Bicara tentang kutukan. Sebenarnya, apa itu kutukan..? Menurut cerita yang tersebar di masyarakat, kutukan berarti hal buruk yang menimpa seorang (atau sekelompok) mahluk dimana kutukan tersebut bisa bersifat temporer (sementara), permanen (tetap), maupun kontinyu (terus menerus diturunkan ke anak cucu).
Kutukan Temporer
Sejak lulus SMA, saya tidak pernah bisa menghabiskan malam tahun baru bersama wanita. Kojak (seorang teman SMA) bilang, saya telah dikutuk.
Tahun pertama setelah lulus, kami menghabiskan malam tahun baru berdua. Dimana kami menghabiskannya di tempat yang salah. Yaitu ditengah-tengah ratusan (atau lebih) pasangan yang asyik bermesraan. Ketika kembang api dinyalakan sebagai pertanda pergantian tahun, mereka dengan syahdunya berangkulan, berpelukan, bahkan berciuman. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman di hati kami. Karena di tempat itu hanya kamilah yang bengong menatap kembang api. Tidak mungkin kami (yang sesama pria ini) ikut berpelukan atau berciuman juga. Hingga kemudian bertekad bahwa tahun depan kami akan menghabiskan malam tahun baru bersama wanita.
Tahun berikutnya, kami tetap mengalami nasib yang sama. Biarpun kami telah bersepakat untuk mengajak teman wanita, namun secara kebetulan (seperti telah digariskan dalam suratan nasib), teman tersebut tidak bisa datang. Hingga kami kembali menatap nyala kembang api dengan penuh bengong. Lalu dengan sekonyong-konyong kami menyimpulkan bahwa salah satu diantara kami pasti telah kena kutuk. Dan bila ingin tahu siapa yang telah dikutuk, maka tahun depan kami harus berpisah. Menghabiskan malam tahun baru secara sendiri-sendiri.
Ternyata kesialan benar-benar menyelimuti kami. Biarpun telah berjanji bahwa dia akan menghabiskan waktu disana dan saya disini, dia dengan siapa dan saya siapanya lagi, namun entah kenapa sekian menit sebelum nyala kembang api, tiba-tiba saya nyasar, terpisah dari teman-teman. Dia pun begitu. Dan lagi-lagi, seperti telah digariskan dalam suratan nasib, kami kembali bertemu ditempat yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Melihat kembang api yang hampir sama, dalam suasana yang sama pula. Suasana bengong.
Hingga akhirnya Tuhan sudi memberi tahu siapa yang telah dikutuk. Tahun selanjutnya teman saya berhasil menghabiskan tahun baru bersama wanita. Sedangkan saya, kembali menghabiskan akhir tahun bersama pria. Mulai dari teman teknik, teman sekampung, para jomblo, dan entah siapa lagi. Hal itu berlanjut dari satu tahun ke tahun berikutnya. Singkatnya, ternyata, SAYALAH YANG KENA KUTUK.
Dilatar-belakangi oleh rasa putus asa, tahun ini saya kembali berusaha untuk terakhir kalinya. Mengirimkan sms berisi ajakan menghabiskan malam tahun baru kepada seorang teman wanita. Untuk mengetahui sudah hilangkah kutukan yang selama ini menimpa saya. Alhamdulillah dia mau.
Lalu, setelah diliputi perasaan cemas, setelah detik demi detik ditimpa rasa was-was, sampailah kami (saya, teman saya dan pipin) pada malam pergantian tahun. Hingga kami bisa melihat kembang api. Lebih tepatnya, akhirnya, saya, bisa menghabiskan malam tahu baru bersama wanita. Singkatnya, saya telah BEBAS DARI KUTUKAN.
Dhan, terimakasih. Malam ini dunia tahu bahwa kutukan yang selama ini membelenggu diriku telah sirna. Jasamu sungguh tak bisa dilukiskan lewat kata-kata. Happy new year.
(Sebuah puisi untuk teman tercinta)
Kutukan Permanen (Tetap)
Singkat saja. Menurut dongeng dan sahibul konon, alkisah, jaman dahulu kala, ada seorang resi yang mengutuk nenek moyang saya. Bahwa akan ada salah seorang anak keturunannya yang ditimpa kutukan malang berupa ketampanan tiada tara untuk selama-lamanya. Dimana ketampanan tersebut menyebabkan si empunya kutukan ditimpa berbagai cobaan dan rintangan yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan ketampanan. Menyangkut sulitnya lulus kuliah dari fakultas teknik, sulit membayar cicilan motor vespa, sulit mengumpulkan duit buat nge-blog dan lainnya.
