Kamis, 20 September 2007

[Curhat] Sesat, disesatkan, menyesatkan, sesat-sesatan

 

Sesat, bejat, tukang mabok, pintu hatinya tertutup. Kali ini, kudengar lagi kata-kata itu. Tapi bukan lagi ditujukan padaku, melainkan pada teman-teman yang doyan menenggak minuman berjenggot*.

Semalam, di emperan mushalla, beberapa remaja masjid dan seorang ustadz curhat dengan nada putus asa. Mereka mengajakku membuat ikatan remaja masjid. Konon katanya agar para remaja dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif yang rada berguna. Entah mengaji, diskusi, curhat, atau apalah. Tapi sayangnya, sebelum melakukan apa-apa, mereka sudah nge-down duluan. Melihat kondisi remaja yang konon hidupnya jauh dari norma agama dan norma kesopanan. Konon lho.., konon..

Sejenak, angan ini melayang ke masa lalu, saat masih berkubang dalam lumpur abu-abu. Dulu, diri ini pun pernah menyandang predikat yang lumayan keren. Mahasiswa error tidak berguna yang hampir di DO oleh kampus tercinta. Yang biasa mengisi waktu luangnya dengan bermain game sehari suntuk, menghamburkan duit ratusan ribu di warnet. Lupa makan, lupa beribadah. Di bulan puasa pun, pernah dalam tiga hari daku berbuka dan sahur dengan segelas freshtea. Tak makan biar cuma sebutir nasi. Kenapa..? Agar bisa tetap ngendon di warnet, menguras isi dompet.

Tak ayal, saat ingin sedikit menghirup udara yang berbeda, berbagai penolakan muncul di depan mata. Unit Kerohanian Islam Teknik yang saat itu menjadi satu-satunya harapan, memberikan statement yang lumayan keras. “Togie seorang perokok, gak cocok masuk organisasi kita.” Dan dengan rasa putus asa, daku cuma bisa menerima penolakan tersebut dengan hati dongkol, plus garuk-garuk kepala. Untunglah, ada seorang teman yang mengancam para petinggi disana : "Kalau togie gak boleh gabung, aku pun gak bakal gabung. Bahkan teman-teman pun juga gak jadi gabung." Dan Alhamdulillah, ancaman tersebut dianggap serius sehingga daku diberi kesempatan kedua. Lho.., kok bisa..? Ceritanya begini.

Dulu, daku pernah bertanya pada sang ketua UKI : "Kenapa organisasi ini kok tidak berkembang..? Kenapa kegiatannya sedikit..? Kenapa yang lain gak diajak bergabung..?" Dan saat itu, sang ketua menjawab dengan bijaknya : "Tidak apa-apa gie. Yang penting kan kualitasnya. Anggota sedikit bukanlah masalah, asalkan yang sedikit itu punya komitmen tinggi dalam berislam." Hh, pertanyaan yang membuat daku mati kutu. Namun sayangnya menimbulkan masalah pelik di kemudian hari.

Suatu saat, UKI teknik tidak bisa melakukan re-organisasi. Alasannya..? Karena anggotanya tidak ada. Jadi dengan terpaksa, pengurus lama harus menjabat kembali. Dan saat itu, timbullah rasa keprihatinan di hati ini. Dengan modal nekat, daku mengajak beberapa teman untuk mendaftar jadi anggota, agar bisa menjadi pengurus lalu mati-matian merekrut anggota baru sebagai penerus. Tak aneh, saat teman-teman ditanya motivasi mereka ikut UKI, jawabannya hampir seragam : "Diajak togie". "Disuruh togie". "Dipaksa togie". Bahkan "Diancam togie".

Tapi tak apalah, sebab daku tahu, sebenarnya jauh dilubuk hati, mereka punya tujuan yang sama dengan daku. "Menghidupkan kembali UKI TEKNIK"

Dan berhubung nasib mereka lebih baik dari daku, tidak di black list oleh pengurus, tidak dianggap sebagai mahasiswa error, jadi mereka bisa diterima dengan tangan terbuka, tidak dipersulit.

Hh, memang daku ini error, makanya daku pingin ikut UKI, biar sifat daku bisa diperbaiki. Daku tidak bisa melakukannya sendiri, daku butuh bantuan, daku butuh teman. Daku harap, dengan ikut UKI, daku bisa lebih mudah memperbaiki diri. Dengan imbalan tenaga daku, untuk bekerja mati-matian mencari anggota baru. Namun kalau daku tidak boleh ikut, lalu daku harus pergi kemana..? Harus minta tolong pada siapa..?

