Kamis, 31 Mei 2007

Mimpi yang Aneh - Berpetualang Bersama MP'ers (bagian 3)



Ternyata dari berbagai arah muncul ribuan tikus pemakan daging. Mereka berebut menyantap serpihan daging hiu yang bertebaran. Mereka terus-menerus muncul memenuhi ruangan. Saat daging hiu habis tak bersisa dan tak ada lagi yang bisa disantap, mereka mulai menyerang sang prajurit

"Tra.. tra.. tra.."

Sang prajurit terus menembak, tapi sia-sia saja. Jumlah tikus terlalu banyak, granat sudah habis. Dalam sekejap, dia sudah dikerubungi ribuan tikus. Mereka berkerumun, bertumpuk-tumpuk hingga tubuh sang prajurit tak terlihat lagi. Lalu terdengar teriakan yang menyayat hati.

"AAAAA....!!!!"

Tak berapa lama, tikus-tikus tersebut berpencar, tapi masih berkerumun. Terlihat tulang kerangka sang prajurit, tergeletak di lantai.

Aku bingung. Mereka, para tikus itu, ternyata belum kenyang. Dengan beringas, mereka lari ke arahku. Aku akan dimakan, aku akan mati, tubuhku dihabisi.

"Tidaakk.., Kyaaaa...!!!"

Aku lari ketakutan. Memanjat tiang besi, lalu melompat ke saluran ventilasi dari baja yang melintang di langit-langit kapal. HUP, tanganku berhasil berpegangan pada tepi saluran ventilasi sepanjang lima meter. Lalu aku memanjat masuk dan tengkurap disitu. Para tikus hanya bisa melihat dalam diam. Mereka tidak bisa kesini, mereka kebingungan.

Tapi tanpa dinyana muncul seekor tikus betina besar, seukuran anak kerbau. Berkulit putih, kepalanya memakai dua ikat pita berwarna merah muda. Bibirnya bergincu merah, pipinya merona merah. Dia berdiri tegap dengan kedua kaki belakangnya, sedangkan kaki depan digunakan untuk memegang pipa rokok. Yang diisap lalu dihembuskan "Fyuuhh". Asap putih keluar dari bibirnya yang merah merekah.

Beberapa saat kemudian tikus betina itu berjalan ke tengah ribuan tikus ganas lain. Dia menatapku lekat-lekat, tersenyum menggoda, lalu berteriak :

"Rakyatkuu.., ayo berpesta. Ayo menyanyi bersama.., ayo menari hula-hula.."

JREENNGG..!!

Tiba-tiba tikus-tikus itu membentuk sebuah orkestra. Beberapa ekor tikus maju ke depan. Berhiaskan sabuk bunga matahari di pinggang, kepala mereka bermahkota daun, tangan dan kakinya memakai gelang dari bunga. Serempak, mereka menari hula-hula. Diiringi oleh suara musik yang mengalun riuh, merdu. Dimainkan para tikus muda bertopi koboy pada gitar, tikus berompi kotak-kotak pada bass, tikus berkemeja pada saxofon, tikus bertelanjang dada pada drum, dan tikus berpakaian safari pada piano. Sang ratu berdiri di tengah, dan bernyanyi genit :


Dubidam didamdam..
Dubidam didamdam..
Ayo menari hula-hula
Ayo menyanyi bersama
Ayo kemari
Kita menari
Kita bernyanyi
Bersama
Dalam hula-hula
Dubidam didada
Syalalala



*Togie melihat dalam bengong, terbangun, tambah bengong, lalu tidur lagi




Tamat

Mimpi yang Aneh - Bertualang Bersama MP'ers (Bagian Dua)




Perkampungan Nelayan


Konon di tempat ini ada desertir dari pasukan khusus angkatan bersenjata (Berwajah mas agung mbot, ber body droppingzone). Seorang prajurit terlatih yang telah terjun ke berbagai medan pertempuran. Dia berhasil menjadi pahlawan, sebelum akhirnya dipecat karena tidak mau menuruti perintah atasan : "Membantai rakyat tak bersalah"

Setelah bertanya ke pak RT, kami pun berhasil menemukan orang tersebut. Dia sedang berdiri di halaman rumah, menatap keatas, ke deretan genteng yang mulai lapuk, disekitar pohon jambu. Kami berdua menghampirinya, memohon agar dia berkenan membantu kami melawan gerombolan hiu, menyelamatkan mbak Amarilys yang sedang bertarung seorang diri. Akan tetapi :

"Tunggu sebentar ya mas, saya manjat pohon jambu dulu. HUP..!!"

Itulah jawaban yang kami dapat. Selama berpuluh menit kami duduk menunggu, melihat sang prajurit diatas pohon jambu. Memetik jambu, memakan buah jambu, dan melemparkan biji nya ke kepala kami. PLETAK..!!



Di Kapal

Kami bertiga mengendap-endap di ruang kargo, memanggul berbagai macam senjata. Sang prajurit memegang sepucuk senapan serbu M-16 & sekantong granat. Mas Nichsan menenteng pistol. Sedangkan aku sendiri mendekap erat AK-47 dan sepucuk senapan semi otomatis. Mbak Amarilys tidak kami temukan di dek kapal. Disana hanya ada seperca kain biru dan beberapa bangkai hiu yang mati dengan tubuh tercabik-cabik. Mungkin Mbak Amarilys sudah terdesak mundur kedalam kapal, menghindari ganasnya serangan hiu yang marah karena temannya terbunuh.

Betul juga, dibawah kami, di perut kapal yang masih dipenuhi oleh genangan air laut, terlihat beberapa ekor hiu yang sedang berkumpul. Tapi tunggu sebentar, dimana Mbak Amarilys..? Kok tidak ada..? Dan pertanyaan itu akhirnya terjawab setelah kami menyadari bahwa air laut disitu telah berwarna merah, berbau anyir darah. Ada seperca kain biru dan ungu yang teronggok di sudut, di sela-sela potongan besi. Para hiu tersebut asyik berenang, berputar-putar di genangan air sambil sesekali berhenti lalu bersendawa bersama :

"EEGGHHAAAA...!!!"

Spontan Mas Nichsan terbakar emosi. Dia nerebut AK-47 di tanganku lalu lari menyerbu gerombolan hiu. Dia menembak membabi buta. "TRA.. TRA.. TRA.. TRA..!!" Darah muncrat, laut semakin merah. Mas Nichsan terus menyerbu, menembak, dan loncat ke genangan air. Tapi sebelum kakinya menyentuh air, seekor hiu besar menyambarnya. "GRAUK..!!" Dan hiu-hiu lain yang terluka ikut mengepungnya. Lalu "GRAUK.., GRAUK.., GRAUK..!!" Mereka mecabik-cabik beramai-ramai, lalu menyantapnya. "GLEK..!!"

Sang prajurit yang sudah terlatih di berbagai medan pertempuran hanya bisa geleng-geleng kepala. Nas Nichsan mudah terpancing emosi, satu hal yang tidak boleh dimiliki prajurit tempur. Karena itulah dia mati mengenaskan tanpa sempat berbuat banyak. Dan saat para hiu masih menggerombol, sang prajurit berjalan mengendap-endap mendekati mereka. Lalu saat mereka sedang asyik bersendawa, sang prajurit mengambil beberapa butir granat, dan melemparkannya ke gerombolan hiu.

