Rabu, 06 Juni 2007

Pegaturan Tamu pada Resepsi Pernikahan - versi pria

Alkisah, daku baru saja menghadiri resepsi pernikahan teman SMA. Ternyata disana, undangan pria dan wanita dipisah. Pria hanya berbaur dengan pria, sedang wanita dengan wanita. Sebenarnya, daku, yang baru pertama kali menghadiri resepsi model begini, merasa janggal. Tapi lambat-laun daku dapat mengerti alasannya, apalagi setelah seorang teman yang rada paham agama memberi penjelasan panjang lebar.

Berhubung daku bingung kalau harus mengulang penjelasan tersebut, maka daku tuliskan apa yang ada di benak pribadi saja, walau mungkin rada gak nyambung dengan urusan agama.

Begini, pemisahan tamu pria dan wanita dapat memberi keuntungan yang cukup lumayan bagi kita, selaku tamu pria. Keuntungan tersebut adalah :


1. Tidak ada gangguan dari kaum hawa
Seperti telah diketahui bahwa wanita adalah mahluk tercerewet di muka bumi. Andai dua orang wanita dikumpulkan di tempat sepi, pasti tempat tersebut jadi gaduh. Apalagi kalau wanita yang berkumpul jumlahnya banyak, entah suasana sebising apa yang bakal tercipta.

Nah, dengan dijauhkannya wanita dari kita, maka sebagai kaum pria, kita akan bisa lebih tenang dalam menghayati resepsi pernikahan, acara demi acara. Dan biarlah kebisingan itu hanya melanda ruang dimana wanita berada.


2. Bebas dari rasa malu
Begini, porsi makan laki-laki kan jauh lebih banyak dari wanita ya..? Sebenarnya itu wajar saja karena aktivitas fisik yang dilakukan jauh lebih berat. Maka dari itu, laki-laki harus makan banyak, agar punya tenaga. Tapi sayangnya, kalau disitu ada wanita, laki-laki jadi malu dan suka jaim. Cuma berani ngambil makan sedikit, takut mbok digosipin.

Dengan dipisahkannya wanita dari kita, maka kita dapat menghabiskan semua makanan yang ada, tanpa perlu takut lagi. Jangan malu, toh itu hal yang wajar. Ingat, kita ini laki-laki, butuh banyak bahan bakar


3. Bebas berekspresi
Dengan dipisahkannya kaum hawa, maka kita sebagai laki-laki dapat ngobrol sebebas-bebasnya, terutama soal dunia lelaki, dunia yang penuh tantangan. Gak dikekang oleh banyaknya aturan yg tampaknya dibuat khusus oleh kaum hawa untuk membatasi bahan obrolan kita.



Itulah beberapa keuntungan yang bisa kita dapat. Namun saya rasa, model pemisahan tersebut kurang maksimal, kurang kreatif.

Maksudnya begini, saya pikir, sebaiknya tamu undangan bukan hanya dipisahkan per-jenis kelamin, tapi juga berdasar umur, status dan hal lain.

Kenapa..? Karena acapkali, saat kita janjian untuk ketemuan di resepsian pernikahan teman, kita harus saling mencari. Dan setelah muter-muter kesana kemari, baru pada ketemu. Nah, dengan pemisahan secara terstruktur, hal itu tidak perlu terjadi.

Makanya, kelak kalau menikah, daku ingin memisahkan tamu pria dan wanita dengan struktur sebagai berikut :

  • Kaum pria ditempatkan di ruang I, wanita ruang II.
  • Pria lajang di petak no IA, wanita lajang di petak no IIA
  • Pria & wanita lajang berwajah rupawan di petak A.1
  • Pria & wanita lajang yg rupawan umur belasan di petak A.1.a
  • Pria & wanita lajang yg rupawan umur dua puluhan di petak A.1.b
  • Pria & wanita lajang yg rupawan umur tiga puluh keatas di petak A.1.c
  • Pria & wanita lajang berwajah biasa di petak A.2
  • Pria & wanita lajang berwajah biasa umur belasan di petak no A.2.a
  • .
  • .
  • .
  • Dan seterusnya sampai ke Pria & wanita lajang yang tidak laku-laku juga di petak paling akhir.


Bagaimana teknisnya..?

