Kamis, 08 Juni 2006

Perkuliahan Yang Aneh


Purwokerto, 31 - Mei - 2006


Alkisah di ruang seminar sebuah Program Studi (belum menjadi fakultas) suatu perguruan tinggi di Purwokerto, terdapat beberapa mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah Teknologi Basis Data. Kuliah ini diampu oleh seorang doktor yang merupakan alumni sebuah perguruan tinggi terkenal di Inggris Raya. Beliau baru saja pulang ke Indonesia setelah beberapa lamanya menghabiskan waktu untuk mengajar di berbagai negara, diantaranya Inggris dan Malaysia.


Kuliah berlangsung dengan kondusif, aman dan terkendali sampai akhirnya terjadilah sebuah sesi tanya-jawab yang berkedok sebagai quiz.


Pada quiz tersebut, bapak dosen yang saya hormati bertanya pada seorang mahasiswa kurus, pendek, berjerawat namun mempunyai wajah yang luar biasa tampan laksana bulan purnama.


Ya.., mahasiswa tersebut adalah saya.


- Hm, pada quiz kali ini saya ingin bertanya pada kalian. Coba berikan contoh sebuah database relasional yang sederhana. Togie, coba kamu jawab..!
+ Baik pak. Contoh database relasional adalah database yang dimiliki oleh sebuah minimarket. Disitu terdapat relasi antara database produk/barang yang mempunyai atribut nama, kode, jenis dan jumlah dengan database penjualan yang mempunyai atribut no_kode, tanggal penjualan, harga serta kuantitas.
- Lalu, relasi apa saja yang ada disana? apa saja yang bisa anda dapatkan dari database tersebut? coba jelaskan!
+ kita dapat mengecek stok barang yang terjual dan membandingkannya dengan database di gudang. Dan dengan cara tersebut kita bisa mengetahui apakah ada "pengutil" yang beraksi di minimarket. Bahkan kalaupun ada, maka kita bisa memperkirakan apakah ada orang dalam yang terlibat pak.
- caranya..?
+ Dengan membandingkan dengan hasil pengecekan yang biasa dilakukan beberapa saat sebelum minimarket tersebut tutup pak.
- Apa..? tidak realistis, coba kamu pikirkan lagi.  Untuk sementara saya beri kamu nilai 5.


Kemudian beliau mengajukan pertanyaan yang sama kepada mahasiswa yang lain. Pertanyaan tersebut berhasil dijawab dengan baik oleh mereka. Namun apa daya, jawaban tersebut masih belum dapat memuaskan beliau hingga dengan terpaksa ada mahasiswa yang berkata


+ Tapi di buku tertulis seperti itu pak, jadi hanya inilah jawaban yang kami anggap paling tepat
- Lho, tapi kan belum tentu pengarang buku tersebut lebih pintar dari saya. Anda boleh saja mengambil jawaban dari buku, tapi lihat dulu siapa pengarangnya
  *HALLAH*


Setelah menemui jalan buntu, beliaupun melemparkan kembali pertanyaan tersebut kepada saya. Kali ini saya dapat membuktikan bahwa jawaban yang tadi saya ajukan adalah realistis, bahkan saya beritahukan alamat minimarket yang menggunakan metoda tersebut agar beliau dapat membuktikannya sendiri. Walhasil beliaupun berkenan membenarkan pendapat saya dan menambah nilai saya menjadi 7. Lho, kenapa hanya 7..? Karna menurut beliau konteks database yang saya ajukan terlalu sempit. Beliau berkata bahwa sebuah database tidak boleh dibatasi oleh konteks tertentu.


Saya bingung karna seingat saya dulu beliau pernah berkata bahwa dalam mendesain sebuah sistem database kita harus membuat batasan-batasan atau konteks sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh client. Tetapi kenapa sekarang beliau berkata lain? Akhirnya adu argumenpun  terjadi dan beliau mau mengalah. Beliau mengakui bahwa contoh yang saya kemukakan sudah tepat dan sudah sesuai dengan konteks. Namun nilai yang diberikan tetap tujuh. Kenapa..? Karna contoh tersebut dinilai terlalu sederhana.


Beliau mau memberikan nilai sepuluh bila jawaban/contoh tersebut diberikan oleh mahasiswa D3, bukan mahasiswa S1. Apalagi kalau mahasiswa tersebut sangat murah senyum seperti saya (Apa hubungannya coba..?)