"DUAARR..!! JELEGARR..!!"

Air laut bergolak, percikan daging menyebar ke segala arah. Ada yang menempel di dinding kapal, di atap, di sudut ruangan, ada pula yang mengenai muka kami. Lalu tiba-tiba

"BLETAAKK..!!"

Sesuatu membentur dinding baja. Terlihat dua kepala manusia jatuh tergolek tak bernyawa. Yang satu berambut panjang, satunya lagi berambut pendek ikal.

Perlahan, sang prajurit merayap turun, melompat ke secuil lantai yang masih belum tergenang air. Dengan hati-hati dia mengamati situasi sekitar. Sebelum akhirnya berteriak dan menembak membabi-buta

"AAAAAAA..., TRA.. TRA.. TRA..!!"


Bersambung ke bagian III

Mimpi yang Aneh - Berpetualang Bersama MP'ers (Bagian Satu)





Dini hari, di laut lepas

Kapal tanker yang kami tumpangi nyaris hancur dihantam badai. Mesin mati. Air laut mengalir masuk dari lambung kapal yang jebol. Dengan sigap, Mas Nichsan mengambil segepok peralatan lalu lari ke pusat kerusakan. Dia mulai mengelas untuk menutup kebocoran. Tapi air tetap masuk, membanjir, kapal mulai penuh terisi air, kapal pun oleng, hampir karam. Untungnya, setelah berjuang sekuat tenaga, kebocoran bisa diatasi. Tubuh kurus Mas Nichsan terhuyung-huyung melangkah menuju dek, lalu berkata :

"Tenang saja Gie.., Hahaha..!!!"

Kapal masih oleng, kami memompa keluar air di perut kapal, namun tidak bisa semuanya. Saat posisi kapal mulai stabil, mesin pun kami nyalakan kembali. BRRMM, kapal melaju menuju pelabuhan. Kami berdua beristirahat di dek kapal, sambil melihat Mbak Amarilys yang berdiri tenang, menatap samudera. Jilbab birunya berkibar tertiup angin kencang, gaun lebarnya yang berwarna ungu ikut berayun mengikuti arah angin. Kedua tangannya berpegangan erat pada pembatas besi di tepi dek. Dia terlihat amat berani, seakan siap menantang ganasnya samudera.

Dengan terseok-seok, kapal yang kami tumpangi akhirnya bisa sampai ke Pantai Teluk Penyu. Kami bertiga menarik nafas lega, karena berhasil mengatasi ganasnya samudera. Tapi mendadak kelegaan itu sirna. Dari berbagai arah muncul hiu ganas bertubuh besar. Mereka mengejar kami, mereka melompat melewati kepala kami. Beberapa diantaranya berhasil mendarat di dek, lalu mengejar kami bertiga. Aku langsung kabur ke lantai paling atas, memanjat tiang bendera. Mas Nichsan lari entah kemana. Sedangkan mbak Amarilys bergegas mengambil sepotong besi, memegangnya erat, lalu bertarung melawan belasan ekor hiu di dek kapal.

"Maju kalau kalian berani.., BUAK..!! DUKK..!! JLEBB..!!" Dia berteriak menantang, lalu bertarung seorang diri.

Perlahan, aku pun turun dari atas tiang, ingin membantu. Walaupun tubuhku kurus kering tak berdaging, tapi aku ini laki-laki. Sebisa mungkin aku ingin ikut bertarung, berdua. Tapi sebelum kakiku menyentuh lantai, terdengar suara Mas Nichsan memanggil :

"Cepat turun.., kita cari bantuan..!!"

Ternyata dia sudah berdiri diatas sekoci, mengapung di permukaan laut. Ya, benar, kami harus mencari bantuan. Tidak mungkin kami bertiga dapat menghadapi hiu-hiu ganas ini. Akhirnya aku melompat ke lantai "HUP.." dan lari, menuju sekoci. "HUP.." Aku melompat lagi, mengambil dayung, lalu mengayuh sekuat tenaga. Dari belakang, ada beberapa ekor hiu yang mengejar kami. Bahkan ada yang berhasil menggigit tepi sekoci. Tapi hiu tersebut langsung aku pukul pake dayung, "DUAKK..!!!" Saat hiu itu kaget, sekoci kami kayuh lagi. Begitu seterusnya, hingga kami berdua berhasil tiba di tepi pantai.

 
 
 
Bersambung ke bagian dua

Rabu, 30 Mei 2007

Puisi Minggu Pagi



Untuk Ari
Gadis Manis di RT sebelah



Nina Bobo

Terbaring, menutup mata
Hilang kesadaran
Masuki dunia baru

Aku tak tahu apa kan terjadi
Dalam tidurku nanti
Seperti tak tahu nasibku
Jikalau nanti mati

Tidur : Latihan mati





Berkelana ke dunia mimpi

Mungkin saat ini
Kau sedang asyik mendengkur
Dan bermandi air liur
Tapi bagiku, saat ini, di hatiku
Kau masih tetap tersenyum
Seperti dulu, saat kita bertemu





Sepucuk Rindu

Dik, cepat bangun
Mandi, gosok gigi, pake baju yang rapi
Aku ingin melihatmu
Lewat depan rumahku





Menyongsong Pagi

Subuh menjelang
Usap air liurmu
Ambil air wudhu





Hikayat
Minggu pagi, saat nebang pohon yg penuh semut,
megang golok, dirubung semut
Gadis manis lewat, tersenyum, mengucap salam
"Selamat Pagi Togiiee"


Duuh manisnyaaa....

Tapi dia kan masih SMP Gie..?
Iya, anak SMP yang manis, Hahaha


Hikmah : Inspirasi kadang datang sendiri, tanpa perlu dicari

Masjid II

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Religion & Spirituality
Author:Caknun
"Aku ingin ikut sembahyang tetapi pakaianku satu-satunya ini sudah sangat kotor", berkata pengemis tua itu di pintu gerbang masjid.

Orang-orang melewatinya saja

Ketika sembahyang jumat hendak dilangsungkan, seseorang datang dan menghardiknya : "Hendak mencuri sandal kamu ya..!!"
Pengemis tua itu pun pergi

Dan Tuhan Allah menyertai


Mesjid II
Dari "Sesobek Buku Harian Indonesia"
Emha Ainun Nadjib

Hikayat Tarmo - Sulitnya Bertaubat





Senin sore, di kebun duren, Kaji Taslim berceramah di hadapan warga desa. Beliau bercerita tentang dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau bilang, kanjeng Rasul berdakwah tanpa pandang bulu, tidak pilih-pilih orang. Tiap orang yang ditemui pasti didakwahi ke jalan yang benar, baik itu orang kaya, miskin, tua, muda, tokoh terhormat, maling, atau pezina. Bahkan saat pertama kali berdakwah, beliau mendatangi orang per orang, bukan dengan menyebarkan undangan lalu penduduk disuruh datang dan diceramahi seperti sekarang.

