Mungkin anda merasa tertekan saat harus membuat alasan. Terutama ketika ditanya tentang kekurangan yang anda miliki. Misalnya saat tidak punya uang sehingga harus makan singkong yang didapat dari kebun tetangga tetapi tiba-tiba ada teman bertanya "Kok makan siangnya cuma singkong..?". Atau saat putus dengan pacar dan malam minggu anda ditanya "Kok nggak ngapel mas..?". Mungkin anda merasa sedih, mangkel, bahkan marah. Tapi jangan khawatir, ada cara efektif untuk mengatasi hal ini.
Jika anda tidak ingin atau tidak bisa mengungkapkan alasan yang logis, salah satu solusinya adalah dengan memberikan alasan yang tidak masuk akal. Dengan begini, biasanya si penanya akan bertekuk lutut dan tidak berani bertanya-tanya lagi.
Dulu, saat baru datang ke warnet teknik setelah melewati guyuran hujan, dinginnya malam, dan basahnya baju yang bikin gatal, saya ditanya oleh operator warnet : "Mas, darimana..? Kok hujan-hujanan..?". Pertanyaan tersebut mengingatkan saya pada beratnya perjalanan yang baru di tempuh. Maka agar tidak sedih saya jawab :"Baru muter-muter keliling kota. Siapa tahu ketemu dengan mereka yang butuh bantuan. Bukankah kita harus saling membantu..?". Dan operator warnet langsung diam.
Saat duit di kantong tinggal beberapa ratus perak sedangkan saya harus mencari materi kuliah di warnet teknik yang tarifnya seribu perak per jam, saya ditanya: "Ck, mahasiswa kok hobinya ke warnet, apa tidak ada kegiatan lain..?". Padahal sebenarnya saat itu saya pergi ke warnet dengan terpaksa karena tidak rela kehilangan uang receh tercinta di kantong celana. Sedih. Makanya, dengan pura-pura bangga saya tanggapi dengan : "Daku mau ngabisin receh di kantong celana. Daku alergi receh. Kalo pegang receh sebentar saja, badan daku bisa gatal. Makanya, kalau nanti sampai rumah, celana yang daku pakai harus segera dicuci biar alerginya hilang. Kalau tidak, pantat daku bisa bengkak kemerah-merahan"
Atau saat operator warnet tiba-tiba mampir ke komputer yang saya tempati. Saat itu diatas meja ada uang receh seribu perak dan di kantong celana seribu limaratus. Dengan spontan dia berkata : "Wuih, mas Togie keren, lagi banyak duit ya..?". Dan sebagai bentuk pelampiasan, saat selesai online, sambil mengeluarkan uang receh saya berkata : " Yo'i, daku emang lagi banyak duit. Nih ada lima belas keping (pecahan seratus perak, dua ratus dan lima ratusan). Sebenarnya kalo ditukar dengan uang limapuluhan bisa lebih banyak lagi. Ada tiga puluh keping lebih. Tapi ah, daku lagi pingin hidup sederhana. Yang duitnya pas-pasan saja”.
Saat zuni menghina buruknya jalan di kampung saya. Yang aspalnya sudah bolong-bolong dan susah dilewati, yang warganya tidak mau patungan untuk memperbaiki jalan, yang saya tidak bisa memacu motor kalau bangun kesiangan, dan saya tidak punya alasan logis apapun sebagai jawaban dimana saya tidak kehilangan muka oleh jawaban tersebut, tiba-tiba muncul jawaban jenius di otak saya : "Jalan disini memang sengaja dibuat berlubang zun, biar kendaraan yang lewat gak bisa ngebut. Kamu tau sendiri kalau disini banyak anak kecil, bisa bahaya kalau para pengendara memacu motor semaunya. Karena itulah, andai pun pemerintah memberi bantuan untuk pengaspalan jalan, mungkin warga tidak pada mau. Sebab mereka lebih mementingkan keselamatan anak-anaknya dibanding kelancaran transportasi".
Terakhir, saat si jutek dengan kejamnya menghina status saya sebagai mahasiswa teknik yang belum bekerja. Yang walaupun kadang mendapat uang alakadarnya dari kerja sambilan tapi dia dengan kukuhnya tetap menganggap bahwa saya belum bekerja. Tidak bisa dibandingkan dengan dia yang sudah berstatus sebagai seorang guru honorer di sebuah SMP swasta. Dan sialnya, kakaknya (yang sama-sama guru) ikut-ikutan memojokkan saya. Akhirnya saya pun harus mengeluarkan jurus terakhir yang tersisa : "Daku belum bekerja karena bingung. Terlalu banyak yang menawari pekerjaan, padahal daku tidak bisa menerima semuanya. Bila daku menerima salah satu dan menolak yang lain, pasti yang daku tolak merasa sedih. Daku tidak mau membuat orang lain sedih. Makanya untuk menghindari hal tersebut, daku tolak semuanya saja. Daku hebat ya..? Hahaha" Dan sang kakak pun ngeloyor pergi meninggalkan ruang tamu.
