Jono bingung, dia sudah lama berpacaran dengan Tuti, dia sudah sering mengajak Tuti makan malam bersama keluarga namun dia selalu menolak. Malu katanya. Padahal Jono ingin menjalin ikatan yang lebih serius. Dia ingin menikah. Ya, dia ingin melamar Tuti. Karena itulah Jono ingin mempertemukan Tuti dengan kedua orang tuanya, ingin tahu pendapat mereka.
Jono pun mengadu pada bapaknya. Untunglah beliau orangnya pintar dan bijaksana. "Silahkan kalian makan malam di suatu tempat yang romantis, entah di kafe atau restoran mahal. Nanti bapak ikut. Tapi, bapak tidak makan bersama kalian. Bapak makan di meja yang lain saja, agar bisa mengawasi kalian. Agar bisa mendengar pembicaraan kalian. Dengan begitu bapak bisa tahu wajah calon mantu, sekaligus bisa mengetahui kepribadiannya. Bukankah sifat seseorang bisa dinilai dari apa yang dia katakan...? Dengan begini dia tidak akan merasa malu. Bagaimana menurutmu nak..?"
Ah, usul yang bagus. Benar-benar jenius. Tapi Jono masih tetap bingung. "Makan malam yang romantis kok harus diawasi, aneh amat..?" Begitu gumamnya. Tapi tak apalah, namanya juga cinta.
Maka rencana pun dilaksanakan. Malam itu terasa begitu istimewa, mereka berkencan di restoran dekat alun-alun kota. Tuti berbusana bak Cinderella. Dia mengenakan gaun putih dipadu dengan tas cantik yang begitu serasi. Bibirnya merah, merekah, bak bunga mawar, yang baru saja mekar. Sayang dia tidak memakai sepatu kaca, takut pecah katanya.
Tuti membuat semua pengunjung restoran terpana. Lihat saja bapak-bapak di pojok sana, dia tak berkedip menatap sang dewi tanpa menyadari bahwa istri yang duduk disebelahnya terlihat bermuram durja sambil memegang sebilah pisau komando. Oh, andai mereka juga bisa mendengar kata-kata yang Tuti ucapkan. Begitu santun, begitu lembut. Pasti si bapak rela mengobarkan genderang perang dengan istrinya, tanpa peduli bahwa hanya Amerikalah satu-satunya negara yang diijinkan untuk menyerang pihak lain tanpa perlu meminta restu PBB. Ya, semua pengunjung memang terpesona. Kecuali satu orang. Dia adalah bapak Jono. Beliau begitu terkejut hingga berkali-kali menepuk dahi.
Selesai makan malam Jono bingung lagi. Kenapa..? karena sang Bapak tidak setuju dengan wanita pilihannya. Anehnya, si Bapak tidak mau memberitahukan alasannya. "Pokoknya kamu tidak boleh menikahi dia, titik". Cuma itu yang beliau ucapkan.
Jono marah, Jono mangkel, Jono ngamuk. Bolos kerja, tidur di atas meja, itupun sambil bertelanjang dada. Beberapa hari berlalu tanpa perubahan apa-apa. Akhirnya Bapak mengalah. Beliau mengajak Jono keluar, jalan-jalan menikmati suasana malam. "Kita akan bicara sebagai sesama lelaki dewasa". Begitu katanya.
Di warung tenda, dekat lampu merah, mereka pun saling jujur dan terbuka. "Nak, Tuti cantik, Tuti baik, Tuti anggun, Tuti santun. Jujur saja, menurut bapak dia tak ada kekurangannya"
"Lalu kenapa bapak tidak setuju kalau saya memperistri dia..?"
Si bapak diam. Matanya menerawang, bagaikan seorang filsuf yang berkontemplasi untuk menemukan rahasia di balik alam ini. Tampaknya bapak masih ragu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Lho katanya mau jujur-jujuran, ingin buka-bukaan..? Kok bapak malah diam sih..? Bapak ini serius nggak sih..? Sekarang ngomong dong pak.., kalau tidak saya akan teriak-teriak di atas meja sambil pipis di celana. Serius nih pak, saya tidak bercanda"
"Begini nak.., tapi tolong rahasiakan hal ini dari ibu kamu. Bapak tidak ingin ada huru-hara di rumah kita"
Akhirnya Bapak pun merinding juga, ngeri mendengar ancaman yang keluar dari mulut anaknya.