Gampang, nanti di pintu masuk, kita pasang alat sensor khusus buatan mahasiswa teknik elektro unsoed yang suka telat kuliah. Sensor tersebut berfungsi untuk mengidentifikasi para tamu. Apa jenis kelamin mereka, masih lajang atau tidak, umurnya berapa, rupawan atau tidak, lalu sensor tersebut secara otomatis akan menyebutkan di tempat mana mereka harus duduk.

Efektifkah..? Tentu saja. Andai kita harus datang ke resepsi pernikahan yang tamu undangannya berjumlah ribuan, lalu disana kita harus mencari teman-teman yang berangkat duluan, kita tinggal menebak saja. Oh, dia masih lajang, ganteng, berumur dua puluhan. Berarti dia berada di ruang sebelah kanan petak no IA.1.b

Kelebihan lain dari sistem ini adalah, para undangan yang masih lajang bisa hunting pasangan dengan lebih mudah. Misal : mereka ingin pasangan dengan status lajang, rupawan, berumur dua puluhan, maka mereka bisa pura-pura nyasar ke petak IIA.1.a, lalu secara sekilas menaksir siapa yang dia suka, dan saat resepsi selesai dia bisa bertanya identitas lengkap calon pasangan yang ditaksir tersebut pada daku. Biaya informasi tersebut cukup murah kok, hanya lima juta saja.

Dengan begini diharapkan agar resepsi pernikahan daku dapat menjadi pintu gerbang bagi perikahan orang lain. Diharapkan pula bahwa para jomblo yang meminta informasi jumlahnya banyak, agar daku bisa balik modal sebab untuk mengadakan resepsi pernikahan butuh biaya besar. Sekali dayung, tiga pulau terlampaui.

Oo, lalu bagaimana dengan undangan yang sudah menikah..? Adakah manfaatnya kalau mereka juga ditempatkan secara terpisah..?

Hm, tentu ada. Seperti yang daku sebutkan di muka, dengan dipisahkannya istri dari para suami, maka bahan obrolan para suami bisa lebih bebas. Yang tidak mungkin dapat sebebas itu jika istrinya terus-terusan ada disampingnya. Misal, obrolan seperti ini :

Eh, istri elu cantik ya..?
Iya sih, tapi sayang, ngoroknya dahsyat
Wuih, bener nih..? Kok gue baru tau. Tapi masih mendingan elu ding. Istri gue, udah gak cantik-cantik banget, eh jarang mandi pula
Lu serius..?
Yo'i. Bahkan kalau gak salah, terakhir dia mandi itu tiga bulan yang lalu deh


Lihatlah betapa baiknya daku, yang walaupun entah kapan bisa lulus kuliah (apalagi menikah) tapi sudah merencanakan segala sesuatunya untuk calon tamu undangan




Note :
Sebenarnya saat daku ceritakan hal ini pada pipin, dia langsung bisa menebak jalan pikiran daku selanjutnya

"maksud kamu aku mau ditempatkan di bagian pria lajang yang tidak laku..? Begitu Gie..?"

Hahaha.., Maap Pin.., Maap. Ini kan baru sekedar ide

22 komentar:

  1. hahahaha
    boleh jg neh idenya

    BalasHapus
  2. togie jenius, togie jenius, togie jenius

    *walau kuliahnya gak lulus-lulus

    BalasHapus
  3. wah Gie... kayaknya ada yg terlupa deh...
    Gimana nasib anak2 kecil yg biasanya ikut ke resepsi ??? (ato ini masuk kategori yg "titik-titik" ya???). Kalo misal mereka ditempatkan di satu ruang..trs ada yg berantem,ngompol, cakar2an ato nangis...bisa2 resepsinya jd ga khidmat lg.... hehe...

    BalasHapus
  4. whekekeke...ada-ada aja mas ini..
    lah yg merasa dirinya rupawan tp ditolak sensor gimana....bisa perang dunia dunk.?
    wah ketauan ternyata para suami suka gosipin istri ya....:))
    lam kenal ya mas..

    BalasHapus
  5. Nah itu dia masalahnya fee
    Daku kan mahasiswa jomblo umur 20an
    Pipin jg mahasiswa jomblo umur 20an
    Jadi saat itu yang terlintas di pikiran kami adalah, gimana caranya agar tamu mahasiswi2 jomblo umur 20an bisa dikarantina di satu tempat agar bisa diincar oleh tamu mahasiswa jomblo umur 20an. Setelah itu barulah dikembangkan dg memasukkan aktor bapak2 dan ibu2
    Jadi wajar kalo soal anak kecil gak sempat terlintas di benak kami

    Mungkin sebaiknya anak2 itu diikutkan ibunya saja ya.., soalnya para bapak gak bisa ngobrol bebas kalo ada anak

    togie : mahasiswa pembela kaum bapak

    BalasHapus
  6. Tapi kan kreatif mbak.., ceritanya sedang berusaha memaksimalkan apa yang bisa dimaksimalkan

    Kalau baru merasa rupawan, berarti masih subyektif. Makanya perlu di test pake alat biar lebih obyektif.

