
Bumi selalu berotasi sehingga siang dan malam datang silih berganti. Bumi pun mengalami revolusi, senantiasa berputar mengelilingi matahari. Bumi kan selalu bergerak dari satu titik, menuju ke titik itu lagi. Sebuah siklus yang tak pernah berhenti hingga nanti, saat kiamat terjadi. Seperti halnya bumi, siklus ini pun terjadi pula pada apa yang akan kita bicarakan nanti, yaitu penilaian kita terhadap “virginitas”
Seperti yang telah diketahui bahwa pada jaman dahulu keperawanan mempunyai arti yang sangat penting. Kehormatan seorang wanita dapat dilihat dari utuh tidaknya mahkota yang harus dia jaga. Jadi tidaklah aneh jika seorang gadis kehilangan keperawanannya sebelum menikah, dia akan dikucilkan dan dianggap rendah.
Bangsa yang pertama kali melanggar nilai ini adalah Amerika dan Eropa (Ameropa). Dengan mengacu pada azas kebebasan hakiki, secara perlahan mereka mulai meremehkan nilai keperawanan. Memang pada mulanya “hubungan” diluar nikah dilakukan secara sembunyi-sembunyi namun lama-kelamaan hal ini dilakukan secara terang-terangan, tanpa perlu merasa malu lagi. Akhirnya seks bebas bisa begitu mudah dilakukan, begitu gampang ditemui. Tak ada lagi tabu, persetan dengan harga diri.
Saat bangsa Asia masih menjunjung tinggi nilai keperawanan, Ameropa sudah tak lagi ambil peduli. Dan berkat kerjasama internasional yang begitu erat, serta infiltrasi kebudayaan yang berlangsung secara terus menerus, akhirnya bangsa Asia pun ikut tertular juga. Sekarang seks bebas sudah jadi hobi yang amat digandrungi oleh masyarakat kita. Tua, muda, miskin, kaya, remaja, mahasiswa, anak SD atau SMA. Mereka sudah tak asing lagi dengan freeseks.
Namun seperti halnya bumi yang selalu berotasi dan berevolusi, Ameropa pun mulai kembali pada tradisi lama. Sekarang nilai virginitas mulai diungkit-ungkit lagi. Perlahan-lahan anak-anak muda disana mulai menghormati arti dari keperawanan. Para wanita mulai belajar untuk menjaga diri. Dan hebatnya hal ini ditularkan pada anak gadis mereka sehingga makin banyaklah wanita yang menjunjung tinggi nilai keperawanan.
Purwokerto, entah bulan apa, entah tanggal berapa. Yang pasti saat itu hari jumat sekitar pukul delapan pagi.
“Nah anak-anak, sebagai calon manager yang baik kalian punya ide apa untuk memanfaatkan situasi seperti ini?”
Para mahasiswa (begitu pula mahasiswinya) tampak bingung. Mereka kuliah di teknik elektro, bukan di jurusan manajemen. Jadi wajar kalau mereka tidak terbiasa untuk mengambil ide dari hal semacam ini.
“Ayo dong, masa kalian tidak tahu sih..? Coba kalian lihat diagram yang bapak gambar di whiteboard ini. Yang di kanan itu Ameropa, dari sana ditarik garis lengkung kekiri yang disebut Asia. Nah, lalu dari sini ditarik garis lengkung kembali ke Ameropa. Yang namanya revolusi berarti dari Ameropa paham virginitas akan melanda Asia lagi, tapi entah kapan. Sebagai mahasiswa elektro sekaligus juga sebagai calon manajer, seharusnya kalian melihat peluang emas yang bisa kita manfaatkan. Peluang apa coba..?”
Mahasiswa pun berpikir keras. Hm, membuat kondom..? Ah, itu kan tidak ada hubungannya dengan virginitas. Operasi..? Sekarang itu sudah ada, bukan hal baru lagi. Lalu, yang dimaksud bapak dosen sih apa ya..?
“Ah, kalian ini bagaimana..? Masa tidak bisa..? Baiklah akan bapak beritahukan. Sebagai mahasiswa elektro seharusnya kalian berpikir untuk membuat alat. Alat apa..? Ya alat yang ada hubungannya dengan keperawanan. Yang bisa dipastikan akan laku keras di pasaran. Ya.., kita bisa membuat alat pendeteksi keperawanan. “VIRGIN DETECTOR..!!”
GUBRAK…!! Benar juga ya…?
“Nah, cara kerja alat ini bisa bervariasi, tergantung pada kreativitas kita. Misalkan di bandara, kan ada tuh scanner yang bisa digunakan untuk mendeteksi senjata tajam, senjata api, narkoba, atau benda berbahaya lainnya. Alat ini bisa kita desain seperti itu. Misalkan ada wanita yang lewat tapi alat ini tidak bereaksi apa-apa, maka sebaiknya kita juga diam saja. Tapi kalau alat ini berbunyi “tulit.. tulit.. tulit…” maka kita harus curiga. Jangan-jangan sudah tidak virgin lagi nih…, Ha.. ha.. ha..!!!”
“Alat ini juga bisa kita desain menyerupai kacamata. Kalau scanner di bandara kan gede, tidak praktis, tidak bisa dijual secara massal, tidak bagus untuk bisnis. Nanti sistem kerjanya kita gunakan metode pelacak aura. Kita teliti aura wanita yang masih virgin itu seperti apa, yang tidak virgin itu seperti apa. Kemudian kita aplikasikan ke alat ini, kita patenkan, dan kita jual ke Ameropa, pasti laku keras.”