Kaji Taslim lalu bercerita tentang dirinya sendiri. Sebenarnya dia juga ingin terjun langsung ke masyarakat. Menemui mereka di warung kopi, di rumah, di sawah, atau dimana saja. Karena itulah dia sengaja berhenti mengurus kebun duren dan mempekerjakan Tarmo. Tapi apa mau dikata, setelah pensiun, pekerjaannya malah bertambah banyak.
  • Mengomeli Tarmo yang kerjanya tidak beres,
  • Plus memikirkan nasib kebun duren yang tidak beres gara-gara diurus oleh Tarmo yang pekerjaannya tidak pernah beres.
Tarmo yang ikut ngaji di deretan belakang hanya bisa tersipu malu. Habis gimana lagi, kenyataannya memang seperti itu.

Alkisah, saat itu hadir pula sepasang suami istri dari desa sebelah. Sang suami bekerja sebagai penjambet, dan istrinya seorang pelacur. Mereka adalah dua sejoli yang bertemu saat sama-sama ditangkap polisi. Awalnya mereka adem-ayem saja dengan pekerjaan yang ditekuni. Tapi saat sang istri hamil tiga bulan, mereka kelimpungan juga. Tidak ingin anaknya nanti malu karena punya orang tua yang pekerjaannya melanggar hukum agama. Singkatnya, mereka ingin bertaubat.

Sebenarnya, di masjid dekat balai desa, sudah beberapa kali mereka ikut pengajian yang itu-itu saja. Kata si penceramah, dakwah harus dilakukan pada semua orang, Tapi selama ini tak ada yang berdakwah menemui mereka. Lagi pula seusai berceramah, biasanya sang da'i meminta ijin untuk pergi berceramah ke tempat lain (tepatnya masjid lain). Jadi mereka pikir, dakwah hanya boleh dilakukan di masjid-masjid saja. Karena itulah mereka senang saat mendengar bahwa Kaji Taslim akan mengadakan pengajian di kebun duren miliknya. Yang membuktikan bahwa dakwah bukan hanya dilakukan di masjid, tapi di kebun duren juga. Walhasil, mereka berdua langsung datang.

Sebelum ceramah berakhir, Kaji Taslim berkata bahwa berhubung setelah pensiun dia tidak punya waktu untuk banyak-banyak bersilaturahmi dengan warga (gara-gara Tarmo), maka dia berpesan bahwa kalau ada yang ingin berdiskusi masalah agama pintu rumah beliau selalu terbuka.

Beberapa hari kemudian suami-istri tersebut membaca selebaran yang mengumumkan bahwa sebuah "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih" akan mengadakan sebuah acara akbar, dan mereka berdua datang ke acara tersebut.

Acara berlangsung meriah, banyak orang datang. Semua berpakaian rapi. Berbaju koko putih bersih, atau berjilbab lebar. Hanya suami-istri tersebut yang berpakaian layaknya rakyat biasa. Kemeja kotak-kotak biasa, dan jilbab biasa. Mulanya mereka merasa canggung, tidak terbiasa bergaul dengan orang-orang berpakaian se-rapi itu. Tapi lama-lama mereka merasa nyaman. Orang-orang disana ternyata ramah-ramah, mereka suka keramahan.

"Kalau kita sudah benar-benar bertaubat, mungkin kita bisa jadi seperti mereka ya Bu.." Suami bertanya

"Semoga saja Pak" Sang istri menjawab

Tapi kemudian ada yang aneh. Secara tak terduga, panitia acara kok menyetel musik dangdut. Mereka berdua merasa heran. Kenapa disini ada dangdut..? Bukankah dangdut identik dengan goyang erotis yang mirip tari striptis...? Identik dengan penonton yang mulutnya bau alkohol? identik dengan perkelahian massal di lapangan..? Memang, awalnya, dulu, bang Rhoma menggunakan dangdut sebagai sarana dakwah, bukan ajang adu maksiat. Tapi itu kan dulu..? Sekarang sudah beda..?

Ah, tapi bukankah ini adalah acara yang diadakan oleh "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih..?" Jadi mungkin musik dangdut memang dihalalkan agama. Dan tidak apa-apa kalau mereka ikut menari dengan peserta yang lainnya, yang mungkin sama-sama belum paham betul soal agama. Maka merekapun menghanyutkan diri dalam acara yang diadakan oleh sebuah "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih..?" Dengan anggapan bahwa "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih" tersebut lebih tahu masalah agama daripada mereka..?

Malam pun tiba.

Esok harinya, di koran nasional, terbit sebuah berita berjudul :

"Acaranya Sebuah Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih kok ada dangdutannya..? Apakah keislaman organisasi tersebut patut dipertanyakan..?"

Saat sang suami-istri membaca berita tersebut mereka terkejut, tapi mereka bisa maklum.

"Tuuh.., kan..? Pantesan kemaren rasanya kok aneh. Masa acara yang diadakan oleh sebuah Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih kok ada dangdutannya..? Yaah, walaupun dulu bang Rhoma menggunakan musik dangdut untuk ber..."

Tapi sayang, ada berita lain yang membuat suami-istri tersebut sakit hati. Di halaman entah berapa ada berita berjudul :

"Masa acara yang diadakan oleh sebuah Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih kok dihadiri oleh penjambret dan pelacur..? Apa organisasi tersebut sudah kehilangan massa sehingga perlu merekrut penjambret dan pelacur segala..?"

Duarr...!!!

"Duh Gustiii, Periihh, Perihh hati ini." Gumam si suami-istri. Mereka merasa terhina. Mereka ingin di dakwahi tapi tidak ada da'i yang mendatangi mereka, jadi mau tidak mau mereka lah yang harus mendatangi da'i tersebut. Apa itu salah..? Kalau memang orang se-hina mereka dilarang untuk menerima dakwah, kenapa "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih" tersebut tidak memasang pengumuman yang berbunyi :

"Yang baru mau bertaubat, dilarang masuk..!!! Yang masih dalam proses bertaubat, dilarang masuk..!!! Tapi kalau yang sudah benar-benar bertaubat, ahlan wa sahlan"

Bah, mereka berdua patah hati. Mereka memutuskan untuk belajar agama pada Kaji Taslim saja. Yang mempersilahkan siapapun untuk menerima dakwahnya. Tapi apa mau dikata, sesampainya di rumah beliau, Kaji Taslim sedang tidak bisa diganggu. Beliau harus istirahat total karena menderita salah urat, encok dan pegal linu akut. Kemaren dia mengejar-ngejar Tarmo di kebun duren, sambil mengacung-acungkan golok. Gara-garanya sepele, seikat bunga yang sedianya Tarmo berikan pada Nurlela, malah diterima bapaknya, Kaji Taslim yang galak tak terkira.