Tak usah saya sebutkan siapa manusia terkutuk itu. Anda pasti sudah tahu. Dan tak usahlah saya menjelaskan berbagai dalil atau argumen untuk membuktikan benar-tidaknya sahibul konon ini. Sebab yang namanya dongeng, yang namanya konon, memang tidak perlu bukti. Cukup dipercayai.
Kutukan Kontinyu
Bisa dilihat dari nilai-nilai pelajaran menggambar yang saya peroleh. Dari TK, SD, SMP sampai SMA, nilai-nilai seni rupa saya selalu mengenaskan. Benar-benar hancur. Berbagai daya, upaya, latihan, maupun les menggambar yang saya ikuti tak bisa memperbaiki kehancuran ini. Seakan-akan jiwa saya benar-benar anti dengan gambar.
Dan ternyata, bukan hanya saya saja. Ternyata adik, bapak, kakek, eyang buyut, canggah, serta para pendahulu saya pun tidak ada yang jago menggambar. Artinya, kekurangan ini merupakan fenomena ajaib dalam ilmu genetika. Yang berhungan erat dengan struktur DNA dalam tubuh manusia. Sebuah fenomena yang bisa dikait-kaitkan dengan fenomena lain. Yaitu kutukan.
Sepertinya, sejak jaman nenek-moyang, kami telah dikutuk agar tidak pandai menggambar. Torehan kuas kami hanya menghasilkan karya hina yang membuat malu dunia seni rupa. Kutukan itu terus berlanjut dari generasi ke generasi hingga sampailah pada generasi saya. Jadi alangkah wajarnya jika saya pun tidak pandai menggambar. Yang nanti diteruskan ke anak-cucu saya. Hingga membentuk sebuah dinasti baru di muka bumi. Dinasti togie. Dinasti tanpa jiwa gambar.
Lagi-lagi, tak usahlah mempedulikan benar-tidaknya dongeng ini. Cukup dipercayai.
Terimakasih, togie
kutukan temporer itu benar adanya kah gie?
BalasHapusBener mbak
BalasHapusBiarpun saat itu ada si pipin juga (yang berjenis kelamin laki-laki)
Yang penting ada wanitanya
Yang penting cm liat kembang api doang, yang dar dor dar dor itu
Gak ada mesra-mesraan seperti pasangan yang daku dan kojak pernah lihat
Yang jelas, kesimpulannya, kutukan yang menimpa daku (seperti yang pernah dikatakan kojak) sudah hilang
hmm.. Kutukannya masih berlaku, yakni Menikmati Tahun Baru dg melihat kembang api.
BalasHapusIndah sih, indah... tapi...
Sekarang togie akan kukutuk semoga....... *isi sendiri, ya* :D
Biarin
BalasHapusYang penting kan kutukan permanennya
Yang tidak semua manusia bisa memilikinya
*bangga
Mbak, daku mau dikutuk jadi apa..?
Jangan berhubungan dg ketampanan lagi lah ya..?
Mbok nanti menyusahkan
:P
Oh iya..
Indah si indah..?
Tapi..?
Apa?
wah....baru tau nih klo kutukan ada tiga jenis begitu...
BalasHapushmm....aku masuk yg mana yah....:D
ritual tahunan tahun baruku... ambruk, ngdrop, sakit, terkapar di kasur...
BalasHapusitu termasuk kutukan ga ya???
Ohh...
BalasHapusKalo yang ini sih bebas mbak
Kita boleh menentukan untuk masuk yang mana saja
:P
Mungkin bukan mbak
BalasHapusSebab kutukan yang menimpa mbak fee hanyalah kutukan permanen seperti yang daku alami
Bukan yang temporer
untung ga di kutuk jadi pangeran kodok :p
BalasHapuspissssssss
Wahaha..
BalasHapusAsal putri kodoknya cantik dan baik hati sih gpp
Pisss
rasanya gimana gie tahun baruan ama cewe? :P
BalasHapusSpeachless..
BalasHapusTak bisa digambarkan menggunakan kata bang
Mungkin, kalau diumpamakan
Rasanya sama seperti saat memegang duit ratusan juta
Ane gak pernah megang duit ratusan juta Gie... gimana ya rasanya? :P
BalasHapusTapi yang jelas ane yakin pas giliran mau tidur senyam-senyum gak jelas kan?
Wakakakaka....
BalasHapus:P
*Kutukan telah terhapuskan
*Dan senyum pun dikembangkan