"Sebenarnya dua puluh tahun lalu, saat ibumu mengandung, dia rewelnya minta ampun. Bapak sering dimarahi, ditendang, dicakar dan dipukuli. Bapak marah nak, bapak pun minggat. Nah, saat itulah bapak bertemu dengan seorang wanita ayu nak. Dia cantik, dia baik, dia sempurna, bak bidadari yang baru turun dari surga. Bapak suka dia dan dia pun juga suka sama bapak. Begitulah nak, hubungan kami terus berlanjut hingga Tuti pun lahir, begitu pula kamu. Namun setahun kemudian setelah mempertimbangkan berbagai hal, akhirnya bapak memutuskan untuk kembali ke ibu kamu dan berpisah dengan Tuti, anak bapak yang satu lagi. Itulah alasannya nak. Kalian ini saudara kandung. Jadi..."
Gubrak...!!! Jono ambruk, Jono pingsan.
Jono dan Tuti. Sepasang muda-mudi yang sedang dimabuk kasih. Tapi tidak seperti kisah cinta Siti Nurbaya, yang hanya roman biasa. Tidak pula seperti kisah klasik lainnya yang berjalan dengan apa adanya. Sekarang jaman modern, bukan jaman batu. Tidak ada lagi yang berpacaran sambil malu-malu. Tidak ada lagi ucapan gombal yang diucapkan dengan wajah tersipu. Berpelukan, berciuman, sudah jadi hal biasa. Begitupun perbuatan seram lainnya. Ya, Jono dan Tuti. Walaupun berstatus sebagai pacar, tapi secara fisik hubungan mereka sudah seperti suami istri.
Jono kalut. "Dosa..., dosa..." Begitu katanya. Ya, mereka memang tinggal di Indonesia. Negara agamis yang berpaham pancasila. Yang sila pertamanya berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa". Tapi itu sama sekali tak ada artinya karena walaupun sebagian besar penduduknya beragama islam toh seks bebas begitu merajalela. Apalagi Jono bukan muslim. Dia memang percaya Tuhan, tapi Tuhan yang seperti apa..? Dia sendiripun tidak tahu.
Jono kembali bolos kerja, tidur diatas meja, itupun dengan bertelanjang dada. Untunglah ibu Jono yang terkadang lebih bijak dari sang bapak terusik hatinya. "Pasti ada yang tidak beres dengan anak saya". Ah, firasat seorang ibu memang sakti. Tak pernah salah. Tidak seperti paranormal yang mengklaim bisa menyantet BUSH, tapi sampai sekarang masih saja tak terbukti.
Sang ibu bertanya "Ada apa nak...? ceritakanlah masalahmu, Mungkin saja ibu bisa membantu..." Ah, hangatnya. Kata-kata yang keluar dari mulut ibu memang selalu sejuk hingga tanpa sadar Jono pun mulai bercerita, tanpa peduli lagi bahwa apa yang dia katakan seharusnya menjadi rahasia.
"Ohh, begitu toh. Ya sudah, teruskan saja hubunganmu dengan Tuti. kalau memang cinta, nikahi saja dia. Barangkali Tuti memang jodoh kamu" Begitu saran sang ibu.
"LHO..., KOK...? Kok bisa bu..? Itu kan dosa, haram hukumnya. Itu tidak boleh bu...?"
"Haram..? Dosa..? Haha.., jangan bercanda nak.." Sang ibu pun tertawa.
Purwokerto, tanggal satu desember tahun dua ribu enam, tepat pukul delapan pagi. Ruang kelas mendadak hening. Pak dosen duduk diatas meja, memandang tajam pada mahasiswanya. Di depan beliau, para mahasiswa duduk bengong. Benak mereka penuh dengan tanda tanya.
"Menurut kalian kenapa sang ibu bicara seperti itu...?"
Mahasiswa bengong lalu geleng-geleng kepala.
"Lho, masa tidak tahu...?"
Mahasiswa masih bengong juga.
"Baiklah, kalau begitu saya beritahukan alasannya. Ternyata sebelum sang ibu menikah dengan bapak.."
Mahasiswa mulai tertarik
"Ternyata.."
Mahasiswa saling melirik
"Ternyata sang ibu.."
Mahasiswa tersenyum nakal, sang dosen menahan tawa
"Ya.., benar. Ternyata sang ibu berkata bahwa sebelum menikah dia sudah hamil duluan dengan orang lain. Jadi, biarpun si bapak menanam benih ke kemana-mana, ya tidak apa-apa. Toh Tuti dan Jono bukan saudara kandung. Hebat kan...? Hahaha...!!"
Bapak dosen tertawa, mahasiswa juga. Suasana yang tadinya mencekam jadi riuh seketika.