Akhir cerita, suami istri tersebut lalu pulang ke rumah. Tidak ada da'i yang sudi mendatangi mereka, tapi mereka juga dilarang mendatangi pendakwah. Jadi mereka harus bagaimana..? Begitu sulitkah belajar agama..? Entahlah


"Aku ingin ikut sembahyang tetapi pakaianku satu-satunya ini sudah sangat kotor", berkata pengemis tua itu di pintu gerbang masjid.
Orang-orang melewatinya saja
Ketika sembahyang jumat hendak dilangsungkan, seseorang datang dan menghardiknya : "Hendak mencuri sandal kamu ya..!!"
Pengemis tua itu pun pergi
Dan Tuhan Allah menyertai

Mesjid II
Dari "Sesobek Buku Harian Indonesia"
Emha Ainun Nadjib


Minggu, 27 Mei 2007

Pengemis Tua Yang Sia-sia

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Emha Ainun Nadjib

Pengemis tua yang sia-sia menengadahkan tangannya
Di halaman mesjid itu menatapku dengan tajam

Aku sangat takut, di mesjid ini aku tak ketemu siapa-siapa, tetapi
Memandang sorot matamu aku seperti menjumpai-Nya

"Sesobek buku harian indonesia"

Hikayat Tarmo - Dakwah Alternatif..?


 

Walaupun suka bertindak ngawur, sebenarnya Tarmo pemuda yang baik. Ilmu agamanya juga lumayan kuat. Karena itulah jika bulan romadhon tiba, tarmo sering diminta untuk mengisi pengajian di surau kami.

Dalam memberi materi, dia tidak pernah bersikap menggurui. Dia tidak pernah menyuruh apa yang tidak dia kuasai. Dengan kata lain, dia hanya memberikan materi yang telah dia praktekkan sendiri, walaupun mungkin tidak di praktekkan dengan maksimal.

Satu hal yang membedakannya dari guru ngaji lain adalah cara dia dalam berdakwah. Dia sangat tidak sabaran. Salah satu contohnya adalah saat para remaja yang rutin mengaji di surau kami ditimpa masalah.

Seperti surau-surau lain, remaja yang mengaji di surau kampung kami terdiri dari remaja putra dan putri. Tapi berbeda dengan surau lainnya, suatu saat remaja disini saling berpacaran. Singkatnya, si A berpacaran dengan B, si C dengan D, si E dengan F, begitu seterusnya. Dan berhubung persentase remaja putra dan putri seimbang, maka hampir semua remaja sudah punya pacar.

Parahnya, ternyata remaja-remaja tersebut punya ilmu "malih rupa". Yaitu, saat mengaji mereka terlihat begitu alim, sangat antusias. Tapi saat pengajian usai mereka langsung membentuk kelompok sendiri-sendiri, sesuai dengan pasangan masing-masing. Selanjutnya mereka pun mahsyuk berdua-duaan sampai malam, diterangi sinar rembulan. Baik di surau, maupun di hutan bambu sekeliling surau.

Ada ustadz senior yang menasehati mereka agar menghentikan aktifitas rutinnya sebab mulai timbul aroma tidak sedap di benak masyarakat. Apalagi tidaklah pantas jika surau yang seharusnya menjadi tempat beribadah kok dijadikan sebagai ajang berpacaran. Apalagi jika ternyata remaja-remaja di tempat kami berangkat mengaji hanya agar dapat bertemu dengan pacar masing-masing, bukan murni untuk beribadah. Sayangnya, nasehat ustadz tersebut tidak dituruti. Seperti remaja pada umumnya, mereka mendengarkan nasehat tersebut dari telinga kanan, lalu langsung dikeluarkan dari telinga kiri. Buuussshhhh....

Tentu saja Tarmo dan saya merasa gerah. Kami berdua sudah gede, sudah lulus SMA, tapi belum juga punya pacar. Kami merasa dikalahkan oleh remaja-remaja bau kencur itu. Masa kami harus belajar cara mencari pacar pada mereka..? Akhirnya kami memberi masukan pada ustadz tersebut agar bersikap tegas. Tapi beliau berkata bahwa islam tidak mengajarkan kekerasan. Islam mengajarkan kelemah-lembutan. Islam mengajarkan kita agar menyayangi anak kecil, termasuk para remaja. Dan sebagai orang biasa (bukan ustadz) kami berdua hanya bisa menurut dan membiarkan remaja-remaja tersebut bertindak sesuka hati.

Tapi lama-lama, kami berdua kok tambah gerah saja. Tidak kuasa menahan marah. Tidak puas dengan sikap sang ustadz. Maka kami putuskan  untuk bertindak menurut cara kami sendiri. Toh kami bukan ustadz jadi tidak perlu senantiasa bersikap lemah-lembut. Singkat cerita, kami pun melakukan apa yang kami anggap tepat.


Setiap pengajian usai dan para remaja mulai berdua-duaan kami mulai berkeliling menemui mereka, baik di suaru maupun di hutan bambu sekeliling surau. Mulanya kami hanya menasehati mereka dan jika mereka tidak menurut maka :

"PLETAAAKK...!!!"

"ADUUHH...!!"

Jitakan Tarmo pun mendarat di kepala. Begitu pasangan yang satu bubar kami berdua langsung bergerak ke pasangan lain, menyuruh mereka pergi, menasehati, lalu :

"PLETAAAKK...!!!" Kami menjitak lagi. Tapi berhubung remaja-remaja tersebut banyak yang ngeyel maka hutan bambu pun terasa ramai oleh bunyi

"PLETAAKK..!! PLETAAKK...!!! PLETAAKKK..!!!"

Yang terdengar sampai ke luar angkasa.

Seperti yang telah disebutkan bahwa kami berdua bukan ustadz, kami hanya orang biasa. Jadi wajar kalau kegiatan yang awalnya bermaksud untuk menasehati lama-kelamaan berubah jadi hobi. Jadi selanjutnya, saat kami berdua berkeliling melakukan razia, tidak kami awali dengan memberi nasehat lagi. Pokoknya begitu ada remaja perpacaran langsung kami dekati, lalu tanpa aba-aba mereka langsung kami "PLETAAKK...!!!" sesuka hati. Hahaha, senangnya..

Memang ada orang tua yang protes, tidak terima kalau anaknya sering di "PLETAAKK..!!!". Mereka mendatangi Tarmo, ingin meminta klarifikasi. Tapi begitu mereka tahu kalau Tarmo melakukan aksinya berdua dengan saya, mereka tidak jadi protes. Kenapa..? Karena di kampung, saya dikenal sebagai pemuda pendiam, jarang bikin masalah. Jadi setiap kali bikin ulah, pasti ada alasannya dan alasan tersebut pasti masuk akal.

Walhasil, tak lama kemudian, mereka itu, para remaja itu, tak lagi menghabiskan waktu senggang seusai mengaji untuk berpacaran. Mungkin karena ubun-ubun mereka sudah sangat senut-senutan. Dan kami berdua, pemuda bukan ustadz yang mulai ketagihan menjitak remaja yang lebih muda, jadi merasa kehilangan. Kami sudah tidak punya alasan untuk menjitak lagi. Sepertinya separuh jiwa kami yang kabur entah kemana seiring hilangnya jitakan kami di kepala mereka

Bagaimana dengan sang ustadz..? Mulanya dia memang tidak setuju dengan sikap kami. Tapi saat Tarmo berkata :

"Lho, kami tidak sedang berdakwah kok.., kami cuma ingin menjitak kok..? Lagipula kami bukan ustadz, kami hanya orang biasa, jadi kalau sekali-kali bersikap bengal kan tidak apa-apa..!!!"

