
Tabag Bambu : Tabag yang sedang khusyuk bersandar di dinding sumur ini sering dijadikan alas untuk shalat tarawih bila mushalla sudah penuh. Tapi.., ya.., selesai shalat biasanya badan pada gatal
Biarpun hampir ambruk, tapi bagi kami, mushalla ini penuh dengan memori indah
Saat kami mengaji waktu kecil
Saat kami nabuh mercon usai ngaji
Saat kami nyolong rambutan usai nabuh mercon (soalnya dulu kami masih kecil, wajarlah)
Saat kami mengaji kala beranjak dewasa
Saat kami falling inlove pada teman di mushalla
Saat kami kabur ketika genteng mushalla kena angin kencang dan ambruk
Saat kami shalat dibawah tetesan air dari genteng bocor
Saat kami mengepel mushalla di minggu pagi
Saat kami harus berkali-kali menambal dinding tembok yang retak
Saat dengan rasa nelangsa kami menatap dinding tersebut retak lagi
Saat dengan penuh harap kami menambal dinding lagi
Saat kami nelangsa lagi karena tuh dinding kembali retak
Saat kami kabur kalang kabut gara-gara dikejar tawon yg bersarang di atap mushalla
Saat badan kami gatal karena tiupan angin dari arah hutan bambu
Saat kami menatap kepergian beberapa kakek dan nenek teman kami ketika mereka dipanggil menghadap Allah
Saat kami mulai dewasa dan bengal lalu jarang ke mushalla
Saat kami berkumpul lagi di bulan ramadhan
Saat kami..
Saat kami..
Saat kami..
Ah.., mushalla tercinta, janganlah kamu ambruk dulu
Bertahanlah.., minimal, sampai tahun depan
Keterangan :
Fotografer : Tarmo