Makanya, bila si korban minta diantar pulang, mengajak main ke rumah atau apa, dengan kompak dan penuh sikap optimis kami selalu berkata TIDAK.

Itulah sekelumit kisah yang bisa dijadikan contoh bahwa terkadang, suatu kewajaran bisa dimanfaatkan untuk berbuat jahat. Makanya kita harus berhati-hati terhadap berbagai kewajaran lain yang sering ditemui. Mbok kita dijahati.


Kutukan dan pergantian tahun

 

Bicara tentang kutukan. Sebenarnya, apa itu kutukan..? Menurut cerita yang tersebar di masyarakat, kutukan berarti hal buruk yang menimpa seorang (atau sekelompok) mahluk dimana kutukan tersebut bisa bersifat temporer (sementara), permanen (tetap), maupun kontinyu (terus menerus diturunkan ke anak cucu).

Kutukan Temporer

Sejak lulus SMA, saya tidak pernah bisa menghabiskan malam tahun baru bersama wanita. Kojak (seorang teman SMA) bilang, saya telah dikutuk.

Tahun pertama setelah lulus, kami menghabiskan malam tahun baru berdua. Dimana kami menghabiskannya di tempat yang salah. Yaitu ditengah-tengah ratusan (atau lebih) pasangan yang asyik bermesraan. Ketika kembang api dinyalakan sebagai pertanda pergantian tahun, mereka dengan syahdunya berangkulan, berpelukan, bahkan berciuman. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman di hati kami. Karena di tempat itu hanya kamilah yang bengong menatap kembang api. Tidak mungkin kami (yang sesama pria ini) ikut berpelukan atau berciuman juga. Hingga kemudian bertekad bahwa tahun depan kami akan menghabiskan malam tahun baru bersama wanita.

Tahun berikutnya, kami tetap mengalami nasib yang sama. Biarpun kami telah bersepakat untuk mengajak teman wanita, namun secara kebetulan (seperti telah digariskan dalam suratan nasib), teman tersebut tidak bisa datang. Hingga kami kembali menatap nyala kembang api dengan penuh bengong. Lalu dengan sekonyong-konyong kami menyimpulkan bahwa salah satu diantara kami pasti telah kena kutuk. Dan bila ingin tahu siapa yang telah dikutuk, maka tahun depan kami harus berpisah. Menghabiskan malam tahun baru secara sendiri-sendiri.

Ternyata kesialan benar-benar menyelimuti kami. Biarpun telah berjanji bahwa dia akan menghabiskan waktu disana dan saya disini, dia dengan siapa dan saya siapanya lagi, namun entah kenapa sekian menit sebelum nyala kembang api, tiba-tiba saya nyasar, terpisah dari teman-teman. Dia pun begitu. Dan lagi-lagi, seperti telah digariskan dalam suratan nasib, kami kembali bertemu ditempat yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Melihat kembang api yang hampir sama, dalam suasana yang sama pula. Suasana bengong.

Hingga akhirnya Tuhan sudi memberi tahu siapa yang telah dikutuk. Tahun selanjutnya teman saya berhasil menghabiskan tahun baru bersama wanita. Sedangkan saya, kembali menghabiskan akhir tahun bersama pria. Mulai dari teman teknik, teman sekampung, para jomblo, dan entah siapa lagi. Hal itu berlanjut dari satu tahun ke tahun berikutnya. Singkatnya, ternyata, SAYALAH YANG KENA KUTUK.

Dilatar-belakangi oleh rasa putus asa, tahun ini saya kembali berusaha untuk terakhir kalinya. Mengirimkan sms berisi ajakan menghabiskan malam tahun baru kepada seorang teman wanita. Untuk mengetahui sudah hilangkah kutukan yang selama ini menimpa saya. Alhamdulillah dia mau.