"Nah itulah yang namanya Capabilily atau kemampuan. Pada kasus ini, Keharmonisan rumah tangga dapat tetap terjaga karena suami dan istri mampu untuk menjaga rahasia. Andai rahasia ini tidak tersimpan rapat selama dua puluh tahun, ingat lho ya.. DUA PULUH TAHUN.., mungkin mereka sudah lama bercerai. Begitu pula dalam ilmu manajemen, Capability sangat mempengaruhi kesuksesan kita. Kalian tahu kenapa seorang sarjana bisa menjadi pengangguran dan kalah bersaing dari mereka yang hanya lulus SMA..?"
"Tidak pak.."
"Karena mereka tidak mempunyai capability, tidak punya kemampuan. Coba kalau mereka punya sesuatu yang bisa diandalkan, mereka pasti akan dicari oleh perusahaan, tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan. Contohnya siapa coba..? Ya, tepat. Contohnya adalah saya. Dulu, saat baru kembali dari bekerja di luar negeri, saya ini..."
Kuliahpun berlangsung dengan lancar. Bak air bah, Ilmu mengalir melimpah ruah. Memenuhi seisi kelas. Namun ada seorang mahasiswa tampan yang masih bengong, masih garuk-garuk kepala, lalu berkata :
"He.. he.., kok bisa ya...?"
Purwokerto, 1 Des 06
Togie de Lonelie
“Terinspirasi dari kisah nyata, namun banyak tambahannya”
seru ceritanya :)
BalasHapuswaduh kacoooooo
BalasHapusthanks to much
BalasHapussalam kenal
thanks to much
BalasHapussalam kenal
Kan cuma contoh mbak.., cuma contoh..
BalasHapusooooo daku ngerti...
BalasHapusitu cerita dari dosen mikroprosessor ya?
hayooo ngaku
dosennya seru juga Gie. hehe...salam hormat deh buat beliau :)
BalasHapussama2..salam kenal juga :)
BalasHapusLah dikau ini gimana pin..
BalasHapusitu kan materi kuliah manajemen...
masak lupa...?
Yups.., kalau ada kesempatan nanti saya sampaikan mas..
BalasHapuswalaupun sebenarnya gak berani sih..
soalnya kalau beliau tahu materinya ditulis disini..
bisa-bisa...
ah, enggak ding
thanks to approving my invitation
BalasHapus#moga-moga english saya bener, gak ada transtool euy...
persis kayak togie kalau lagi marah..
BalasHapusditambah sambil bengong dan garuk-garuk kepala
:P
jelas beda dong ndu...
BalasHapuskalau sedang marah daku sering dikejar-kejar kaum hawa
tanpa daku ketahui alasannya...
btw, lama-lama nanti daku ganti headshot lho..
#ngancem mode on
hmmm.... begitu ya.
BalasHapuspasti dosen yang cerita dosen yang dulu ya?
Maksdunya, si dosen dulu pas baru pulang dari luar negeri nggak punya capability untuk bersaing sama anak SMA ya ? :D
BalasHapusyaaaa...iyalaaahhhhh..
BalasHapusorang kamu punya utang gak dibayar2...
ya di kejar2 dehh...
heii...tukang garuk2 kepala
*biar ganti headshot*
ndasku mumet :))
BalasHapusYUPZ.., tebakan anda tepat mbak
BalasHapusbenar-benar jitu
Maksudnya beliau langsung ditawari berbagai pekerjaan dengan gaji memuaskan
BalasHapus#ternyata tulisan saya masih harus diperbaiki
AAARRRGGGHHH............!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
BalasHapus#usrek.. usrek.. usrek..
Daku malah masih bingung..
BalasHapusgie pertanyaanku yg kemaren belum dijawab?
BalasHapusudah tak tulis ndah, tapi belum lengkap
BalasHapusdulu pernah daku obrolin panjang lebar dg tarmo
dan sedang daku inget2 lagi
insya Allah senin udah jadi
yeee... dulu pas kul mikro, dosennya jg udah pernah cerita gie sebelum kul manajemen.
BalasHapussaudara seperguruan dilarang berantem..
BalasHapus;))
ehehe... bisa aja si yang bikin cerita...
BalasHapusItu beneran kisah nyata?
pas kul mikro kan pak dosen kasih contoh ttg cari jodoh pake alat pengisi air otomatis pin.., bukan yang ini. jadi beda dong
BalasHapusmakna berantem bagi laki-laki, sama halnya seperti makna kosmetik bagi perempuan..,
BalasHapusjadi...
:P
Kalau kuliahnya sih nyata mbak, pak dosen bercerita seperti itu
BalasHapusTapi daku gak tau cerita itu bener2 terjadi atau tidak.
masa si? berarti waktu itu km g brngkt kul ya?
BalasHapusYa udah.., silahkan tanya anak2 lain sih...
BalasHapuskayaknya pas mikro daku brkt terus lho..
kan absennya dipanggili