Senin, 08 Oktober 2007

Mushalla Kampung Kami Perlu Diperbaiki


Tabag Bambu : Tabag yang sedang khusyuk bersandar di dinding sumur ini sering dijadikan alas untuk shalat tarawih bila mushalla sudah penuh. Tapi.., ya.., selesai shalat biasanya badan pada gatal

Biarpun hampir ambruk, tapi bagi kami, mushalla ini penuh dengan memori indah
Saat kami mengaji waktu kecil
Saat kami nabuh mercon usai ngaji
Saat kami nyolong rambutan usai nabuh mercon (soalnya dulu kami masih kecil, wajarlah)
Saat kami mengaji kala beranjak dewasa
Saat kami falling inlove pada teman di mushalla
Saat kami kabur ketika genteng mushalla kena angin kencang dan ambruk
Saat kami shalat dibawah tetesan air dari genteng bocor
Saat kami mengepel mushalla di minggu pagi
Saat kami harus berkali-kali menambal dinding tembok yang retak
Saat dengan rasa nelangsa kami menatap dinding tersebut retak lagi
Saat dengan penuh harap kami menambal dinding lagi
Saat kami nelangsa lagi karena tuh dinding kembali retak
Saat kami kabur kalang kabut gara-gara dikejar tawon yg bersarang di atap mushalla
Saat badan kami gatal karena tiupan angin dari arah hutan bambu
Saat kami menatap kepergian beberapa kakek dan nenek teman kami ketika mereka dipanggil menghadap Allah
Saat kami mulai dewasa dan bengal lalu jarang ke mushalla
Saat kami berkumpul lagi di bulan ramadhan
Saat kami..
Saat kami..
Saat kami..

Ah.., mushalla tercinta, janganlah kamu ambruk dulu
Bertahanlah.., minimal, sampai tahun depan


Keterangan :
Fotografer : Tarmo

Sabtu, 06 Oktober 2007

Sajak Minggu Pagi : Tentang Mahluk Buas

 

Dik, Dengarlah kata-kataku ini

Hayati, cerna, renungkan

Agar kau tahu, bahwa kita sedang hidup di alam rimba

Penuh mahluk buas yang sosoknya mirip dengan kita

Punya dua mata, dua telinga, dua tangan, berdiri ditopang dua kaki

Dan berbicara dengan bahasa manusia

Bahkan bukan hanya itu lho, mereka itu, mahluk buas itu

Ada yang punya mobil juga, minimal ya sepeda motor lah

 

Dik, coba buka matamu lebar-lebar

Tebak, mana yang masih manusia normal

Dan mana yang sudah bermetamorfosa secara asal

Menjadi manusia tak bermoral

Mereka tak bisa dibedakan dik, sulit

Tak bisa kalau hanya dengan mata

Tapi harus dengan hati juga

Atau minimal ya, dengan sedikit logika lah

 

Begini ya dik..,

Mungkin suatu saat, ada diantara mereka yang bilang kamu cantik

Itu tidak aneh, sebab kamu memang cantik

Adapula yang bilang kamu baik

Itupun wajar, toh kamu memang baik

Tapi hati-hati lho, sebab seringkali

Apa yang mereka ucapkan itu bukannya tanpa motif

Kerapkali, mereka itu, mengharap lebih dari senyum manismu kala tersipu

Atau sekedar ucapan terimakasih darimu

Lebih dari itu dik.., lebih..

 

Dik, ingatlah

Bila suatu saat mereka ingin menjadikanmu pacar

Terapkanlah status siaga satu

Sebab, setahuku, bagi mereka, sekedar status pun tidak cukup

Kelak, nantinya, mereka akan berkata

"Kita kan pacaran, pegangan tangan yuk.."

"Dik, aku cinta kamu, ciuman yuk.."

Atau yang lebih parah lagi,

"Aku kan cinta kamu, rela melakukan apapun untukmu, jadi boleh dong kalo sekali-kali liat kamu tanpa baju"

 

"Ah, aneh"

Mungkin saat ini, itulah yang terbersit di otakmu

Tapi bener lho.., serius nich..

