
Rating: | ★★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Science Fiction & Fantasy |
Author: | Redi Panuju |
Kata pengantar Penerbit
Pustaka Pelajar Yogya
Jika Buta Cakil atau Gendir Penjalin diceritakan sebagai tokoh yang jahat keliwat batas sampai publik muak mendengarnya, itu sudah biasa. Tapi bagi Redi Panuju, Cakil adalah sosok yang luas biasa. Redi menceritakan cakil sebagai sosok yang sangat altruisme, lebih dahsyat ketimbang Yudhistira yang dianggap sementara orang sebagai individu yang sangat ikhlas dalam hidup sampai darahnya digambarkan berwarna putih. Tapi bagi Redi Panuju, Cakil menjadi sosok pahlawan sejati. Cakil adalah sosok yang rela tampil dalam kekalahan demi menyenangkan dalang dan penonton. Cakil adalah sosok yang lugu sepenuh jiwa sampai wajahnya yang buruk dibiarkan menganga. Sementara pada peradaban modern muka kita selalu menyembunyikan apa adanya; disapu dengan bedak, didempul dengan salep bahkan bila perlu dioperasi plastik biar keren. Sulit ditemukan dalam realitasnya orang mau dicakilkan seperti itu.
Bukan hanya cakil yang dibuat irono oleh Redi dalam novel ini. Arjuna yang selama ini diyakini sebagai tokoh bajik yang membuat mabuk para dara cantik, di tangan Redi, Arjuna dibuat frustasi karena kelaminnya dihabisi Banowati. Sampai akhirnya bersama dengan hilangnya kelamin yang dibanggakan, hilang pula rasa hidupnya. Arjuna mencari mati dengan bunuh diri. Perjalanan arjuna mencari mati ini menjadi parodi yang lucu sekaligus pilu.
Dan ternyata Duryudana yang dianggap sebagai simbol kejahatan, justru diteropong Redi sebagai sosok yang penuh welas asih. Duryudana menyerahkan tahta hastina secara ikhlas karena keinginannya untuk menjadi pertapa. Tetapi Yudhistira yang memperoleh limpahan itu tetap mencurigai dan membuat ulah terhadapnya.
Dalam novel ini juga muncul sosok manusia bumi bernama Tegar, yang tersesat dalam rimba pewayangan hingga sembilan bulan lamanya. Ketika kembali lagi ke bumi pacarnya hampir melahirkan. Anak Tegar atas hubungan gelapnya dengan gadis bernama Ratna ternyata dilahirkan dengan sosok mengerikan. Bertaring dan cerdas bukan kepalang. Begitu lahir si bayi sudah mampu berkata, "Papa, I love you, Papa!". Kenyataan tersebut membuat Tegar pingsan kembali untuk kedua kalinya, entah untuk berapa lama. Novel ini meskipun ceritanya terkesan absurd, tetapi banyak pemikiran-pemikiran baru yang dilesakkan Redi melalui dialog maupun cerita.
Boleh dibilang inilah novel yang membongkar keyakinan yang oleh masyarakat dianggap pakem. Redi mendekonstruksi bangunan nilai itu dengan berani sekaligus nyentrik.
Selamat menikmati
lucu juga nih kayanya. belinya di mana? kayaknya nggak pernah liat di toko buku
BalasHapusBeli di Jogja Agency Purwokerto. Harga Rp. 18.000,00 discount 30%. Jadi belinya Rp. 12.000,00.
BalasHapus