Sang ustadz cuma bisa geleng-geleng kepala.

Begitulah. Sekarang ini, mereka itu, para remaja itu, sudah besar-besar. Andaipun mereka kembali berpacaran di surau, mungkin kami sudah tidak bisa melakukan jitakan lagi. Tapi sayang, seperti di tempat lain, sekarang surau kami hanya diisi oleh orang tua dan remaja-remaja baru, sedangkan remaja-remaja lama yang sudah gede itu mulai meninggalkan surau. Hanya sedikit yang masih bertahan.


NB :
*Sebenarnya yang menjitak cuma tarmo saja, saya petantang-petenteng doang
*Tarmo disini adalah Tarmo yang asli, bukan Tarmo kebun duren


*Genre : Diangkat Dari Kisah Nyata

Kamis, 24 Mei 2007

Metamorfosa - Selamat Ulang Tahun Gie


Judul Asli : Hikayat Sang Manusia Tampan
 
 


Malam Mencekam
Subuh menjelang. Angin dingin berhembus, merobek kulit, menusuk tulang. Suara binatang malam terdengar saling bersahutan. Tembok putih Rumah Sakit Umum Banyumas bergetar oleh sebuah raungan disusul isak tangis yang lirih, pilu, menyayat hati. Tangisan yang keluar dari mulut mungil seorang bayi laki-laki yang masih bermandi darah, berari-ari terburai. Tapi tangisan tersebut terhenti saat sang bayi tersenyum sambil berkata :

"Hello Mama, Hello Dokter, Hello Suster, Hello Semuanya, Hahahahaha"

Diberi Nama
Ya, saat itu, tepat 23 tahun lalu, peristiwa dahsyat telah terjadi di muka bumi. Peristiwa yang saking dahsyatnya sehingga para pakar tidak sanggup untuk menuliskannya di "Buku Sejarah Dunia". Peristiwa lahirnya bayi mungil, bermata elang jawa, bermulut gula, berhati permata dan berwajah purnama. Bayi yang beberapa hari kemudian, setelah melewati perdebatan sengit, akhirnya diberi nama "Togar Adhi Putranto" yang berarti "Togar anaknya pak Wanto".
 
Masa Balita
Masa kecil (balita) Sang Togar Berwajah Purnama dihabiskan untuk mendalami berbagai macam ilmu disebuah istana mungil di hutan bambu. Hutan yang gelap, tanpa listrik, gak ada lampu. Disana dia belajar ilmu menangis, ilmu ketawa, ilmu minta makan, ilmu kehausan, ilmu ngambek, dan ilmu membikin repot orang tua. Kondisi tersebut didukung oleh anugerah berupa tubuh sehat, bodi tegap dan postur gagah sehingga lama-kelamaan, tanpa disadari, keluarga dan warga kampung memanggilnya dengan nama "Gagah".

Namun masa balita tersebut dihiasi pula oleh sebuah kenangan yang entah tergolong kedalam kenangan manis atau pahit. Dulu "Gagah" pernah dibawa pergi oleh orang tua gila yang jalannya mirip orang mabok. Dia diemban, digendong, diayun-ayun, disayang-sayang, diajak jalan-jalan keliling desa, lalu hilang entah kemana. Orang tua si "Gagah" panik, kakeknya panik, keluarganya panik, penduduk kampung pun ikut-ikutan panik. Apalagi ada warga yang berteriak histeris
 
"Dimanakah dikau wahai bayi mungil berwajah purnama...?"
"Auuaaaaa.........."

Untunglah kemudian si bayi tampan ditemukan di tepi jalan di pojok desa. Sedang ditimang-timang kaki tampol (nama orang gila tersebut) sambil (mungkin) bernyanyi :
 
"Satu ditambah satu"
"sama dengan dua.."
"dua ditambah dua"
"jadinya sih berapa"
"kok bisa lupa"
"Syalala"
"Dubidam didada"

C = Do
 
 
Sekolah TK
Pada umur empat tahun si "Gagah" mulai belajar di sekolah TK. Disana dia mendapat nama baru pula. Berhubung teman-temannya disana masih kecil-kecil dan belum bisa bicara dengan benar, maka kata "Gagah" mereka ucapkan dengan rada sengau : "Gagaaang..., Gagaang...".
 
 
Masuk SD
Waktu berumur lima tahun, "gagang" masuk SD yang walaupun di kelas satu dan kelas dua benar-benar tidak bisa membaca tapi entah kenapa dia bisa naik terus sampai kelas tiga. Pernah dapat rangking satu pula. Di masa ini "Gagang" berkenalan dengan seorang tua yang rada kurang waras. Beliau gemar mengaji dan sering mampir ke rumah untuk numpang shalat, lalu berdoa lama banget*. Beliau ini hobi memakai baju berlapis-lapis, bahkan terkadang lebih dari rangkap lima. Dan berhubung "Gagang" nge-fans sama beliau, maka sesekali dia pun berpakaian rangkap pula sehingga oleh teman-teman dijuluki "Kaki Tawin", sama seperti nama orang tua baik hati (walaupun kurang waras) tersebut.

Satu Orang Lagi
Tak lama berselang "Kaki Tawin kecil" mendapat teman baru, orang gila yang masih warga situ. Dia sering ngeluyur ke kebun singkong, kebun Alba, hutan bambu dan pinggir kali dengan membawa & meniup harmonika. Dia pun sering mampir ke rumah dan meminjamkan harmonikanya (tidak untuk ditiup). Karena hal itu "Kaki Tawin kecil" memperoleh nama baru yaitu "Si Shod", mengambil nama si orang gila peniup harmonika.

Perbedaan Nama Panggilan
Saat SMP "Si Shod kecil" sudah mengoleksi banyak nama. Dan habitat asal teman-teman di sekolah bisa diketahui dari bagaimana mereka memanggilnya. Teman satu kampung biasa memanggil "Gagah, Gagang, Tawin atau Si Shod". Sedangkan teman lain desa memanggilnya dengan nama asli, yaitu "Togar".

Cinta Masa SMA

Mengandalkan "NEM" yang entah kenapa kok jadi yang tertinggi di kelas, Togar berhasil diterima di sebuah SMU bergengsi di purwokerto. Di SMA ini, si tampan baik budi ini, dipanggil menurut nama asli. Tapi itu tak berlangsung lama. Saat kelas dua SMA Togar berkenalan dengan adik kelas yang berwajah, bersikap dan bersifat sangat anggun. Untuk pertama kalinya Togar benar-benar jatuh cinta.