Lalu, setelah diliputi perasaan cemas, setelah detik demi detik ditimpa rasa was-was, sampailah kami (saya, teman saya dan pipin) pada malam pergantian tahun. Hingga kami bisa melihat kembang api. Lebih tepatnya, akhirnya, saya, bisa menghabiskan malam tahu baru bersama wanita. Singkatnya, saya telah BEBAS DARI KUTUKAN.

Dhan, terimakasih. Malam ini dunia tahu bahwa kutukan yang selama ini membelenggu diriku telah sirna. Jasamu sungguh tak bisa dilukiskan lewat kata-kata. Happy new year.

(Sebuah puisi untuk teman tercinta)


Kutukan Permanen (Tetap)

Singkat saja. Menurut dongeng dan sahibul konon, alkisah, jaman dahulu kala, ada seorang resi yang mengutuk nenek moyang saya. Bahwa akan ada salah seorang anak keturunannya yang ditimpa kutukan malang berupa ketampanan tiada tara untuk selama-lamanya. Dimana ketampanan tersebut menyebabkan si empunya kutukan ditimpa berbagai cobaan dan rintangan yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan ketampanan. Menyangkut sulitnya lulus kuliah dari fakultas teknik, sulit membayar cicilan motor vespa, sulit mengumpulkan duit buat nge-blog dan lainnya.

Tak usah saya sebutkan siapa manusia terkutuk itu. Anda pasti sudah tahu. Dan tak usahlah saya menjelaskan berbagai dalil atau argumen untuk membuktikan benar-tidaknya sahibul konon ini. Sebab yang namanya dongeng, yang namanya konon, memang tidak perlu bukti. Cukup dipercayai.


Kutukan Kontinyu

Bisa dilihat dari nilai-nilai pelajaran menggambar yang saya peroleh. Dari TK, SD, SMP sampai SMA, nilai-nilai seni rupa saya selalu mengenaskan. Benar-benar hancur. Berbagai daya, upaya, latihan, maupun les menggambar yang saya ikuti tak bisa memperbaiki kehancuran ini. Seakan-akan jiwa saya benar-benar anti dengan gambar.

Dan ternyata, bukan hanya saya saja. Ternyata adik, bapak, kakek, eyang buyut, canggah, serta para pendahulu saya pun tidak ada yang jago menggambar. Artinya, kekurangan ini merupakan fenomena ajaib dalam ilmu genetika. Yang berhungan erat dengan struktur DNA dalam tubuh manusia. Sebuah fenomena yang bisa dikait-kaitkan dengan fenomena lain. Yaitu kutukan.

Sepertinya, sejak jaman nenek-moyang, kami telah dikutuk agar tidak pandai menggambar. Torehan kuas kami hanya menghasilkan karya hina yang membuat malu dunia seni rupa. Kutukan itu terus berlanjut dari generasi ke generasi hingga sampailah pada generasi saya. Jadi alangkah wajarnya jika saya pun tidak pandai menggambar. Yang nanti diteruskan ke anak-cucu saya. Hingga membentuk sebuah dinasti baru di muka bumi. Dinasti togie. Dinasti tanpa jiwa gambar.

Lagi-lagi, tak usahlah mempedulikan benar-tidaknya dongeng ini. Cukup dipercayai.

Terimakasih, togie

Mencintai Vespa : Sebab Vespa Adalah Cinta



Menurut togiepedia, definisi negara ideal adalah bilamana penduduk suatu negara seluruhnya mengendarai motor vespa. Indonesia akan menjadi negara maju yang penuh cinta bila penduduknya mau mengendarai motor vespa. Kenapa bisa begitu..? Begini alasannya.

Vespa bukanlah motor orang manja. Vespa diciptakan untuk mereka yang hobi berolahraga. Menginjak pedal gas bisa dianggap sebagai olah kekuatan kaki. Men-standard tengah berfungsi membentuk otot tangan, pundak, betis dan paha. Bahkan mendorong vespa (terutama bila ban kempes atau mesin ngadat) bisa mengolah-ragakan seluruh tubuh kita. Baik pernafasan, kekuatan otot, daya tahan, stamina, pokoknya semuanya. Jadi dengan kata lain vespa bisa digunakan untuk menyehatkan bangsa.