Apa yang kubilang tadi, bukannya tanpa dalil, tanpa bukti 

Aku ini kan laki-laki, bergaul dengan laki-laki

Sering ngerumpi bareng laki-laki

Dan berhubung sesama laki-laki biasa ngobrol tanpa basa-basi

Jadi banyaklah kasus mengherankan yang hilir mudik menembus kuping ini

 

Ada diantara mereka yang bilang

"Gak papa dia minta putus, yang penting gue dah dapet itunya"

"Wahaha, semalem benar-benar memuaskan"

"Gue dapet gebetan baru, yang lama mo gue tinggal"

Yaah, minimalnya sih cuma curhat gini

"Masak punya pacar kok diajak pegangan tangan aja gak mau, bah, gue rugi"

 

Cuih, hoeks, preet..!!!

 

Ah, cukup dulu ya dik..

Gak enak kalo harus lama-lama di depan komputer

Bisa-bisa tagihan listrik melonjak

Lalu ibu daku yang galak itu, bakal memberi kuliah panjang lebar

Tentang hikmah berhemat, mengirit, nrimo, kerja, usaha, dan lain sebagainya

Hihi, gak etis banget kan kalo diomelin ibu kok cuma gara-gara bikin sajak

Gak etis kan dik..?

Iya kan..?

 

 

 

Togie de lonelie

Saat jalan-jalan di minggu pagi

Ayo Memperbaiki Mushalla.., Hahaha


 

 

Hari ini saya sangat bahagia. Bukan karena ada duit tujuh puluh empat ribu perak di kantong saya. Tapi karena tadi, di warung sebelah, saya ketemu dengan dua orang teman. Yang satu hobi mabuk, yang satunya doyan berzina.

 

Lho kok senang..?

 

Iya. Karena katanya, mereka barusan pergi ke mushalla, pingin ikut tarawih. Walaupun sayang, sesampainya disana, mushalla sudah penuh. Mereka gak kebagian tempat. Akhirnya, dengan putus asa mereka kembali pulang, membenamkan diri di gelapnya hutan bambu.

 

Saya jadi teringat peristiwa beberapa hari yang lalu, saat saya berdiskusi panjang lebar dengan pak ustadz, temennya pak ustadz, juga Tarmo. Saat itu, saya mengeluhkan kapasitas mushalla yang sudah tidak bisa lagi menampung para jamaah. Dimana akhirnya banyak yang harus shalat di emper mushalla, bahkan menggelar tabag1 bambu disamping sumur. Melihat kondisi tersebut, saya mengusulkan agar mushalla itu dirombak saja, di perluas.

 

Mulanya, pendapat saya didukung penuh oleh pak ustadz. Atap mushalla RT sebelah memang sudah saatnya dirombak. Banyak kayu yang sudah lapuk dimakan usia, genteng pun sudah pada bocor, gak kuat menadah air hujan. Namun masalahnya, duit yang tersedia hanya cukup untuk merehabilitasi atap

 

Terus terang saja, urusan atap, paling-paling cuma membutuhkan duit 6 juta. Duit kas diperkirakan ada 1,3 juta. Dan kekurangannya, bisa ditutup oleh infaq bulan ramadhan serta sumbangan warga. Kalau mushalla itu harus diperluas juga, diperkirakan biaya totalnya membengkak jadi 48 juta rupiah (plus lantai keramik). Nah, darimana kami mendapat duit sebanyak itu..?

 

Akhirnya, daku harus berusaha mati-matian untuk meyakinkan sang ustadz bahwa dana bukanlah masalah. Nanti, mushallanya kami bangun bertahap saja. Pertama, kami cukup membangun pondasinya dulu, tiga meter dari dinding selatan mushalla. Kalau ada duit lagi, tinggal pasang pondasi sebelah utara. Setelah itu, kami bergotong-royong membuat batu bata (kira-kira 3000 buah), nanti bikinnya di pabrik batu bata milik salah seorang warga, biar gratis. Nah, selanjutnya batu bata tersebut kami pakai untuk mendirikan dinding luar. Kalau sudah jadi, baru atapnya kami rombak. Lalu, terakhir, tinggal mengurus lantai keramik. Insya Allah, dalam satu tahun mushalla sudah selesai diperluas dan bisa digunakan untuk menampung luapan jamaah.

 

Tapi sayangnya, setelah kami hitung-hitung lagi, duit yang ada masih kurang. Selepas ramadhan, kami tak bisa lagi mengandalkan infaq para jamaah sebab uang tersebut biasanya habis untuk membayar listrik. Ditambah lagi dengan resiko bahwa andai sampai ramadhan tahun depan mushalla belum rampung kami perbaiki, kami harus shalat tarawih dimana..?