Singkat cerita, akhirnya daku diterima juga jadi pengurus UKI. Namun berbeda dengan organisasi lain, hampir di setiap kegiatan yang kami lakukan, kami selalu dibantu oleh teman-teman satu geng yang notabene tidak terdaftar sebagai anggota UKI, apalagi pengurus. Mereka membantu di belakang layar, tanpa terlihat. Saat membuat spanduk, ada teman yang meminjamkan kamar kost, komputer berikut printer yang dia punya. Saat memasang spanduk dan merapikan ruangan, mereka pun datang membantu, berpeluh keringat. Saat pengajian yang kami adakan sepi peserta, mereka rela datang agar terlihat lebih ramai. Daku tahu, walaupun tidak pernah mengatakannya, mereka tulus melakukannya. Demi UKI, demi agama ini.

Walhasil, sekarang UKI Teknik sudah lebih maju, sudah punya anggota dan pengurus baru. Dan itu artinya, sudah saatnya bagi kami untuk pergi meninggalkan organisasi ini, karena kami sudah tidak dibutuhkan lagi. Dan juga karena daku sudah merasa bisa jalan sendiri, tanpa bergantung lagi pada UKI. Namun walaupun begitu, kita bisa tahu bahwa kami-kami ini pun, yang seringkali dipandang sebelah mata, ternyata bisa pula berbuat sesuatu yang sedikit berguna.

Kembali kepada para remaja masjid di mushalla RT sebelah. Sebenarnya, daku tidak terima saat mereka memberi titel sesat dengan seenaknya. Kenapa..? Karena barangkali yang mereka anggap sesat itu tidak benar-benar ditutup pintu hatinya. Barangkali pintu hati mereka memang belum saatnya terbuka. Atau minimal, belum tahu cara membukanya, seperti daku. Atau bisa pula nantinya mereka yang disesatkan itu ternyata memiliki keinginan yang sama seperti daku dulu, berbuat sesuatu demi kemajuan remaja di sekitar mushalla. Tanpa memiliki ambisi untuk menjadikan diri mereka sebagai “Pembuka hati” para remaja, tapi sebagai pondasi agar nantinya ada orang-orang yang lebih baik dari mereka, yang akan meneruskan usaha kami dengan lebih baik pula.

Hh, Padahal sebenarnya, yang namanya hidayah itu asalnya dari Allah, terserah Dia mau memberikannya pada siapa, kapan dan dimana. Bisa saja Dia sudah mengatur bahwa pintu hati mereka nantinya bukan dibuka oleh kami, tapi oleh orang lain. Jadi biarpun nantinya kami sudah berusaha mendirikan ikatan remaja masjid, lalu kok sifat mereka tetap begitu-begitu saja, ya tidak apa-apa. Siapa tahu yang menunjukkan jalan pada mereka bukan kami, tapi generasi setelah kami, atau siapalah. Tak ada yang tahu, hanya Dia yang tahu.


 


 


*Anggur kolesom cap orang tua yang ada jenggotnya. Yang kalau diperkirakan, mungkin usianya sudah lebih dari delapan puluh tahun. Sebab kakek daku yang berumur tujuh puluh pun, jenggotnya belum selebat itu.

15 komentar:

  1. bisa jadi kakek ente rajin cukur jenggot bos.. biar kliatan muda terus hehe..

    BalasHapus
  2. bisa jadi kakek ente rajin cukur jenggot bos, biar keliatan muda terus hehe...

    BalasHapus


  3. hehehe
    besok nyalonin bung togie jadi ketua MUI ah
    biar MUI maju, dan tidak cuma bikin label haram halal tok

    BalasHapus
  4. ..........Istiqomah Gie! Konsisten aja!........

    BalasHapus
  5. Nah itu dia, sebenernya daku sendiri gak tau umur beliau itu berapa
    Soalnya bapak daku aja katanya udah 50 tahun

    BalasHapus
  6. Tapi daku gak punya dana buat kampanye bang...
    Bisa bantu?

    BalasHapus
  7. itulah bedanya kolesom sama kakek2... kakek2 umur 80 mungkin dah hampir mati... dah parkinson.. alias tremor alias buyuten.... tapi si kolesom itu 80 taon masi bisa mengajak anak ingusan umur 17an menari ilang ingatan... wekekeke...

    BalasHapus
  8. kalo udah umur 17 sih mending bang
    Yang umur 14 ato 15 aja ada loch
    Keren

    BalasHapus
  9. Yah sama lah...dulu gw juga pernah jatoh bertaon2 ke lubang hitam nan gelap bin pekat (halah!)....Tapi Islam bener2 nyelametin gw. Skrg saatnya "revenge" dalam arti kata positif. Kalo dulu gw ngajak2 orang buat ikutan sesat, skrg sebaliknya...orang2 yg ngajak gw sesat hahahha ngga deng....
    yah sebisa gw gw ngajak temen2 yg dulu kena gara2 gw mao gw balikin lagi ke jalan-Nya.

