Senin, 03 September 2007

Ketukan Dinihari


 

Dinihari, aku terduduk di kursi, menghadap meja, menatap keluar jendela, pada pohon ketapang tua yang usianya sama denganku. Cukup lama aku terdiam, merenung, tak bergeming. Pohon itu selalu membawaku terbang menembus waktu, menerobos masa depan, atau terdampar di masa lalu. Karena itulah, aku harus kembali menatapnya. Agar aku bisa menuliskan rasa ini., rasa entah apa yang kuidap sejak tadi pagi. Aku harus menelusuri memori otakku. Rasa itu pasti muncul oleh suatu sebab, dan aku harus tahu itu.

Hh, jarum jam telah berputar tiga ratus enam puluh derajat. Beberapa ekor cicak berhasil menyelesaikan ritual beranak pinak. Namun walau begitu, hanya beberapa kata yang berhasil kususun. Kata-kata sederhana yang amat minus makna. Kenapa..? Karena setelah merenung sedemikian lama, aku hanya bisa menulis : "Ini sih rasa apa ya..?". Bah..!! Ngaco, ngawur, tandanya aku harus segera tidur.

Akhirnya aku menyerah kalah. Setelah mengangkat bendera putih pada satu kompi hawa dingin yang menyerbu masuk lewat sela jendela, aku mewafatkan diri diatas kasur. Mataku menerawang, anganku terbang. Malam membuat mataku semakin lelap. Sebentar lagi aku dibawa ke dunia mimpi, latihan menghadapi mati. Hingga kemudian :

 

Tok.. Tok..!!

 

Sayup-sayup terdengar suara ketukan dari pintu depan. Suara yang lirih, tak seperti ketukan biasa. Dinihari..? Siapa yang mengetuk pintu pada jam segini..? Hal sepenting apa yang membuat seseorang nekat mengetuk pintu rumah orang lain saat dinihari..?

Ck, sayang, bapak dan ibu sudah mendengkur, adik-adik terkapar diatas kasur. Hanya aku yang masih terjaga ditemani malam. Sebagai mahasiwa, aku sudah terbiasa bergadang. Melukis ilusi, menjelajah imaji, walau akhirnya terseret pasrah ke alam mimpi. Jadi, mau tidak mau, akulah yang harus turun ke lantai bawah dan membuka pintu. Menyebalkan. Dengan ngedumel, kulangkahkan kaki menuruni tangga, tanganku merayapi dinding.

"Siapa ya..?" Tanyaku sambil terus melangkah

Tak ada jawaban. Lagi-lagi terdengar suara pintu diketuk "Tok.. tok..", lalu senyap.

Hah..? Rampok..? Gumamku. Aneh kalau tamu kok tidak menyahut pertanyaan tuan rumah. Pencuri pun selalu melakukan aksinya secara sembunyi-sembunyi, tanpa perlu mengetuk pintu dulu. Jadi mungkin saja yang diluar adalah rampok. Yang jika aku membuka pintu, mereka langsung meringkus sambil menempelkan sebilah golok dileherku.

Bapak..!! ya.., bapak harus diberitahu. Beliau pasti tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Beliau orang bijak. Ah, tapi mungkin tidak perlu. Jangan-jangan mereka bukan rampok. Lagipula kasihan bapak, dia telah bekerja seharian penuh, agar perut kami sekeluarga bisa terisi, tanpa memikirkan riuhnya suara cacing di perut sendiri. Aku ingin agar malam ini beliau bisa lelap beristirahat. Tapi sebelumnya, terlebih dahulu, aku harus mencari cara untuk menghadapi rampok itu. Dan untungnya, saat ini otakku sedang bisa diandalkan.

 

Tok.. tok..!!

 

Begitu sampai di lantai bawah, langsung kulangkahkan kaki menuju dapur lalu mengambil golok yang biasa kupakai menebang pohon, buat jaga-jaga. Setelah dirasa siap, aku bergerak ke ruang tamu.

"Siapa ya..?" Aku bertanya lagi. Tapi tetap sepi, tak ada jawaban. Kontan saja kecurigaanku bertambah besar. Dengan hati-hati, kubuka gorden jendela dan mengintip keluar, kedepan pintu. Tapi aneh, tak kulihat seorangpun disitu.

 

Tok.. tok..!!

 

Lho.., kok berbunyi lagi..? Bukankah di depan gak ada orang..? lalu, siapa yang mengetuk pintu..? Jangan-jangan..?