 

Akhirnya kami kembali ke realita. Melihat kondisi keuangan saat ini, kami tak sanggup memperluas mushalla. Kami hanya bisa memperbaiki atap saja. Dengan resiko tahun depan akan ada jamaah yang terlantar lagi, termasuk kedua teman yang saya sebutkan tadi. Padahal, kalau atap sudah diperbaiki, kami tidak bisa memperluas mushalla, sebab nanti atapnya harus diganti, dirombak. Solusinya, mending nanti kami bikin serambi saja, di kanan dan kiri mushalla. Tapi kendalanya, mushalla kami ada di hutan bambu. Kalau ada angin kencang, nanti banyak lugut2 yang berserakan di serambi, bikin gatal.

 

Pernah terpikir ide cemerlang di otak ini, meminta bantuan pada rekan-rekan di multiply. Tapi pak ustadz tidak setuju. Kata beliau, mbok malah merepotkan para MPer's. Ide untuk menggunakan bambu yang ditebang di kebun warga pun mental begitu saja. Bambu di kebun kami mudah lapuk. Gak tahan lama. Jadi kami harus membeli bambu dari daerah lain. Dan lagi-lagi, itu butuh biaya. Yang gratis paling-paling cuma glugu.

 

Satu-satunya ide yang rada bisa diterima adalah ketika tarmo berkata bahwa tahun depan dia sudah berangkat ke korea. Disana, dia akan meminta teman-temannya membantu biaya pembangunan masjid. Sayang, ide ini pun belum pasti lancar. Sebab sebagai calon TKI, tidak bisa diperkirakan kapan dia akan dikirim ke korea. Itu tergantung pada keberuntungan yang dia punya. Bisa tahun depan, tahun depannya lagi, lagi, lagi, gak tentu.

 

Untungnya saya hobi menghasut. Saya berhasil memanas-manasi bapak agar bersedia menggambar dan merinci biaya perbaikan mushalla. Beliau saya hasut agar membuat rancangan yang minim biaya. Beliau kerja di proyek, biasa membangun ruko. Dalam ruko, ada biaya tenaga kerja, juga ada biaya kerja kerasnya bapak, agar kami sekeluarga bisa makan. Nah, berhubung ini adalah proyek amal dimana tenaga kerjanya banyak yang gratisan (kecuali kuli) dan bapak tidak boleh mengambil untung, mungkin biayanya bisa ditekan. Alhamdulillah beliau setuju.

 

Entahlah. Padahal saya cuma ingin memperluas mushalla agar muat menampung jamaah. Saya ingin memperluas mushalla agar orang-orang seperti kedua teman saya itu bisa ikut shalat tarawih. Memang, saya jago ngakal-ngakali duit biar irit. Tapi kalo duitnya sampai jutaan seperti itu..?? Ah, semoga bisa.., semoga

 

 

1Anyaman bambu yang digunakan sebagai dinding

2Bulu-bulu halus yang terdapat di pelepah pohon bambu

Keterangan lebih lengkap ada disini

Joke : 3

Jika ingin mengingat kekasih anda, ikatkanlah benang di jari anda. Jika ingin melupakannya, ikatkanlah tali di leher anda.

 

Togie : Patah hati.., patah hati.., patah hati. Pantes banyak yang bunuh diri.

 

 

*****

 

 

Seorang wanita sedang mengobrol dengan temannya.

"Bukan main senangnya hatiku karena bisa berbuat baik pagi ini. Ketika hendak berangkat ke pasar tadi, aku memberikan kepada seorang luntang-lantung uang sepuluh ribu rupiah"

"Uang sepuluh ribu rupiah? Untuk seorang luntang-lantung? Lalu apa kata suamimu ketia ia mengetahui hal ini?"

"Ia senang sekali, katanya : Terimakasih"

 

Togie : Bu.., adakalanya seorang suami sulit memperoleh pekerjaan dan tidak bisa mencukupi kebutuhan rumahtangga. Jadi.., harap dimaklumi

 

 

*****

 

 

"Kasihan Joe" Kata seorang pria pada temannya. "Sejak ia bangkrut, maka setengah dari temannya telah meninggalkannya"

"Lalu bagaimana dengan yang setengah lagi?"

"Mereka belum tahu bahwa Joe telah bangkrut"

 

Togie : Kata Tarmo, banyak orang yang ingin dekat dengan kita karena “sesuatu” yang kita punya. Entah harta, pangkat, jabatan, teman atau yang lainnya. So, kita harus jeli dalam membedakan mana yang sekedar teman dan mana yang sahabat.