“Kalau fenomena virginitas sudah kembali merambah Asia, alat ini kita jual juga kesana. Memang, nantinya pasti banyak perusahaan yang berusaha untuk meniru dan membuat alat yang lebih baik dan lebih canggih, tapi jangan kuatir alat ini kan sudah kita patenkan. Jadi sebagus apapun alat buatan mereka, kita masih bisa mendapat uang lisensinya. Gimana..? Hebat kan..?”
“Begitulah nak, sebagai mahasiswa kalian harus pandai menangkap peluang. Apalagi tujuan kalian kuliah disini kan agar bisa menjadi manajer, bukan bawahan. Manajer itu harus jeli, harus kreatif, harus berani, jangan cuma ingin terima jadi. Yang bapak berikan ini cuma satu contoh kecil lho, peluang yang akan kalian hadapi nanti pasti lebih banyak lagi. Itu yang harus kalian manfaatkan dengan baik saat lulus nanti.”
Kuliah pun berlanjut, sebagian mahasiswa bingung, sebagian lagi mengerti.
togie de lonelie
mas jangan keperawanan aja dong, keperjakaan bagaimana? he he yang fair gitu
BalasHapussetuju... ^_^
BalasHapusbiar sama2 menjaga...
mm....ck..ck..ck...
BalasHapus*garuk2kepala*
kalau keperjakan sih bisa mbak, tapi nanti pemasarannya bagaimana...? mungkin akan sulit dipasarkan. Peminatnya kalah banyak dengan virgin detector
BalasHapusTapi yaa, bertahap dulu lah...
OK ndu.., kalau gitu dikau yang bikin software nya
BalasHapusDaku yang ngurusin hardware
Itung2 mengaplikasikan kuliah Rekayasa Perangkat Lunak ndu..
gimana..?
Ikut garuk-garuk kepala
BalasHapusSambil geleng-geleng juga
togie mah ada-ada saja,
BalasHapusseneng juga ya punya dosen yang kocak.
RPL ? udah lupa gie...
BalasHapusaku kan dah mau wisuda, ngapain mengingat-ingat RPL ? ;))
he..he...he...
masa lalu itu untuk di lupakan. Loh ???
udah ketularan togie nih, suka garuk2 kepala
BalasHapusBukan hanya kocak mbak.., tapi cerdas, hebat, dan bersemangat
BalasHapusBeliau selalu berusaha untuk memberikan contoh2 kasus, agar mahasiswanya paham
yaah, biarpun contoh yang diberikan terkadang aneh dan tidak masuk akal
tapi, beliau tetap hebat
Justru itu ndu, mari kita membuat karya nyata
BalasHapusmengembangkan inovasi baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melakukan sebuah lompatan besar yang dapat mengharumkan nusa, bangsa dan negara
Mari kita gapai masa depan yang lebih baik.., to d better future
#togie lg keren dalam berpidato
Kalau garuk-garuk kepala dengan penuh sopan santun kan gpp ndu
BalasHapusmalah baik dan patut ditiru
asal ngga ketombean saja, ntar bahaya'kan kalo nular
BalasHapushuahahaha.,...ada2 aja mas :-O
BalasHapusitulah masalahnya mbak. cara nge-test kita ketombean atau enggak sih gimana..? kalo didepan kaca g keliatan
BalasHapusbtw.., daku baru tahu kalo ketombe bisa nular. depkes kurang memberi informasi pada masyarakat nih.. ketombe kan berbahaya
berarti, juga harus ada KETOMBE DETECTOR...
BalasHapusya, namanya juga mahasiswa teknik mbak, jadi harus kreatif. jangan hanya terpaku pada satu hal. agar bisa menemukan berbagai teknologi baru yang mutakhir. hihi, sebenernya saat itu daku juga kaget ding
BalasHapusyang ini udah ada ndu, daku pernah liat di iklan shampo di tv. kalau virgin detector kan belum ada. coba deh cari pake om google. gak bakal nemu ndu. blueprint nya aj belum ada yg punya
BalasHapustulll....saya juga mhs teknik kok mas :D
BalasHapusjur sipil tapi lagi menyisiri jalanan spatial science/planologie ^_^
Anu, sipil univ mana..?
BalasHapusKalau sipil juga disuruh mencari/menemukan teknologi baru g..?
kalau disini kok nggak ya.., biasanya cm ada praktikum
aku ikut garuk2 kepala boleh ga sambil cengar-cengir....
BalasHapusKan pake kerudung rum, susah
BalasHapuskalo cengar-cengir sih kayaknya masih bisa
teknologi konstruksi beton dan baja anti gempa, bisa juga menemukan teknologi struktur melalui material bangunan :D
BalasHapusWah.., keren...!!!
BalasHapusooo.. jadi sumber keanehan togie tu dosen ini ya.... heheheh...
BalasHapusbtw, masalahnya bukan virginitas gie. Sekarang operasi virginitas mah gampang. Yg penting adalah: gimana perempuan menjaga diri dan harga dirinya. Ya gak? ya gak?
Sepertinya bukan gara-gara beliau mbak.., soalnya mahasiswa yang lain toh masih bersikap biasa-biasa saja. tidak terpengaruh.
BalasHapusYup, setuju mbak. Tapi ya itu masalahnya. Kalau perempuannya sendiri menomorduakan virginitas, lalu bagaimana dia mau menjaga. Lalu kalau pria nya juga tak lagi ambil peduli, ya mo gimana lagi.
beli nya dmana yah?
BalasHapusklo da inpo tlg kbrin ke goodzillaus@yahoo.com
thx
kwak..?
BalasHapusAlatnya belum ada yang bisa bikin. Baru sekedar teori