Kita juga tidak menjadi malas sebab setiap pagi harus bangun untuk memanaskan mesin. Kita pun bertambah cerdas karena mau tidak mau harus bisa mengotak-atik vespa mbok suatu saat mengalami kengadatan. Dengan semangat dan kecerdasan ini, berbekal motor vespa, dunia otomotif kita bisa lebih maju dari negeri sakura.

Vespa adalah motor paling seksi sedunia. Punya lekuk tubuh yang begitu sempurna. Sebab tonjolan-tonjolannya telah diatur sedemikian rupa sehingga nampak begitu simetris bila dilihat dari berbagai sudut. Menampilkan keseimbangan harmonis antara maskulinitas pria dan sifat feminin wanita. Cocok digunakan oleh siapa saja. Tanpa memandang status, jenis kelamin maupun tingkat usia. Vespa : Motor sejuta umat

Merupakan motor para ksatria yang hobi berperang, sebab bisa digunakan untuk menabrak apa saja. Manusia biasa mungkin cuma lecet kalau ditabrak motor lain. Namun bila berhadapan dengan vespa, nasibnya bisa mengenaskan. Dengan vespa, tentara nasional kita bisa lebih berjaya di medan laga.

Tebeng depan vespa yang lebar bisa melindungi kaki kita dari cipratan kotor air hujan maupun percikan batu pecah.

Mungkin anda merasa biasa saja tatkala melihat sepasang suami istri sedang berboncengan diatas sepeda motor. Namun anda akan melihat bahwa mereka tampak lebih mesra bila menggunakan vespa. Apalagi kalau membawa serta anak-anaknya.

Wanita bisa saja berkata cinta. Tapi untuk mengetahui tulus-tidaknya cinta yang dia punya, ujilah terlebih dulu menggunakan vespa :

Secara naluriah, wanita ingin membonceng atau mengendarai motor yang keren dan trendi, yang wah dan sesuai dengan mode terkini. Karena itu maka wajar bila dia merasa suka saat menaiki motor tersebut. Namun bila ternyata dia mau dan rela walau kita bonceng diatas kekunoan vespa (yang sering dianggap sebagai motor murahan, motornya orang miskin) berarti cintanya kepada kita benar-benar tulus. Sebab dia sudah tidak lagi memandang harta, benda, dan kendaraan yang kita punya. Dia tidak lagi melihat sisi materi kita. Yang dia lihat adalah diri kita. Bukan motor yang kita bawa.

Vespa adalah motor penuh cobaan. Mengendarai vespa tuk pertama kali berarti menyemplungkan diri kedalam kesulitan. Kaki yang lecet, paha pegal, betis kram, dan linunya pegelangan tangan menjadi resiko yang harus dihadapi. Vespa juga motor perjuangan. Kita harus berusaha keras, berpeluh keringat dan bermandi harap agar bisa mengendarai versa dengan nyaman. Namun segala perjuangan tersebut tidak menjadi halangan. Sebab kita melakukannya atas dasar cinta. Rasa cinta kita kepada vespa.

Jadi, berbekal motor vespa, kita bisa menerjunkan diri kedalam dunia percintaan. Biarpun ditimpa berbagai cobaan, disiksa pahit derita, dibalut duka, dirundung nestapa, kita bisa tetap ngotot mencinta. Sebab vespa adalah cinta. Manusia yang tidak memahami makna cinta tidak layak mengendarai motor vespa.

Oleh sebab itu, mari kita galakkan Gerakan Cinta Vespa. Untuk memajukan otak, jiwa dan raga bangsa kita. Biar mereka terbina lahir batinnya. Lalu dengan hati jernih bisa memahami makna cinta.

Sebab vespa adalah cinta.

foto : dari ronitoxid.multiply.com