Malam itu...
Selalu saja, di waktu malam
Dia menampakkan diri
Muncul dari tebalnya kabut angan, melayang mendekat, memeluk sambil menepuk-nepuk punggungku..
Rasanya seperti selembar mimpi
Di setumpuk alam sadar kita
****
"Kau lemah..!!"
Ujarnya seusai memberiku waktu sejenak tuk duduk dan menghempaskan badan
"Hh..."
"Aku tidak lemah, aku justru terlalu kuat" Timpalku
"Tetap bisa melangkah walau kaki goyah"
"Bangkit walau terpuruk"
"Tak peduli berkali-kali hancur menjadi kepingan-kepingan kecil, aku selalu bisa pulih lagi. Walau perlu waktu sejenak tuk memulihkan diri"
Hening sejenak
Hanya ada kabut
Dan detak jam dinding
"Memulihkan diri sambil menangis...?"
Dia bertanya sambil menatapku, dengan tatap mata kosong..
"Apa salahnya..?"
Jawabku lagi..
"Aku sengaja menangis, tuk mengumpulkan airmataku menjadi sebuah danau di dada ini. Danau yang tak begitu luas namun cukup menentramkan hati. Dengan sebuah perahu yang mengapung di permukaannya, dengar ratusan ekor binatang air yang berenang di dalamnya, dengan lusinan burung bangau yang beterbangan diatasnya."
"Dengan luas padang rumput yang mengelilingi danau itu. Dan sebuah pohon rindang, dimana aku bisa duduk bersandar, melamun sambil menikmati indahnya danau buatanku"
"Menikmati rasa sakit maksudmu..?"
Dia terus bertanya, dengan mata yang perlahan-lahan mulai basah
"Apa artinya sakit..? Apa yang kau maksud dengan rasa sakit..? Apakah perasaan tersayat di hati ini..? Rasa hancur di dada ini..? Frustasi di kepala ini..? Apa..? Apa..? Apa..?"
"Orang hanya akan merasa sakit bila kehilangan sesuatu yang dia miliki. Yang dia ingini. Sedang kau tahu..? Sejak kehilanganmu, aku juga sudah kehilangan segalanya. Arti hidup, tujuan, cita-cita."
Dan kini dia terdiam..
"Aku tahu bahwa kelak aku hanya sendiri. Benar-benar sendiri. Hanya ditemani kau, yang entah nyata atau tidak. Tapi, apa peduliku..? Aku hanya perlu melakukan apa yang harus aku lakukan. Tetap berbuat baik walau disakiti, pasrah walau didzalimi, diam walau dihianati. Seperti yang aku bilang, apa peduliku..? Toh yang merasakan semua itu adalah aku. Bukan orang lain."
Dia terus diam
"Kau tak mungkin sanggup menghadapi semuanya. Terlalu bersih tuk hidup di alam yang busuk ini. Itulah kenapa kaulah yang harus pergi. Bukan aku."
Dia masih diam
"Sekarang aku memang kehilanganmu, tapi aku ingin kita bisa bertemu lagi. Bersama lagi. Ditempat yang lebih baik dari ini. Lalu melakukan semua yang kita ingin. Yang kita cita-citakan dulu. Aku, sedang berusaha mempersiapkan tempat itu. Untukku, untukmu, untuk kita. Itu, yang membuatku, tetap bisa bertahan sampai sekarang. Tetap melakukan semua hal yang tak mungkin bisa dicapai"
Dan dia tertunduk. Beberapa butir berlian merembes turun dari kedua sudut matanya. Berlian yang warnanya seterang mentari
"Kamu tenang sajalah."
Sekarang giliranku yang menepuk pundaknya..
"Aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuk semua orang. Mungkin, banyak yang memilih jalan yang salah saat menemui persimpangan. Tapi, bukankah aku masih bisa berharap, bahwa persimpangan itu tetap membawa mereka ke arah yang satu..? Walau mungkin lebih sulit dan berliku..?"
"Aku, hanya perlu melakukan yang dari dulu selalu aku lakukan. Mengalah, dan terus mengalah. Agar tak menyimpan dendam atau marah. Agar apapun yang telah dan akan aku alami, aku tetap bisa ikhlas berdoa. Agar semua orang mendapatkan apa yang paling baik untuk mereka."
****
Malam itu..
Selalu saja, di waktu malam
Dia datang dalam ilusi
Dan lalu pergi
Dibalik tebalnya kabut mimpi
ck..ck...ck...
BalasHapustogie...togie.......
mm, knp mbak..?
BalasHapusbtw, sekarang daku melihara gurameh.. :P
togie...........apa kabar????
BalasHapuslama ga OL bareng ya....???
kita lost contact....
msh aktif ta blogmu???
masih rum
BalasHapusno u brp? lwt pm y
tulisan yang indah...
BalasHapusaku jadi terharu
hiks...
nduuuu, apa kabaaarrr...????? punya fb g?
BalasHapus