Jumat, 02 Mei 2008

kunang-kunang di kepala

 

Entah kenapa, pengalaman pagi ini terasa berbeda. Padahal pengalaman-pengalaman itu terbilang biasa, tak bisa disebut istimewa.

 

Mungkin sakitlah yang jadi penyebabnya. Sejak bangun tidur, mata ini seolah melihat beribu kunang-kunang beterbangan di udara. Ribuan kunang-kunang berwarna putih perak yang muncul silih-berganti. Saat melotot didepan layar monitor, warna perak tersebut berbaur dengan beragam warna lain. Membuat monitor warnet dipenuhi oleh warna-warna baru yang sepertinya baru saja diciptakan Tuhan. Untung warna campur-aduk itu tidak mengaburkan tulisan yang sedang daku baca. Sehingga daku tetap bisa berinternet ria.

 

Perasaan. Seolah kesadaran daku melayang, mengambang di awang-awang. Daku berada dalam kondisi setengah sadar. Bila saat ini daku ditanya : "Kamu siapa..?" Mungkin pertama kalinya bisa daku jawab : "Togie..!!". Namun jika terus-terusan ditanya, lama-lama kesadaran yang tinggal separuh ini bisa hilang. Hingga tanpa rasa malu lagi daku menjawab : "Ah, ganteng setengah mati"

 

Anda boleh menganggapnya bercanda tapi daku sungguh serius. Daku menyadari hal ini ketika tadi mampir ke perpustakaan komik. Ketika mbak-mbak yang jaga disitu bertanya : "Mas togie, kok mukanya pucat banget..? Lagi sakit ya..? Ingat lho mas, wajah nggak bisa berbohong..?". Saat itulah daku baru mengerti sebab-musabab dari munculnya beribu kunang-kunang yang daku lihat sejak pagi. Sebab saat berkaca di kaca spion motor vespa, daku sendiri sampai kaget. Sampai hampir berteriak  "Astaga.., mukaku pucat sekalii..!!"

 

Sayang, nama daku togie. Bagi daku, tak perlu mengeluh. Nikmati saja semuanya. Termasuk penyakit yang sedang bersarang di tubuh kita. Lagipula, daku merasa sehat-sehat saja. Tak ada rasa pusing, masuk angin, mual, atau semacamnya. Daku malah kok jadi senang, bahagia. Sebab walaupun sakit, tapi tubuh daku terasa seperti terbang, melayang. Lebih ngefly dari perasaan orang mabok atau yang habis menghisap ganja. Kayaknya sih.

 

Oh iya, belakangan ini daku hobi mengamati ekspresi manusia. Daku mempelajari perubahan mimik muka mereka lalu mengaitkannya dengan kondisi psikologis yang mereka punya. Setelah berlangsung sekian lama, ternyata hal itu membuahkan hasil. Saat ini, daku cukup bisa membedakan mana orang yang sedang dilanda masalah dan mana yang bergembira. Bahkan daku bisa menebak masalah apa yang menimpa mereka. Entah itu soal asmara, ekonomi, sekolah, kuliah, atau semacamnya. Berbekal hal itu, satu bulan belakangan ini, daku diangkat menjadi konsultan para jomblo. Daku kerap ditanya berbagai hal berkaitan dengan bagaimana caranya untuk memperoleh pacar. Menggunakan kemampuan daku untuk menilai sifat dan karakteristik gadis yang mereka incar lalu menyusun taktik dan strategi untuk melumpuhkan hati gadis tersebut.

 

Naas. Walau begitu, mereka tetap tidak laku-laku. Bukan karena analisa daku yang salah sebab setelah di crosschek, yang daku katakan pada mereka memang benar. Mungkin penyebabnya adalah karena mereka dikutuk oleh wanita sedunia agar lebih lama menjomblo. Atau pula karena daku tidak rela bila mereka meninggalkan status jomblonya dan meninggalkan daku hidup sendiri dalam kejombloan, tanpa teman seperjuangan.

 

Ah, sudahlah. Sebelum tulisan ini berubah menjadi lebih ngawur lagi, daku ingin bercerita tentang satu hal aneh yang ada kaitannya dengan menilai rona muka manusia.

