Senin, 14 Juli 2008

Jomblozone - Bukit bintang, kuburan, dan hantu


Waktu baru menginjak pukul setengah delapan malam ketika sepi datang mengunjungi kampung kami. Sebagian warga sudah terlelap dibuai hangatnya selimut dan empuknya kasur. Suhu udara yang beberapa hari ini turun drastis membuat mereka mudah sekali mengantuk.

Aku mengenakan tiga lapis jaket saat melangkah menuju basecamp para jomblo di RT sebelah. Aku mengantuk. Tak peduli kegiatan apa yang kulakukan di rumah.  Nonton tv, belajar, membaca cerpen, melamun, semua itu hanya membuatku tambah mengantuk. Aku tak mau tidur terlalu awal. Tidur membuatku jadi mirip orang mati. Aku ingin hidup.

"Gie, ayo kita pergi ke Bukit Bintang..!!" Sesampainya disana, para jomblo mengajakku. Aku terima ajakan itu. Semoga dengan pergi bersama mereka rasa kantukku bisa hilang.

Bukit Bintang adalah daerah terpuncak dari Gunung Tugel, dekat Tempat Pembuangan Sampah. Kami harus mengendarai sepeda motor melalui rute berliku menembus pegunungan, hutan, jalan setapak, juga kuburan agar bisa sampai kesana. Menembus tebalnya kabut yang turun menyelimuti pepohonan, menahan rasa dingin yang dihembuskan angin malam. Sepanjang perjalanan, beberapa kali kami berpapasan dengan sosok-sosok mencurigakan - entah manusia atau bukan. Hanya satu hal yang membuat kami tetap menuduh mereka sebagai manusia, yaitu  karena kaki mereka mengenakan sandal jepit.

Setelah lelah mengarungi waktu, sampailah kami di Bukit Bintang. Kami duduk menempati bangunan kosong. Tapi tak bisa kulihat bintang dari situ. Atap menutupi penglihatanku. Busuknya aroma sampah juga  terasa menusuk-nusuk hidungku.

"Inikah Bukit Bintang..?" Protesku
"Bukan..!! Ini bukit sampah. Ayo, ikut aku. Akan kutunjukkan bagaimana seharusnya Bukit Bintang itu"

***

Masih di kompleks Gunung Tugel, kami tiba ditempat yang lebih baik daripada tempat tadi. Dari sini, Kami bisa melihat puluhan ribu bintang yang berkerlap-kerlip menghiasi langit tanpa terhalang oleh atap atau terganggu aroma sampah.
Indah
Aku jadi ingin merebahkan tubuh diatas hamparan rumput, menghirup segarnya bau rumput, menengadahkan wajah kearah langit, menikmati kerlip bintang di langit.
Tenang
Melihat langit selalu membuat hatiku tenang. Apalagi bila dihiasi bintang-bintang

Sayang, terlepas dari semua itu, tempat ini memiliki satu kekurangan

"Mas” Keluh salah seorang jomblo.
“Dari sini kita memang bisa melihat bintang. Tapi maaf ya mas, ini kan di pinggir jalan raya. Masak mau tiduran disini..? Apa gak bahaya..?"

Ah, dia benar. Aku takkan pernah menatap kerlip bintang sampai puas. Mobil yang berlalu-lalang membuatku tak bisa tenang. Kami harus mencari tempat lain. Yang sepi.

"Bro, kita cabut." Ajakku

"Kemana..?"

"Kuburan"

****

Berbeda dengan Gunung Tugel, Kuburan Gunung Wangi bukan terletak di daerah tinggi. Dari kuburan ini, bintang yang tadinya berjumlah puluhan ribu pada kabur entah kemana, hanya tertinggal beberapa butir saja. Itupun berukuran kecil, tidak jelas-jelas amat.

Gunung Wangi adalah pekuburan keramat yang dikultuskan. Seperti tempat keramat lain di pulau jawa, aura mistis di pekuburan ini terasa begitu pekat. Pohon-pohon tua yang berumur ratusan tahun, gelapnya suasana malam, suara aliran sungai yang melintasi tepi makam, suara ranting-ranting pohon yang bergesekan tertiup angin, ringkikan jangkrik dan belalang,  semua itu membuat bulu kuduk kami merinding.

“Kok gelap ya..?” Ujarku begitu melihat kondisi disana
Tanpa harus disuruh, seorang jomblo menyalakan lampur motor. Tepat menyorot kearah besarnya pohon tua yang dahan, ranting, dan rimbun daunnya menggerombol memayungi kami.

“Kok pohonnya gede ya..?”
Para jomblo saling berpandangan

“Kok serem ya..?”
Dan entah siapa yang mulai, tiba-tiba kami berteriak :

“Kabuurrr…!!!”

****

“Gie”
Sesampainya di rumah, adik daku dan gerombolannya, yang tadi juga mencari bukit bintang versi mereka sendiri, menceritakan pengalamannya.