Begitulah, bahkan si pipin yang cuek itupun kerapkali harus geleng-geleng kepala demi mendengarkan jawaban saya. Apalagi si Tarmo. Dia tergolek lemas tak berdaya.
Jika anda tidak ingin atau tidak bisa mengungkapkan alasan yang logis, salah satu solusinya adalah dengan memberikan alasan yang tidak masuk akal. Dengan begini, biasanya si penanya akan bertekuk lutut dan tidak berani bertanya-tanya lagi.
Dulu, saat baru datang ke warnet teknik setelah melewati guyuran hujan, dinginnya malam, dan basahnya baju yang bikin gatal, saya ditanya oleh operator warnet : "Mas, darimana..? Kok hujan-hujanan..?". Pertanyaan tersebut mengingatkan saya pada beratnya perjalanan yang baru di tempuh. Maka agar tidak sedih saya jawab :"Baru muter-muter keliling kota. Siapa tahu ketemu dengan mereka yang butuh bantuan. Bukankah kita harus saling membantu..?". Dan operator warnet langsung diam.
Saat duit di kantong tinggal beberapa ratus perak sedangkan saya harus mencari materi kuliah di warnet teknik yang tarifnya seribu perak per jam, saya ditanya: "Ck, mahasiswa kok hobinya ke warnet, apa tidak ada kegiatan lain..?". Padahal sebenarnya saat itu saya pergi ke warnet dengan terpaksa karena tidak rela kehilangan uang receh tercinta di kantong celana. Sedih. Makanya, dengan pura-pura bangga saya tanggapi dengan : "Daku mau ngabisin receh di kantong celana. Daku alergi receh. Kalo pegang receh sebentar saja, badan daku bisa gatal. Makanya, kalau nanti sampai rumah, celana yang daku pakai harus segera dicuci biar alerginya hilang. Kalau tidak, pantat daku bisa bengkak kemerah-merahan"
Atau saat operator warnet tiba-tiba mampir ke komputer yang saya tempati. Saat itu diatas meja ada uang receh seribu perak dan di kantong celana seribu limaratus. Dengan spontan dia berkata : "Wuih, mas Togie keren, lagi banyak duit ya..?". Dan sebagai bentuk pelampiasan, saat selesai online, sambil mengeluarkan uang receh saya berkata : " Yo'i, daku emang lagi banyak duit. Nih ada lima belas keping (pecahan seratus perak, dua ratus dan lima ratusan). Sebenarnya kalo ditukar dengan uang limapuluhan bisa lebih banyak lagi. Ada tiga puluh keping lebih. Tapi ah, daku lagi pingin hidup sederhana. Yang duitnya pas-pasan saja”.
Saat zuni menghina buruknya jalan di kampung saya. Yang aspalnya sudah bolong-bolong dan susah dilewati, yang warganya tidak mau patungan untuk memperbaiki jalan, yang saya tidak bisa memacu motor kalau bangun kesiangan, dan saya tidak punya alasan logis apapun sebagai jawaban dimana saya tidak kehilangan muka oleh jawaban tersebut, tiba-tiba muncul jawaban jenius di otak saya : "Jalan disini memang sengaja dibuat berlubang zun, biar kendaraan yang lewat gak bisa ngebut. Kamu tau sendiri kalau disini banyak anak kecil, bisa bahaya kalau para pengendara memacu motor semaunya. Karena itulah, andai pun pemerintah memberi bantuan untuk pengaspalan jalan, mungkin warga tidak pada mau. Sebab mereka lebih mementingkan keselamatan anak-anaknya dibanding kelancaran transportasi".
Terakhir, saat si jutek dengan kejamnya menghina status saya sebagai mahasiswa teknik yang belum bekerja. Yang walaupun kadang mendapat uang alakadarnya dari kerja sambilan tapi dia dengan kukuhnya tetap menganggap bahwa saya belum bekerja. Tidak bisa dibandingkan dengan dia yang sudah berstatus sebagai seorang guru honorer di sebuah SMP swasta. Dan sialnya, kakaknya (yang sama-sama guru) ikut-ikutan memojokkan saya. Akhirnya saya pun harus mengeluarkan jurus terakhir yang tersisa : "Daku belum bekerja karena bingung. Terlalu banyak yang menawari pekerjaan, padahal daku tidak bisa menerima semuanya. Bila daku menerima salah satu dan menolak yang lain, pasti yang daku tolak merasa sedih. Daku tidak mau membuat orang lain sedih. Makanya untuk menghindari hal tersebut, daku tolak semuanya saja. Daku hebat ya..? Hahaha" Dan sang kakak pun ngeloyor pergi meninggalkan ruang tamu.
Begitulah, bahkan si pipin yang cuek itupun kerapkali harus geleng-geleng kepala demi mendengarkan jawaban saya. Apalagi si Tarmo. Dia tergolek lemas tak berdaya.
hmm.. togie ngga berubah ya...^_^
BalasHapusberubah kok
BalasHapustulisan ini dah lama tak bikin
dulu
duluu sekalii