Rise Of The Togie
 

Berhubung Togar mengidap penyakit grogi yang sangat akut, maka dia baru berani mendekati "Si Gadis Anggun" saat sudah kelas tiga, itu pun lewat email pula. Dan tahukah nama email yang pertama kali dia buat..?

togi_iba@****.com, Akronim dari TOGAr Adhi_I****B***A***** --> (IBA = Inisial si gadis anggun)

Kenapa menjadi togie..? Karena ternyata "Si Gadis Anggun" punya email juga  (Iend_****@***.com), yang kalau digabung menjadi :

togi_iend, disingkat = togie


Salah Persepsi

Nah, mulai saat itulah teman-teman di kelas mulai memanggil si tampan dengan nama Togie, sesuai dengan nama email yang secara iseng ditulis di buku, biar tidak lupa, walaupun mereka sendiri tidak tahu makna dibalik nama tersebut. Parahnya lagi, ketidak tahuan itu kian akut saat Si Jutek Berpipi Besar bertanya :

"Eh, kamu togie ya..? TOgar GIla ya..? Wakakakaka......!!!!!!!!!"

#Gubrak

Kontinuitas
Dan berhubung si jutek adalah siswi SMA cerewet yang punya banyak teman-teman cerewet dan teman-temannya itu punya teman-teman yang lebih cerewet lagi, maka perlahan tapi pasti nama Togar mulai dilupakan dari muka bumi. Hanya bisa ditemukan di buku absensi. Dan yang lebih dikenal adalah TOGIE.


Nama Berjuta Makna
Ternyata "metamorfosa nama" ini punya makna yang amat dalam, tidak terperi. Contohnya begini :

  • Togar Adhi Putranto : Merupakan nama yang diberikan oleh orang tua, yang nama ini pun punya latar belakang yang amat panjang pula
  • Gagah : Julukan pertama yang dianugerahkan oleh masyarakat sekitar, sebagai tanda sayang dan penghargaan
  • Gagang : Bahwa ternyata daku pernah juga sekolah di TK, walau gak lulus
  • Tawin : Bahwa daku pernah kagum pada seorang tua yang walaupun memiliki keterbatasan mental, namun tetap rajin beribadah. Beliau lebih daku kagumi dibandingkan dengan manusia normal tapi tidak mau beribadah
  • Si Shod : Bahwa keterbatasan mental tidak menghalangi seseorang untuk berbuat baik dan berjiwa seni.
  • Togie = TOGar-I**** --> Bercerita tentang kisah cinta masa SMA, yang katanya merupakan kisah cinta yang tak bakal terlupa
  • Togie = TOGar teknIk Elektro --> Seakan-akan saat itu togie tahu bahwa kelak dia akan kuliah di teknik elektro
  • Togie = TOGar petanI suksEs --> Merupakan cita-cita luhur yang ingin dicapai
  • Togie = TOGar sI gantEng --> Kejujuran & Fakta tak terbantahkan




Note
*Daku masih ingat betul bahwa beliau pernah berdoa seperti ini :
"Semoga anak ini (sambil memangku daku) menjadi orang sukses, punya keluarga yang baik, dan rajin beribadah"

Amiin..!!!






SELAMAT ULANG TAHUN GIE.., GANTENGLAH SELALU...!!!!


 

Rabu, 23 Mei 2007

Kuliah Yang Aneh - Saat Salah Masuk Kelas




Pagi ini mata daku lumayan sembab, wajah rada pucat, jerawat bertambah tiga biji. Kenapa gerangan...? Karena semalam daku tidak tidur.

Hm..? gara-gara ngerjain laporan dasar pemrograman..? Bukan
Sibuk belajar..? Juga bukan
Diapelin wanita cantik..? Itu lebih bukan

Jadi kenapa..? Alasannya sepele :

Gara-gara ikut ngerumpi bareng bapak-bapak dari berbagai RT, membahas panasnya moment pemilihan kepala desa yang diadakan hari sabtu nanti, dua hari lagi. Dan berhubung bapak-bapak tersebut mempunyai calon favorit yang berbeda-beda, maka tak ayal ngerumpinya jadi ramai. Apalagi ada bapak-bapak (belum menikah) yang ngotot mempertahankan pendapatnya, yang pendapat tersebut jelas-jelas bertentangan dengan prinsip yang daku junjung tinggi. Sehingga daku harus mati-matian menyalahkan pendapat yang dia punya, sembari mengunggulkan kreatifitas yang terkandung dalam prinsip daku.

Ditambah lagi dengan kenyataan pahit bahwasanya bapak daku ternyata juga ikut-ikutan ngerumpi sehingga pembicaraan yang harusnya panas jadi tambah panas lagi. Dan daku yang berdarah muda ini ikut-ikutan panas sehingga tidak ingin meninggalkan forum bapak-bapak ngerumpi. Maka beginilah akhirnya, daku online di Multiply sambil berngantuk ria.





Lalu apa hubungannya dengan kuliah..?

Nah, itu dia. Sekarang ini, hari kamis jam tujuh pagi, daku ada kuliah mesin listrik di kampus atas. Jadi walaupun tidak tidur semalaman, daku harus tetap berangkat kuliah untuk menuntut ilmu, dengan syarat daku harus tidak mandi agar tidak terkena angin duduk.





Tapi kok gak ada hubungannya dengan salah masuk kelas..?

Ada kok..., makanya dengerin dulu sampai selesai. Begini, karena satu dan lain hal, daku baru sampai kampus jam tujuh lebih lima belas menit. Tapi disana, yang datang adalah para mahasiswa yang mengambil mata kuliah PSLI (P$$$$$$$ S$$$$$ Listrik Industri). Tidak ada mahasiswa Mesin Listrik, tidak ada dosen Mesin Listrik. Lho kenapa..? Daku tidak tahu. Pokoknya setelah daku tunggu sampai jam setengah delapan tidak ada dosen atau mahasiswa Mesin Listrik yang datang. Akhirnya daku cabut saja dari kampus dan menghabiskan waktu di warnet (bukan warnet teknik) sampai jam delapan, yang harus menghabiskan duit sebanyak seribu perak.

Tapi berhubung daku ini sangat rajin kuliah, maka jam delapan daku balik lagi ke kampus. Mbok dosen dan mahasiswa mesin listrik udah pada dateng. Dan ternyata di ruang pojok, kuliah sudah dimulai. Daku melihat dosen yang biasanya mengajar Mesin Listrik sedang mengajar para mahasiswa. Jadi secara spontan, setelah cengar-cengir di depan pintu, daku pun masuk dan langsung duduk, sambil bersuara

"Fyuuhh..."





Tunggu Gie, tetep gak ada hubungannya sama "Salah Masuk Kelas" tuh..?

Grrhhh, cerita ini kan belum selesai. Makanya, dengerin dulu.., dengerin dulu.




Begini, ternyata pas sudah duduk di kursi, daku masih tetep cengar-cengir, tetep garuk-garuk kepala. Kenapa..? Karena ternyata para mahasiswa di kelas itu beda dengan mahasiswa yang mengambil mata kuliah Mesin Listrik. Dan setelah daku bertanya :

"Mas.., anu.., ini sih kuliah apa..?"

Ternyata dijawab dengan

"Kuliah PSLI Mas"

Gubrak...!!





Selanjutnya gimana Gie..?