    Kadang suami emang suka ngegosipin istri masing2 (contohnya : di forum bapak2 tukang ronda di rt sebelah daku)

    Salam kenal juga mbak

    ^_^

    BalasHapus
  7. Berarti masih ada satu lgi yg kurang Gie...
    mahasiswi2 umur 20an dikarantina di satu tempat trus di daerah perbatasan harus ada satpam or bodyguard supaya mahasiswa2 umur 20an tidak berani mengincar dan mengganggu para mahasiswi... bgmn???

    BalasHapus
  8. ide yang lebih bagus lagi :

    Semua mahasiswa umur 20an dijadikan satpam di daerah perbatasan agar mereka bisa mengincar mahasiswi umur 20an

    BalasHapus
  9. wah acara resepsinya bubrah.... isinya satpam tok...

    BalasHapus
  10. Makanya, lebih baik diantara mahasiswa 20an dan mahasiswi 20an jangan dibatasi oleh satpam mbak.

    *sebuah usaha agar pernikahan seseorang bisa menjadi jalan bagi pernikahan orang lain

    BalasHapus
  11. yo wis lah.... nyerah.... moga aja mahasiswi2 yang diincar tetep merasa nyaman menghadiri acara resepsi... kalo ga mereka harus siap2 merubah sepatu/sendal hak tinggi mereka, dijadiin senjata dadakan....

    BalasHapus
  12. Hahaha...

    Tenang saja mbak, ini kan baru rencana. Lagipula daku nikahnya masih lama, jadi mungkin saja berubah

    BalasHapus
  13. Hehehe, si oom Togie bisa aja nih. Kalo ada sensornya, kenapa ga sekalian pasang CCTV ya? Trus sambungkan ke Internet jadi pada bisa lihat

    Wah salut deh dengan tulisannya oom Togie nih.
    Jadi belajar sesuatu nih.

    BalasHapus
  14. xixixixixi..................

    BTW, kok tempatnya untuk L&P lajang semua sih?
    ntar kalo saya hadir ke nikahanmu dan saya ternyata sudah menikah, dapat petak berapa Gie..?

    BalasHapus
  15. perasaan umurmu lebih tua dari aku?
    ko umurmu dengan umurku sama...

    BalasHapus
  16. Kl CCTV udah banyak yang pake bang
    tapi alat sensor khusus buatan sendiri kan belum ada
    mari kita gunakan produk asli negeri sendiri

    ^_^

    BalasHapus
  17. Untuk lajang dapet petak I.A atau II.A
    yang udah merrit dapet petak I.B dan II.B
    Janda/Duda dapet I.C dan II.C
    Kalo yang udah menopause dapet petak I.D dan II.D

    Berarti kalo mbak ellis udah merrit, duduknya di bagian II.B
    Tapi daku gak tau II.B.a atau II.B.b atau II.B.c atau malah di petak B paling akhir
    Semua sensor yang mutusin

    BalasHapus
  18. Sama-sama umur dua puluhan
    Gajk peduli duapuluh berapa
    Pokoknya dua puluhan

    BalasHapus
  19. hahaha togie emang pria paling gila yang punya ide gila paling cemerlang! hwekekeke.. gue pesen ruang khusus penyair ya ^O^

    BalasHapus
  20. Bisa.., bisa
    Penyair pria di petak I, penyair wanita di petak II
    Tapi nanti di petak I sebelah mana.., sensor lah yang memutuskan

    BalasHapus
  21. Kang.....kang...
    Mikire aneh-aneh men....
    Mikir kuliah bae ngapa...????
    Kekekekeke....

    *Togie emang keren si...*

    BalasHapus
  22. Haha, fotomu lucu juga jon..
    Mahasiswa kuwe aja mikirna kuliah tok, ben pikirane ora terkungkung neng ruang lingkup kampus
    Ben negara indonesia bisa maju jon

    BalasHapus