Kyaaa....................!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Aku lari secepatnya ke lantai atas, menuju kamar. Melarikan diri sekencang-kencangnya, menapaki tangga. Bruukkk....!!! Sial.., sial.., sial.., Anak tangga sialan itu seakan tidak mengerti gawatnya situasi yang kualami. Dengan seenaknya mereka menjegal kedua kakiku. membuatku jatuh tersungkur, lalu membenturkan lututku ke tubuh keras mereka. Sakit, pegal. Aah, tapi aku tak peduli. Aku tak punya waktu untuk merintih kesakitan. Aku harus segera masuk kamar dan mengunci pintu, HARUS..!!

Brak..!!! Setelah berlari sambil menahan pegal, akhirnya aku sampai juga di dalam kamar. Hosh.., hosh.., nafasku putus-nyambung, golok masih tergenggam erat di tangan. Tapi saat ini, golok itu terasa bagai rongsokan saja, seperti bukan senjata. Keberanianku terus luntur walaupun memegang golok. Cuih, golok..? Buat apa..? Memangnya hantu bisa dibabat pake golok..?

Cemas, khawatir, takut, penasaran, campur aduk jadi satu. Aku menaruh pantat diatas ranjang, diam membisu. Golok sudah aku letakkan. Layaknya mainan tak berdaya, teronggok di atas meja. Meski masih dibayangi rasa takut, aku berusaha untuk memberanikan diri. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku tidak boleh takut, seorang laki-laki harus bisa mengatasi rasa takut. Karena itulah, kali ini kupasang telinga lekat-lekat. Kucermati setiap suara. Detik jam, bisikan angin, bahkan cericit kampret yang hilir-mudik membentur gendang telinga.

Tik.., Tok.., Tik.., Tok..!! Beberapa detik berlalu dengan hampa. Jujur saja.., meski membuatku takut, sebenarnya aku ingin suara ketukan itu kembali terdengar. Aku ingin tahu darimana suara itu berasal. Aku tak mungkin bisa tidur jika terus dihantui rasa takut. Aku ingin menjadi seorang laki-laki yang bisa mengatasi rasa takut. Aku ingin menja…

 

Tok.. tok..!!

 

Apa....? suara itu datang lagi…?

Kyaaa...!!! Rasa ingin-tahuku mendadak sirna. Aku tak ingin tahu apa-apa. Aku lebih memilih untuk melompat keatas kasur, menarik selimut, lalu menutup kepala dengan bantal. Tubuhku meringkuk sambil memejamkan mata. Kupikir, saat ini, bukan pintu depan lagi yang berbunyi, karena suaranya terdengar semakin jelas. Ya, semakin jelas.., semakin dekat. Hingga seakan-akan suara itu berasal dari kaca jendela. Ah, bukan. Dari pintu kamar..? Bukan. Dari eternit..? Juga bukan. Lalu darimana..?

Hii.., Jangan-jangan saat ini, saat kupejamkan mata, saat dunia diliputi gelap gulita, aku sedang dibawa ke alam astral. Ke alam sejuta pintu, sejuta jendela. Mungkin aku telah diculik lalu dihantui oleh suara ketukan, selamanya. Brrrr..!! tubuhku panas dingin memikirkan hal itu. Pengapnya selimut semakin menambah kacau perasaanku.

 

Tok.. tok..!!

 

Kyaaa...!!! Tolooonnggg…!!! Pergilah…, pergiiii…!!! Aku takuuuttt..!!! Huu…, Huu…!!!..

Butiran air menetes dari mataku. Tubuhku merinding, bulu kudukku berdiri. Dan yang lebih parah lagi, aku menangis. Seakan-akan sekarang aku telah bermetamorfosa secara tak sempurna menjadi sesosok pria yang memakai rok mini serta BH. Ternyata aku seorang penakut. Dan sebagai seorang penakut, bagaimana mungkin aku bisa berkata bahwa laki-laki harus bisa melindungi wanita dari rasa takut..? Pantaskah aku disebut sebagai laki-laki..? Pantaskah aku..? Pan.., Hiks..!!!

Ta.., tapi tunggu sebentar. Sepintas lalu, terasa ada yang aneh saat suara ketukan itu berbunyi. Dibalik rasa takut, ada rasa lain yang muncul secara samar. Dan perasaan itu pernah aku rasakan dalam waktu dekat ini. Kapan..? Dimana..? Seperti apa..? Entahlah, aku lupa.

Mataku kian terpejam, keringatku berleleran. Selimut kutarik sedemikian rapat, membuatku kekurangan oksigen. Kepalaku pusing, melayang, terbang ke awang-awang. Saat kesadaranku mulai hilang, memoriku dibenturkan ke peristiwa tadi pagi. Saat aku hendak berangkat kuliah, dan kau pun beranjak ke sekolah. Saat aku tersenyum padamu, lalu kau balas senyumanku. Manis, cantik, lugu. Haha.., saat itu perasaanku sedemikian terbang, jantungku berdetak kencang, dan hatiku seperti dike...