 

 

*****

 

 

Dua orang ibu sedang berbincang-bincang mengenai anak-anak mereka dan bagaimana membesarkan anak-anak itu dalam jaman yang makin maju ini.

"Ketiga anak lelaki saya itu sangat kompak" Kata ibu yang satu. "Mereka setia satu sama lain. Kalau ada satu yang berbuat tidak baik, anak yang lainnya akan tutup mulut dan tidak mau memberitahukannya."

"Lalu kalau begitu" Tanya ibu yang satu lagi, "Bagaimana caramu mengetahui siapa yang pantas dihukum?"

"Gampang saja" Sahut ibu yang pertama. "Walaupun hanya satu diantara mereka yang berbuat salah, tapi ketiga-tiganya saya kurung didalam kamar dan tidak diberi makan selama beberapa jam. Lalu, kalau kamar saya buka, pasti ada satu yang mukanya sudah bengkak dan biru. Nah, pasti dialah anak yang telah berbuat salah itu"

 

Togie : Hahaha, ibu yang cerdas. Patut ditiru

 

 

*****

 

Komandan barisan pemadam kebakaran di suatu kota sedang mengadakan latihan menghadapi kebakaran di sebuah sekolah menengah. Walau telah berlatih berulangkali, tapi sang komandan masih belum puas. Karena itu ia berkata pada kepala sekolah.

"Okay, ini yang terakhir kali. Saya harap waktunya jauh lebih baik dari yang sudah-sudah..."

Komandan membunyikan alarm, anak-anak mendapat aba-aba dan keluar dari gedung. Semua dilakukan dengan baik seperti yang telah direncanakan. Waktu yang dicapai: 3 menit 16 detik.

Tapi, limabelas menit kemudian terdengar lonceng tanda istirahat. Anak-anak kembali menghambur keluar dari kelas. Dan sekali lagi ruangan kelas menjadi kosong. Waktunya : 3 menit 3 detik

 

Togie : Latihan dan teori terkadang tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Apalagi kalau berhubungan dengan anak SMA. Hiks.., jadi inget masa sekolah dulu. Masa yang indah, walaupun kadang kelabu

 

Senin, 01 Oktober 2007

Joke : 2



Dua orang wanita sedang mempergunjingkan seorang sahabat mereka.
"Ia tidak jadi kawin dengan pacarnya" kata wanita yang satu, "Karena alasan religi. Calon suaminya itu bokek; padahal ia adalah seorang yang menyembah uang"

Togie : Sindiran yang sayangnya.., amat mengena. Saking banyaknya kasus seperti ini.

********

Seorang pria suatu hari pulang dari kantor dan menemukan rumahnya dalam keadaan centang-perenang, Tempat tidur belum diatur, dapur penuh dengan gelas dan piring kotor, dan buku serta mainan anak-anak bertebaran di seluruh penjuru rumah. Dan yang lebih parah lagi, makan malam pun belum tersedia.
"Apa sih yang terjadi?" Tanya pria itu pada istrinya
"Tidak ada apa-apa" Sahut istrinya. "Samasekali tidak ada apa-apa. Selama ini kau selalu bertanya-tanya tentang apa yang kulakukan sepanjang hari. Nah, sekarang lihat. Apa yang tidak kulakukan sepanjang hari..."

Togie : Kadang memang kita kurang menghargai beratnya tugas ibu rumah tangga.

********

Seorang teman dianjurkan dokter untuk berhenti merokok.
"Jika anda merasa ingin merokok, segera ambil coklat" ujar sang dokter
Teman itu dengan patuh mengikuti anjuran dokter namun ia tak kunjung berhasil menyalakan coklatnya.

Togie : No Comment

********

Sekelompok orang sedang bepergian dengan kereta api. Mereka asyik sekali memperbincangkan kerugian yang dialami perusahaan jawatan kereta api selama ini.
Seorang pria tua menuding kekacauan manajemen sebagai biang kerugian itu. Tetapi ada wanita yang tidak setuju. Wanita itu berpendapat yang menimbulkan masalah adalah beratnya beban perusahaan untuk menampung sebanyak mungkin tenaga kerja, Penumpang yang lain melihat kemalasan para staf sebagai sumber utama kerugian.
Seorang penumpang wanita yang lain lagi baru saja mau mengutarakan pendapatnya tetapi urung karena ia buru-buru meloncat bersembunyi dibawah kursi ketika mendengar bahwa kondektur segera akan memeriksa karcis.

Togie : Selalu saja, yang disalahkan adalah mereka, bukan kita.