
Istriku, lihatlah anak kita. Dia tidur dengan begitu lelap, wajahnya polos tanpa dosa. Istriku, coba kau perhatikan, betapa miripnya dia dengan kita. Bibirnya semanis bibirmu, rambutnya hitam sepertimu, tapi sayang hidungnya kok malah besar sepertiku.
Istriku, mari kita berkhayal sejenak. Seperti apakah anak kita kelak. Mungkin kamu berharap agar dia jadi anak yang pintar dan berwibawa. Sukses dan kaya raya. Menikah dengan wanita cantik dan terhormat. Lalu memberi kita cucu yang imut dan lucu. Jujurlah, bukankah kau berpikir seperti itu..?
Tapi sayang, khayalanmu berbeda denganku. Aku tak pernah berharap setinggi itu. Aku hanya ingin agar dia jadi anak yang sholeh dan berbakti, yang mencintai kita setulus hati. Aku ingin dia hidup bahagia, begitu pula kita berdua. Itu saja.
Ya.., aku memang ingin dia jadi anak pintar, tapi pintar seperti apa..? Bukankah pintar itu relatif. Banyak orang yang nilai sekolahnya bagus tapi saat melamar pekerjaan ditolak terus menerus.
Aku juga ingin agar dia sukses dan kaya raya, tapi aku tak ingin kesuksesannya tersebut hanya di manfaatkan untuk berfoya-foya. Lihatlah istriku, sudah begitu banyak orang kaya, tapi sedikit sekali yang mereka lakukan untuk menolong masyarakat miskin di sekitarnya. Aku tidak ingin anak kita seperti itu. Biarlah kekayaannya dia nafkahkan di jalan Allah, lalu dia cukupkan sisanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Bagaimana dengan rumah tangganya..? Inginkah kamu agar dia mempunyai istri cantik dan anak yang lucu..? Aku juga. Tapi tidak hanya itu. Sebenarnya aku tak peduli apakah istrinya nanti cantik bak putri raja, ataukah berwajah biasa saja. Yang penting dia harus bisa menjadi istri dan ibu yang baik, serta hormat pada mertua. Itu saja. Dan soal cucu, semoga mereka lucu-lucu. Tapi semoga mereka pun berbakti pula, seperti anak kita.
Entahlah, mungkin aku terlalu banyak berkhayal, tapi tak ada salahnya
Istriku, merupakan anugerah yang besar jika saat kita sudah terkubur dalam tanah, anak kita tetap rajin mengirimkan doa. Aku ingat bahwa salah satu amal yang tak terputus adalah doa seorang anak yang berbakti. Jujurlah, kau pun juga ingin mendapat anugerah seperti itu
Sayangnya, kemarin aku pernah menceritakan hal ini pada Pak RT, saat kami ngumpul di warung kopi. Coba tebak, apa tanggapan beliau..? Katanya aku ini terlalu banyak berkhayal. Wong punya istri saja belum kok sudah jauh-jauh mikirin anak..? Aneh ya..? Ha.. ha.. ha..
Eh, tunggu sebentar. Aku belum punya istri..? Lho..? Kok..?
Kalau begitu kamu ini siapa ya..? Ayolah mengaku, terus terang saja. Aku tidak sedang berkhayal
Purwokerto, Malam yang membingungkan
Togie de lonelie