Ahh, Aku merasa bahwa secercah sinar terang telah masuk kedalam kamar, menembus selimut, menerobos selaput mata, lalu menerangi retina. Perlahan kubuka mata, menghempaskan bantal, melempar selimut dan beranjak duduk. Lalu, sambil cengar-cengir dan garuk-garuk kepala., seketika itu pula aku bergumam :

 

 

Akhirnya aku tahu, ternyata suara itu berasal darimu

Yang sedang mengetuk pintu hatiku

 

 

*****************

 

Purwokerto, di bulan juni

Ditulis togie, diedit mbak fee

 

17 komentar:

  1. wew... ck.. ck.. ck...
    uhuuuy.......... :-)
    kereeeeeeen...
    siapa GIE?

    BalasHapus
  2. waduh....pintu hati bisa diketuk, dibuka, ditutup, diperbaiki, dihancurin, di...apain lagi ya...???

    BalasHapus
  3. buat vienky : ada lagi tuh mbak... dijaga. biar tetep indah. ameeen.....
    buat togie : keren gie.... thanks.

    BalasHapus
  4. ciyee.. keren Gie... aku paling suka 3 paragraf pertama... bagus banget.
    Lumayan lega Gie??? akhirnya bs diposting juga... ^_^
    keep on writing .... !!! chayooo !!!

    BalasHapus
  5. @iwanasahaya :

    bukan siapa-siapa mbak, gara-gara bingung nentuin ending,
    akhirnya tak sambungin sama kejadian dulu
    waktu ketemu si gadis manis dari rt sebelah pas dia berangkat sekolah
    ck, daripada tulisan ini gak jadi-jadi

    BalasHapus
  6. @vienky :

    Tentu, dibikin cerpen dong mbak..
    eh iya, anu..
    cerpen yang mbak fee tulis, dikasih tag apa..?
    biar nanti nyari nya gampang

    BalasHapus
  7. @vienky :

    Tentu, dibikin cerpen dong mbak..
    eh iya, anu..
    cerpen yang mbak vienky tulis, dikasih tag apa..?
    biar nanti nyari nya gampang
    coz kompi warnet sini kl buat buka mp lebih dari satu
    langsung nge-hang

    BalasHapus
  8. @xdea :

    thanks bang, amiiin...
    btw, bang atawa mbak ya..?

    BalasHapus
  9. @mbak fee :

    bagus gimana mbak, lha wong ini bikinnya terbalik-balik kok
    pertama dari belakang dulu, yang diedit mbak fee
    terus naik ke atas, ampe paragraf pertama
    terus kebawah lagi
    terus bingung coz kayaknya endingnya belum pas
    terus dibikin ulang nurutin gaya nulisnya mbak fee
    terus mumet
    terus kompi daku rewel, begadang, dapet inspirasi buat nglanjutin lagi
    terus diajak adik ke pohon kelapa sawit yang konon ada hantunya
    jam sebelas malem, buat uji nyali
    terus dapet inspirasi lagi
    terus bingung, tetep gak dapet ending
    terus suatu hari nonton pawai kentong, terus waktu pulang
    bapaknya si gadis manis dari rt sebelah meninggal
    terus liat dia nangis
    terus inget waktu dulu dia berangkat sekolah
    nah, akhirnya baru ketemu endingnya

    *coba kalo mbak fee ngeditnya dari awal ya mbak.., pasti lebih cepet kelar

    BalasHapus
  10. huwe... diriku ini cowok... jadinya... mas aja deh. orang dari jogja. bukannya betawi kok. ow... ini kerjasama sama si fee to??? oooo..... ok deh kalo begitu.. acungan jempol buat kalian deh kalo gitu.

    BalasHapus
  11. orang dikau mintanya di edit bag akhirnya... eh iya ga to.??? lupa... hehe
    tp bagus kok.. aku malah suka yg paragraf2 awal... hehehe....

    replymu kbnyakan "terus" nya Gie... tar diprotes ma guru bahasa indo lo...

    BalasHapus
  12. mm, baanngg...!!
    Kl acungan jempol daku dah pernah dapet
    Malah plus jempol kaki segala
    Tapi kalo diacungin lembaran duit limapuluh ribuan sih belum pernah bang..

    *Berminat mencoba..?

    BalasHapus
  13. Nah, itu dia mbak, daku juga lupa ^_^

    Btw, mbak, kpn posting cerita lagi,,? Kynya akhir2 ini mbak fee posting puisi terus

    BalasHapus
  14. Iya Gie... lagi buntet... ga bs nulis cerita sama sekali.. puisi aja itu jg hrs dipaksa2...hehe...

    BalasHapus
  15. Kl yang puisi kritiknya kpn di post..?

    ^_^

    BalasHapus