 

Tadi, setelah menyalakan mesin vespa dan hampir beranjak pergi dari perpustakaan komik, daku melihat seorang gadis berjilbab. Dalam sekali lihat, hati daku sudah berkata : "Ada yang tidak beres". Dan ternyata benar. Dalam sekejap, gadis berjilbab itu mendekati motor daku dan tanpa babibu langsung memohon : "Mas, mau kemana..? Tolong anterin ke jalan besar dong. Biar bisa nunggu angkot ke terminal. Saya capek".

 

Seperti yang daku bilang, daku diangkat menjadi konsultan para jomblo karena persentase yang cukup tinggi dalam menilai manusia. Entah itu pria atau wanita. Dan saat itu pula, ketika gadis berjilbab itu memboncengkan tubuhnya di jok belakang motor vespa (tanpa permisi atau menunggu jawaban "Ya" dari daku), seketika itu pula daku menyimpulkan : "Dia gila". Kesimpulan itu diperkuat ketika gadis itu terus-terusan berkata bahwa dia kuliah di fakultas hukum. Diperkuat lagi oleh fakta bahwa setelah daku antar sampai ketempat yang dituju tiba-tiba dia berkata : "Mas, dirumah punya pembantu gak..? Saya mau dong, ngelamar jadi pembantunya mas. Saya ini kuliah di fakultas hukum lho..!!" GUBRAK..!!!

 

Entahlah, bukannya berprasangka buruk atau apa. Sebab tanpa perlu analisa pun, dengan mudah bisa dibedakan mana orang gila dan orang biasa. Yah, tapi tak masalah. Bukankah sebagai manusia kita memang harus menolong sesama..? Baik yang waras ataupun mereka yang divonis sebagai gila..?. Tapi semoga tebakan daku salah. Semoga dia hanya mahasiswi biasa, gadis biasa, yang tidak gila. Amin

 

Sayang, bantuan yang bisa daku beri hanya sekedar tumpangan diatas motor. Itupun gara-gara terpaksa sebab tanpa menunggu ijin dia sudah menempatkan tubuhnya di jok belakang motor vespa. Lagipula, daku sendiripun, mahasiswa teknik elektro yang entah kenapa bercita-cita jadi petani ini, sedang dilanda kesulitan ekonomi. Daku ingin memelihara lele di tanah samping rumah tapi tidak diijinkan orang tua. Setelah diijinkanpun masih terbentur masalah dana. Jangankan beternak lele, lha wong duit untuk bikin kolam pun tidak ada apalagi kalau harus menggaji pembantu, duit darimana coba..?

 

Yang jelas, selanjutnya, daku beranjak pulang menaiki motor vespa. Sambil menikmati indahnya kunang-kunang yang beterbangan di udara. Yang warna peraknya tak bisa dibedakan dengan pantulan sinar mentari di kaca mobil. Sembari berdoa agar kesadaran daku tetap tersisa sampai nanti tiba dirumah. Berusaha menerima fakta bahwa "DAKU SEDANG SAKIT..!!". Gak tau sakit apa.

14 komentar:

  1. Kamu emang sakit Gie,
    Dan akan lebih sakit lagi kalau kamu tetap ada di tempat yang sama.
    Hush... hush... hush...*ngusir Togie biar cepet lulus*

    Rie-

    BalasHapus
  2. Amiin..
    amiinn..

    Lulus kan ya mbak..? Bukan DO kan ya..?

    BalasHapus
  3. peta masalahnya diurai gie...
    (soktaudotcom)

    BalasHapus
  4. coba..... baca mbak, bisa ga ?? iya gie, berobat dong, biar tau kamu kenapa.

    BalasHapus
  5. hahaha... togie..togie...
    sini dibantuin nangkap kunang2nya
    moga cepat sembuh ya... :)

    BalasHapus
  6. Gak kepikiran mbak
    Tulisan ini tak bikin pas masih berkunang-kunang
    Bahkan rasanya, waktu nulispun, kesadaran daku gak utuh
    Gak tau lagi nulis apa
    Pokoknya, apa yang nyantol di otak aja lah

    BalasHapus
  7. Hihi, gimana bisa berobat mbak
    Lha wong duitnya abis buat ngempi ma disumbangin ke mushalla
    Gituuu teruss
    Gak ngumpul2

    BalasHapus
  8. Ayo mbak.., kita tangkap bareng-bareng
    Kalo dapet banyak, tar dijual ke anak2 kecil, mungkin laku keras

    btw, amiin
    moga jg cepet sembuh

    BalasHapus
  9. semoga lekas sembuh ya mas...ngelamaan ngejomblo neh

    BalasHapus