Tadinya sih pingin langsung cabut dari ruang kuliah, tapi gak jadi. Karena katanya kuliah Mesin Listrik akan dimulai nanti, jam setengah satu. Dan kalau daku meninggalkan ruangan, maka daku bingung harus menghabiskan waktu dimana. Warnet teknik belum buka, ke warnet lain sayang uangnya, penghuni warung mie masih pada tidur, temen-temen seangkatan belum pada ke kampus, dan kalau pulang, nanti bensin gak cukup buat berangkat ke kampus lagi. Jadi terpaksanya, daku duduk manis di ruang tersebut sampai jam setengah sepuluh. Lagipula ternyata materi PSLI tak jauh beda dengan materi Mesin Listrik dan Dasar Instalasi yang sedang daku ulang semester ini.





Sudah selesai..? belum.

Ternyata selesai kuliah, dosen meng-absen mahasiswa satu per satu. Dan daku ini, mahasiswa ganteng ini, jadi rada ngeri. Jangan-jangan nanti setelah usai mengabsen, pak dosen menatap mata daku sambil kebingungan. Jangan-jangan nanti dia bertanya :

"Hai kamu, mahasiswa ganteng yang sedang cengar-cengir sambil garuk-garuk kepala...!! Kok nama kamu tidak ada..?"

Sehingga terpaksa harus daku jawab

"Maap pak.., anu, daku salah masuk kelas.."

Geeerrr....!!! Gak lucu banget kan..?





Untunglah pak dosen tidak jadi bertanya seperti itu. Dan daku bisa langsung cabut ke warnet teknik yang tarifnya seribu perak per jam, dan memposting tulisan ini. Sampai nanti, jam setengah satu




Senin, 21 Mei 2007

Lamunan Lampau



Bintang berkedip, bulan bercahaya
Tapi kepalaku tergeletak diatas meja
Menatap kosong pada setumpuk kenangan
Yang berlalu-lalang di depan mata

Ada memori bertahun lalu
Ada lusinan materi yang tertulis di buku
Ada masa indah serta kelabu
Ada juga..., kau




#Kenapa laporan akhir praktikum dasar pemrograman harus ditulis tangan sih...???

Jumat, 18 Mei 2007

Saat Menjadi Mentor Pendidikan Agama Islam di Kampus Teknik


Dulu, saya ini, mahasiswa teknik elektro yang kurus, pemalas, dan kurang bisa serius ini, pernah diberi amanah untuk menjadi mentor Pendampingan Pendidikan Agama Islam (PPAI) oleh Unit Kerohanian Islam (UKI) Teknik Unsoed. Padahal seperti yang sudah diketahui bahwa ilmu agama yang saya miliki sangat pas-pasan. Lha wong kalau mendengarkan materi yang disampaikan orang lain saja saya sering bingung kok. Gimana kalau disuruh memberi materi pada orang lain..? Coba bayangkan yang nanti terjadi :

  • Saya memberikan materi dengan bingung
  • Peserta PPAI yang mendengar materi yang saya sampaikan dengan bingung akan ikut-ikutan bingung
  • Peserta yang bingung itu akan bertanya pada saya yang sedang bingung tentang materi yang membingungkan
  • Saya akan menjawab dengan bingung
  • Peserta akan semakin bingung oleh jawaban membingungkan yang keluar dari mulut saya sebagai mentor yang kebingungan
  • Akhirnya, saya dan peserta akan memberikan laporan pada UKI Teknik bahwa hal terpenting yang didapat saat PPAI adalah kebingungan massal yang jika semakin diamati, akan semakin membingungkan.

Nah.., Loch...!!!

Jadi untuk mencegah hal tersebut maka saya, sebagai mentor, harus mencari akal. Dan untungnya, ternyata saya ini jago main akal-akalan. Bukan cuma ngakal-ngakali duit biar irit, tapi juga pada hal yang lain.

Begini, saat pertama PPAI berlangsung, seperti mentor lain, saya pun memberikan materi. Dan materinya tidak usah nyari. Kan sudah ada di modul PPAI. Saat itu saya banyak bertanya pada peserta untuk mengetahui seberapa jauh ilmu agama yang mereka miliki. Dan ternyata, beberapa diantaranya lumayan paham ilmu agama, jauh lebih paham dari saya. Walaupun ada pula yang biasa-biasa saja. Sama seperti saya.

Nah, untuk mengakal-akali kekurangan yang saya miliki maka selanjutnya, forum PPAI yang biasanya monoton (Mentor memberi materi, peserta mendengarkan) saya rubah menjadi sebuah forum diskusi. Riilnya, kami membuat kesepakatan tentang topik yang akan dibahas. Lalu semuanya (Mentor dan peserta) mengeluarkan apa yang diketahui berkaitan dengan topik tersebut. Yang tahu memberi tahu mereka yang tidak tahu. Yang tidak tahu mendapat ilmu dari mereka yang tahu. Kalau ada yang bertanya maka siapapun yang tahu jawabannya silahkan angkat bicara. Jangan mengandalkan mentor, karena mentornya sendiri tidak bisa diandalkan. Akhirnya, mentoring pun berjalan lumayan lancar. Semua memberi ilmu, semua mendapat ilmu, semua berbagi ilmu. Semua pernah menjadi mentor.

Sebenarnya, metode yang saya gunakan ini, biarpun rada licik, tapi ada kelebihannya juga. Dulu saya pernah menjadi peserta PPAI dimana sang mentor memberikan materi dan kami (para peserta) mencatat materi, yang terjadi adalah* :
  • Sepuluh menit pertama : Peserta menyimak dengan khidmat
  • Sepuluh menit kedua : Mulai melamun
  • Sepuluh menit ketiga : Ngantuk
  • Menit seterusnya : Tak terbayangkan

Kalau versi yang rada mending seperti ini* :
  • Sepuluh menit pertama : Peserta mencatat materi dengan khidmat
  • Sepuluh menit kedua : Peserta mencatat dengan lebih khidmat
  • Sepuluh menit ketiga : Peserta mencatat dengan sangat khidmat
  • Menit terakhir : Setelah dilihat, ternyata peserta sedang menggambar doraemon dan son-goku vs manusia iblis bhu

Nah, begitu. Tapi dengan cara diskusi, peserta akan tetap antusias mengikuti PPAI. Karena mereka akan saling berbagi materi, bukan cuma bengong mendengarkan mentor ngomong. Dan PPAI yang awalnya merupakan "keharusan" agar mendapat nilai tambah dalam kuliah agama islam, berubah menjadi "keinginan". Keinginan untuk berdiskusi, keinginan untuk saling berbagi. Lagipula pahala yang kita dapat bisa double. Pahala karena memberi ilmu dan pahala dalam mencari ilmu**.