    Gie bukannya gw belain para ustadz dan temen2 lo itu, tapi memang beberapa ada yg asli bejat dan asli sesat. Tipe orang kaya gini dia yg udah tau mana yg bener tapi masih ngeyel...Memang hidayah itu datengnya dari Allah, tapi juga bukan berarti kita brenti usaha nyadarin mereka.

    Mungkin temen2 lo dan ustadz yg bilang bejat, sesat itu karena mereka cape mau gimana lagi sementara usahanya udah maksimal (mungkin lho ya). Gw aja nasehatin temen gw bertaun2 bukannya makin bener malah makin jauh dari agama. Akhirnya gw pindah lahan dakwah, bukan ninggalin lho ya tapi masih ada prioritas lain juga dan lahan dakwah juga masih banyak.

    Dakwah itu emang butuh banyak kesabaran bro....just relax, sit back and enjoy the ride with Allah's guide..

    BalasHapus
  10. Bukan dakwah kok bang, cuma nantinya pgn ngajak ikutan TPQ di mushalla RT sebelah. Coz, dulu pas baru iqra 5, daku berhenti. Dan buat daku, daripada nanti daku blajar ngaji bareng anak2 kecil, mending bareng ama yg seumuran aja. Biarpun konon katanya mereka rada gak beres.

    Dan masalah nasehat.., itu pun gak bisa disamaratakan. Soalnya bukan cuma bergantung pada apa yang disampaikan, tapi gimana cara menyampaikannya. Nah, banyak yang mengeluh, katanya orang2 yg ngasih mereka nasehat tuh, gayanya sok alim banget. Seakan-akan, "aku orang bener, kamu gak bener, jadi kamu yg gak bener ini harus nurutin nasehat daku sebagai orang bener.". Bahkan ada pula yang ngerasa dihina, bukan dinasehati. Jadi dah ngerasa marah duluan.

    Makanya, gak peduli apa niat sang ustadz dan temen2 di mushalla di RT sebelah. Yang penting bagi daku, temen2 daku yang di cap negatif itu kudu diajak (bukan "didakwahi").

    Dan soal lahan. Dulu daku pernah juga gabung di perkumpulan2 di kompleks Unsoed yang notabene penuh kaum terpelajar. Tapi kayaknya, disana, daku cuma diajarin eksklusifitas. "Kamu harus jadi orang baik. kalo dah jadi orang baik, jangan bergaul sama orang yang tidak baik. kamu harus berusaha agar terlihat baik. pake baju koko, inilah, itulah, blablabla, soalnya kita ini orang baik". AAARRRGGGHHH. Seakan-akan dulu rasulullah berdakwah pada orang baik melulu

    BalasHapus
  11. Kalo gw melihatnya buka eksklusif, tapi lebih kepada aware. Rasulullah dan para sahabat itu berani berdakwah ke orang2 yg ngga baik karena kualitas keimanan mereka udah pol dan manteb alias anti goncangan sehingga ngga bakal tembus tuh doktrin2 sesat dan ngga baik dari orang2 jahat itu....nah kita ?....hehe....jadi kalo gw liat sih kalimat2 semacam itu lebih kepada pencegahan dan bukan mengajarkan eksklusifitas....

    Tapi kalo Togie merasa mampu bergaul dgn orang2 ngga bener dan ikut mendakwahi/mengajak mereka ke jalan yg bener tanpa ikut2an jadi ngga bener, ya silahkan aja gie. Tapi inget, Rasul kan pernah bilang,

    “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mencegah dengan tangannya . Jika tidak mampu, hendaknya mencegah dengan lisannya. Jika tidak mampu, hendaknya mencegah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya Iman. ( H.R. Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan An Nasa’i )

    Tergantung kita mau pilih yg mana...ya ngga bro ?

    BalasHapus
  12. Yaaahh, bukan dakwah bang. Cuman pingin ngajak belajar iqro bareng

    Btw, sebenere dari dulu daku nyari tafsirnya hadits ini, tapi gak nemu-nemu
    Daku pingin tahu, maksudnya itu pilihan ato bukan
    Coz setahu daku, disitu ada kata-kata :"Jika tidak mampu"
    Berarti kalau mampu ya sebaiknya dilakukan
    Dan kalau toh kita merasa tidak mampu, kita gak akan tahu kita mampu ato gak sebelum kita coba
    Kayaknya sih gitu, ini baru kayaknya lho

    BalasHapus