Lagi-lagi saya teringat akan peristiwa yang terjadi sebulan yang lalu. Saat itu ada seorang mahasiswa yang 'terancam' mendapat nilai nol dalam tugas karna memberikan contoh database yang dianggap terlalu "tinggi" dan terlalu "luas". Beliau memberi nasehat agar lain kali kami memberikan contoh yang sederhana saja, dan saya kira contoh yang tadi saya berikan sudah cukup sederhana. Saya ingatkan beliau akan hal ini, dan akhirnya beliau berkenan memberikan nilai 10 pada saya. Namun apa yang terjadi selanjutnya..? Beliau berkata bahwa nilai tersebut diberikan dengan syarat bahwa beliau akan menganggap saya sebagai mahasiswa D3 yang sama sekali tidak pantas untuk kuliah di S1. Dilain pihak, saya juga diberi kesempatan untuk tetap beliau anggap sebagai mahasiswa Strata satu dengan syarat bahwa nilai yang saya dapatkan tetap tujuh.


Uh, dengan lapang dada (bohong ding) akhirnya saya terima opsi kedua. Toh saya tidak terlalu dirugikan karna teman saya yang lain diberi nilai 3. Jadi.., yaaahhh!!!


Duh Gusti.., semoga Engkau senantiasa memberi kebaikan pada kami. Saya yakin beliau mempunyai alasan-alasan tertentu dalam bersikap seperti ini, yang mengandung kebaikan, yang tidak kami ketahui.

16 komentar:

  1. aneh.... dosennya pengen takbungkem... hehehe

    BalasHapus
  2. Sabar ya Gie..
    Memang macam2 tingkah dan gaya orang...

    BalasHapus
  3. walah gieee...
    jangan malu2 in jebolan SMoeDha dunk, ayo dikau harus dapet minimal 8

    BalasHapus
  4. kuliah yang aneh ato dosennya yang aneh ya ???

    BalasHapus
  5. hah??? tok! tok! Orang-orang romawi memang gila... (obelix mode on)

    BalasHapus
  6. hahaha dosen kacawwwww.... untung saya dah pensiun jadi mahasiswa... :p

    BalasHapus
  7. kasus dosen otoriter ketika kembali ke Indonesia ... :p

    BalasHapus
  8. Psstt, Jangan Luch!! Nanti yang nggantiin ngajar siapa dong..?

    BalasHapus
  9. terimakasih mbak.., setiap orang memang mempunyai ciri khas nya masing2.
    Semoga kami dapat mengikuti mata kuliah ini dengan baik

    BalasHapus
  10. Ndah, daku pingin bilang sesuatu tapi ini rahasia ya..
    Sebenernya ujian mid kemaren daku dapet nilai paling tinggi di kelas (*BANGGA NIH*)
    Indah ikut bangga dong!!!
    HAHAHAHA
    Psstt, jangan bilang siapa-siapa yah..
    Janji Loch..

    BalasHapus
  11. anu kalau sudah seperti ini
    Kuliahnya, dosennya, mahasiswanya, bahkan kalau perlu gedungnya pun jadi terasa aneh..

    BalasHapus
  12. Asterix..? Obelix..? Terakhir kali saya baca komik itu pas kelas lima SD.
    Jadi inget kenangan masa kecil nih..
    Duh.., indahnya

    BalasHapus
  13. Haha, untung saya belum pensiun dari jabatan sebagai mahasiswa
    Jadi masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan beliau
    BTW
    Ayo Gie..
    Kamu harus cepat-cepat lulus..
    *SEMANGAT MODE ON*

    BalasHapus
  14. Hm, yup..
    Tapi kabarnya semester depan beliau pergi lagi untuk mengajar
    Kalau tidak salah di Malaysia

    BalasHapus
  15. ha ha..dosenku juga ada yang bgtu...malah ada yang punya alasan klo nilai tertinggi cuman 8, walopun bener 100%, alasannya nilai 9 buat pak dosen, nilai 10 buat Tuhan, gimana coba?!...hue he..

    BalasHapus
  16. Glek...???
    Padahal mulai semester ini, untuk dapet A nilai minimal yg harus di dapat adalah 8
    Kalau dosen sini ada yang seperti itu
    gimana dengan nilai kami nanti..?

    C, D, E, C, D, E
    C mayor, D minor, E add7,

    masuk reff :
    C minor, E mayor, D sus
    E, D minor

    BalasHapus