“Tadi kami pergi ke Kuburan Gunung Cunil. Rencananya, kami kesana untuk melihat bintang sambil nyari tokek, ular, atau apapun yang bisa dijual - yang bisa dijadiin duit. Motor tak titipin di rumah orang, kami pergi ke kuburan dengan berjalan kaki”

“Tapi ya Gie, setibanya disana, kami langsung mendengar suara desisan ular dari dalam makam. Keras banget. Mungkin ularnya gede. Terdengar juga suara-suara menyeramkan. Mulai dari suara seraknya bapak-bapak, suara dehem, bahkan suara yang kami tidak tahu itu suara apa”

“Bukan hanya itu. Tak lama kemudian, tiba-tiba punggung kami terasa seperti dipukul gada, entah oleh siapa. Kami terjungkal. Awalnya kami ingin lari tapi tak bisa. Seolah-olah ada yang memegangi tubuh kami. Setelah itu terdengar suara langkah kaki yang berdebam-debum menjejak bumi. Kami tetap berusaha lari dan tetap tidak bisa. Akhirnya, ada yang rada kesurupan. Bicara tapi tak bisa mengontrol apa yang diucapkan. Kata-kata itu mengalir secara spontan, tanpa disadari.”

“Untunglah, setelah berjuang sekuat tenaga, kami bisa lari juga. Kami tak tahu sedang lari kemana, pokoknya beda dengan rute semula. Kami melompati sungai, menabrak semak belukar, bahkan sempat pula terperosok di kubangan berisi kotoran ayam setinggi mata kaki. Tapi tak apa Gie, yang penting kami selamat”

“Fyuuh..!! kami kapok. Gak bakal pergi kesana lagi”


****

Besoknya, di basecamp para jomblo, aku berpidato.

“Hai kalian, dengarkan kata-kataku”
Para jomblo memasang telinga

“Janganlah kalian lari sebelum diganggu hantu. Kemarin malam, kisah pelarian kita sama-sekali tidak seru. Tak ada hal heboh yang patut diceritakan. Kalah jauh dengan kisahnya adik daku. Tingkah laku kita amat memalukan. Betapa pengecutnya manusia yang lari dari hantu padahal hantunya saja belum tampak batang hidungnya”

Ya, kami memang berbeda. Adik daku dan gerombolannya itu sudah punya pacar. Karena itu mereka tidak menggabungkan diri dengan grup jomblo.

Aku pun berbeda. Aku menjomblo karena pilihan, tidak seperti para jomblo yang menjomblo karena murni keterpaksaan. Bagaimana tidak terpaksa..? Sudah ratusan kali mereka berusaha, berjuang sekuat tenaga, mengaplikasikan berbagai macam taktik yang telah dan sedang dipelajari, tapi ratusan kali pula mereka ditolak. Bahkan kupikir, biar sudah diobralpun mereka takkan laku. Tetap tak ada yang mau.

Begitulah. Aku ingin agar mereka tidak menjadi pengecut. Paling tidak, kalau adik daku bisa membanggakan diri karena punya pacar, mereka pun bisa membanggakan diri karena tidak takut hantu.

“Maaf mas”
Tapi belum banyak aku bicara, seorang jomblo sudah menyanggahku

“Semalam mas togie juga ikut lari kan..? Gak nunggu hantunya nongol dulu kan..?”

Sial. Harus berapa kali kujelaskan bahwa aku ini berbeda.

“Lha, waktu itu daku kan mbonceng, daku ya hanya bisa nurut kepada siapapun yang ada di depan. Jadi intinya, daku bukanlah lari. Tapi dilarikan”

Yap. Tak ada gunanya menyanggah satu-satunya manusia yang bisa meladeni kengeyelannya Tarmo.

9 komentar:

  1. senengnya ada ditempat seperti ini...
    jadi inget di.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatu.
      Saya ingin berbagi cerita siapa tau bermanfaat kepada anda bahwa saya ini seorang TKI dari johor bahru (malaysia) dan secara tidak sengaja saya buka internet dan saya melihat komentar bpk hilary joseph yg dari hongkong tentan MBAH WIRANG yg telah membantu dia menjadi sukses dan akhirnya saya juga mencoba menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau mau membantu saya untuk memberikan nomer toto 6D dr hasil ritual beliau. dan alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus dan menang RM.457.000 Ringgit selama 3X putaran beliau membantu saya, saya tidak menyanka kalau saya sudah bisa sesukses ini dan ini semua berkat bantuan MBAH WIRANG,saya yang dulunya bukan siapa-siapa bahkan saya juga selalu dihina orang dan alhamdulillah kini sekaran saya sudah punya segalanya,itu semua atas bantuan beliau.Saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH WIRANG atas bantuan nomer togel Nya. Bagi anda yg butuh nomer togel mulai (3D/4D/5D/6D) jangan ragu atau maluh segera hubungi MBAH WIRANG di hendpone (+6285288884345) & (085288884345) insya allah beliau akan membantu anda seperti saya...

      Hapus
  2. Itu dia masalahnya mbak...
    Disitu banyak mobil lewat
    Kalo di gunung cunil sih tenang, tempatnya lebih tinggi jadi bintangnya bisa terlihat lebih banyak dan lebih indah
    Tapi tempat sebagus itu malah dijadiin kuburan
    Kalo gunung wangi..?
    Sepi sih sepi. Tenang. Tapi kalo dilihat darisini, bintangnya jadi berkurang

    BalasHapus
  3. Bukan lari mbak. Daku kan mbonceng. Jadi bisa apa..?

    BalasHapus
  4. hahaahhahaha.............pasrahh deh, namanya juga nebeng ya Gie...

    thanks buat ceritanya.

    BalasHapus
  5. jangan jomblo molo mas Togie, biar ada yang bisa di banggain hehehe. moso dah jomblo, penakut pulak, kan ndak seruuuuw :D

    BalasHapus
  6. untungnya, nebeng
    jadi, bisa punya alasan biar g dikira penakut

    BalasHapus
  7. Nah, itu dia
    Tapi, masalahnya

    *speechless

    BalasHapus