Senin, 17 Desember 2007

Togie - Manusia Sakti..?

 

Dari adu nyali di pohon keramat, para jomblo berhasil menyimpulkan satu hal penting : "Bahwa mereka tak perlu lagi takut kepada jin". Namun setelah sebelumnya berkonsultasi kepada para kambing (ini cuma perumpamaan), mereka secara ngawurnya membuat satu kesimpulan lagi : "Kalau tetap merasa takut, mengadulah kepada togie." Dan berdasar kesimpulan ngawur tersebut, akhirnya muncul anggapan bahwa : "Togie orang sakti".

 

OK, anda tak perlu geleng-geleng kepala mendengar hal ini. Cukup kepala saya saja yang menjadi tidak simetris gara-gara melenceng 0,235 derajat dari posisi semula. Dikarenakan oleh sebegitu besarnya keheranan saya terhadap pola pikir dan cara kerja otak mereka.

 

Begini. Setelah berkali-kali mendeklarasikan bahwa saya hanyalah orang biasa, bahwa adu nyali tersebut diselenggarakan berdasar atas asas kenekatan saja, bahwa andaipun saat itu ada jin yang benar-benar nongol kami hanya bisa berdoa, dan kalau toh jin tersebut saya pukul-dia malah balas memukul saya, kok teman-teman di warung sebelah yang notabene masih jomblo itu tetap tidak percaya. Dengan seenaknya mereka kerap bertanya tentang tips-tips agar tidak diganggu hantu. Bahkan, dengan logika yang ngawur itu, mereka juga menanyakan berbagai hal tentang pacar (Apa hubungannya coba..?)

 

Nah, berdasar fakta amburadul itulah maka bisa dipahami jika pada suatu dinihari ada pemuda (bukan jomblo) yang bercerita tentang jin penunggu pohon salak (Kenapa harus pohon salak..?). Dia bilang bahwa pada malam jumat kliwon adiknya melihat sebersit sinar perak yang terbang rendah menuju pohon salak. Saat itu adiknya baru shalat tahajud, lalu pergi untuk menengok mushalla yang belum jadi gara-gara renovasinya terhenti oleh alasan klasik : "Tidak ada dana". Adiknya bermimpi bahwa untuk dapat menundukkan hantu tersebut, si adik harus berpuasa mutih selama tiga hari. Nanti si hantu akan menjelmakan diri menjadi seonggok benda pusaka. Tapi si adik tidak mau.

 

Disinilah masalahnya. Dalam keadaan teler karena menenggak tiga botol vodka dicampur tiga botol calpico dan tiga botol fanta, si kakak berkata bahwa dia ingin menguasai pusaka tersebut. Tapi tanpa harus  berpuasa. Dia pun meminta bantuan saya. Kenapa harus saya..? Sebab dia juga percaya bahwa saya orang sakti. Alangkah ngawurnya.

 

Sayang, berhubung dinihari tersebut dengan naasnya saya tejebak di tengah-tengah orang mabok (walaupun tidak ikut mabok) tapi tidak bisa pulang karena pasti harus mengetuk pintu dulu dimana yang membuka pintu adalah ibu sedangkan ibu saya (harap anda tahu) galaknya minta ampun, maka saya tidak berani pulang. Takut dimarahi. Akhirnya, saya memilih untuk menuruti permintaan dia.

 

Berpegang teguh pada semangat 45, maka kami (terdiri dari empat orang) beranjak pergi ke pohon salak. Di dekat kandang ayam. Jauh di lubuk hati, saya berharap agar kalau toh nanti pusakanya muncul, lebih baik berbentuk segentong emas. Biar pusaka tersebut bisa saya jual. Duitnya buat mbenerin mushalla. Selama yang saya jual adalah emas (bukan dianggap sebagai benda pusaka), Insya Allah hukumnya halal.

 

Sedangkan soal teman saya, cukup saya kasih sebungkus rokok saja. Sebab kalau pegang duit banyak, mbok dipake buat beli minuman keras. Kalau dia protes, saya cukup membawa nama besar para jomblo penghuni warung mie. Dia pasti tak berani, mbok digebuki.

 

Begitulah. Dini hari, kami terdampar diantara pohon salak, pohon bambu, dan aroma semerbak kotoran ayam (seperti orang kurang kerjaan saja). Bulu kuduk kami merinding. Namun Alhamdulillah, setelah mencoba membaca dan meresapi surat An-Nas, rasa merinding itu perlahan hilang. Berganti dengan keberanian yang entah muncul dari mana. Dua orang teman saya (yang sedang mabok) gemetar ketakutan. Berkali-kali mereka mempresentasikan berbagai omong-kosong. Omongan tersebut terdengar berkali-kali, begitu lama, hingga adzan subuh berkumandang. Sayang, seperti peristiwa di pohon angker. Pohon salak pun ternyata memberikan respon serupa. Yaitu : "Tidak merespon apa-apa".

 

Ah, dinihari. Terulang peristiwa itu lagi. Uji nyali tanpa kemunculan satu mahluk jin pun. Jangan-jangan kali ini, teman saya membuat kesimpulan serupa. Bahwa si hantu tak berani muncul karena saya. Semoga nanti dia tidak ikutan berkata bahwa : "Togie memang sakti".

 

6 komentar:

  1. itu karna togie semangat 45 yang [mungkin] patuh pada UUD 45 dan pancasila.

    *ga nyambung*

    BalasHapus
  2. Iya mbak
    Soalnya akhir2 ini banyak temen yg diganggu, jadi penakut
    Padahal daku ingin bilang bahwa gak ada yg perlu ditakuti selain Allah
    Apalagi kalo cuma jin
    Ck.., jin gitu locchh..

    BalasHapus
  3. Hahaha...
    Daku adalah warga negara yang setuju kalau syariat islam ditegakkan di bumi nusantara
    Jadi, dengan kata lain, daku adalah anti pancasila mbak

    BalasHapus