*Mbok ada yg ditugasi jadi mentor tapi kebingungan juga kayak saya

*Pengalaman Pribadi
**Ini cuma pendapat saya, tapi tidak tahu dalilnya
 

Sajak Tamu Entah Siapa - Emha Ainun Nadjib

Rating:★★★★
Category:Other
Tamu itu datang dan kuketahui tiba-tiba ia sudah berada di ruang tengah rumahku. Siapa dia..?
Ketika kami ngomong, ia sudah tahu semuanya tentang diriku, seluk beluk rumahku, kebunku, kolam ikanku,
Bahkan ia tahu persis
Setiap kata-kata dalam batinku. Dan lebih dari itu, dengar, ia berkata: "Dibawah tanah rumahmu ini terdapat barang yang amat berharga. Aku akan mengambilnya dan kau akan menjadi kaya raya, cuma ada beberapa syarat yang kuminta....." Aku tersenyum saja dan menganggukkan kepala. Tergiur aku rasanya. Ah, entah kenapa, ingin aku menyembah tamuku yang mulia. Tapi tidak. Aku punya sesembahan sesendiri. Kukira cukuplah aku menghormati alakadarnya saja.
Lihatlah rambutku sudah kupotong persis
Seperti rambutnya. Ia memberiku pakaian seperti yang dimilikinya. Entah bagaimana tapi akhirnya aku bergerak seperti geraknya, berjalan seperti jalannya, berkelakuan seperti kelakuannya, kubangun rumahku seperti sarannya, kulakukan segala sesuatu yang dianjurkannya, dan - ah! Hasrat-hasratku pun kini mirip seperti hasrat-hasratnya.

Hari-hari berikutnya aku melihat dia berhasil menggali barang-barang berharga itu dan ia bawa pulang sebagian besarnya. Aku tak apa-apa, aku ini penyabar, dan toh aku sudah kaya raya. Dan yang penting, aku sudah bagaikan dia. Hati kecilku bilang aku ini sedang tertidur lelap dalam bangunku, tapi semua orang tahu hati kecilku ini tolol dan sia-sia.

Diambil dari :
"Sesobek Buku Harian Indonesia"
Penerbit Bentang
Harga Lima Belas Ribu Perak

Sabtu, 12 Mei 2007

Hikayat Tarmo - Aksi Kanibalisme


 


Malam itu Tarmo bingung. Sekarang sudah bukan musim durian lagi tapi Kaji Taslim tetap saja menyuruhnya untuk menjaga kebun. Padahal menurut kontrak kerja, Tarmo hanya bertugas untuk menjaga buah durian agar tidak digondol maling, tapi kalau buahnya saja tidak ada, lalu apa yang harus dia jaga..? Ck, perintah yang aneh. Tapi sebagai pekerja yang penurut (walau terpaksa) dia pun patuh juga. Malam begitu sunyi, Tarmo merenung seorang diri. Lama-lama dia bete juga, tak enak hidup sendiri, tanpa lawan bicara.


Untuk mengurangi kebosananan, dia memutuskan untuk berjalan-jalan ke sekeliling kebun. Sekalian meronda. Walaupun sebenarnya tak ada yang perlu dia rondai. Tapi untunglah, tak berapa lama kemudian dia menemukan lawan bicara. Di pucuk pohon duren, dia melihat sesosok wanita sedang asyik ongkang-ongkang kaki sambil bernyanyi lagu "Padamu Negeri". Wanita itu memakai daster putih panjang, berambut panjang, dan menggendong anak kecil. Mungkin dia adalah seorang ibu yang sedang mengasuh anaknya.


Tapi tunggu sebentar.., ibu..? Rasanya bukan. Karena perlahan wanita tersebut mengambil palu dari balik daster lalu memukul batok kepala anaknya sampai pecah. Perlahan dia mulai memakan otak si anak dengan rakus. Nyam.. Nyam.., darah pun berleleran membasahi bibir. Sungguh menyeramkan. Tapi anehnya si anak tenang-tenang saja. Dia malah tertawa sambil berucap


"Mama.., Mama..!!!"


Tarmo jadi heran, lalu bertanya :


"Hai mbak, sedang apa..?"

"Lagi makan otak sambil ngasuh anak"

"Apa..? Gila, kejam, tidak berperikemanusiaan"

"Lha, saya ini kan hantu mas. Jadi tidak punya perikemanusiaan"

"Oo, gitu ya..? Tapi apa nggak kasihan ke si anak mbak..? Mbok dia mati..?"

"Ck, mas ini gimana sih. Masak hantu kok bisa mati"

"Gak bisa ya mbak..? Tapi apa perlu sampai makan otak segala..? Seperti kanibal saja..!!"

"Begini ya mas. Di dunia hantu, saling makan sesama itu hal biasa, mirip seperti di dunia manusia"

"Lho, mbak memang hantu, tapi jangan bicara ngawur. Memang di dunia kami ada Sumanto, ada suku primitif yang suka makan daging manusia, tapi mereka tidak merefleksikan manusia pada umumnya"

"Siapa bilang mas..? Coba deh besok pagi mas nonton TV"

"Memang apa hubungannya mbak..?"

"Udah, pokoknya besok nonton aja. Maap saya harus pergi, gak bisa ngobrol lama-lama. Ada arisan"


Buusshhh...!!!!! Dan mbak hantu pun menghilang, ditelan asap putih yang entah muncul darimana.


Singkat cerita, malam pun berlalu. Berganti dengan pagi yang cerah. Burung berkicau merdu, sinar mentari menelusup kedalam gubug lewat lubang jendela. Tarmo membuka mata lalu bergegas menuju dapur. Menyiapkan sarapan dan segelas kopi lalu menyalakan televisi. Tapi dia langsung kaget. Saat itu sebuah stasiun TV menayangkan acara infotainment dimana seorang artis sedang asyik memakan artis lain. Sang presenter pun dengan lahap mengunyah paha presenter acara lain. Bahkan sesekali dimunculkan pula orang biasa yang memakan orang biasa lain dengan sekali telan.


Tarmo tidak percaya pada apa yang dia lihat, karena itulah dia mengganti channel ke stasiun TV lain. Namun disitu dia lihat pula aksi kanibalisme. Kali ini si presenter memotong kepala seorang pejabat lalu merebusnya dalam air mendidih, menambah rempah-rempah dan sedikit kecap asin, lalu...


Grauk.., Grauk..!!!!


"Arrgghhh, gilaa..!!! Aku harus segera lapor polisi" Begitu batin Tarmo. Dalam sekejap, tanpa mandi dan gosok gigi, dia langsung lari ke pangkalan ojek, minta diantar ke kantor polisi.


"Tolong mas, saya harus ke kantor polisi. Saya ingin lapor. Gara-gara acara SMACKDOWN dihentikan, sekarang stasiun TV jadi menayangkan acara yang lebih sadis lagi. Aksi kanibalisme." Kata Tarmo dengan nada bergetar


"Ah, jangan bercanda mas. Tapi gak papa ding, ayo saya antar" Tukang ojek menyalakan mesin motor, lalu melaju pelan.


Ternyata di sepanjang perjalanan Tarmo melihat aksi kanibalisme lain. Ada murid yang memotong-motong tubuh gurunya, ada guru yang mencincang daging muridnya. Penjual yang menggigit punggung pembeli, pembeli yang menyantap paha penjual. Hoekksss..., Gilaa...!!!!


Untung saja jarak kantor polisi tidak begitu jauh, jadi dalam sekejap Tarmo pun sampai. Setelah membayar ongkos ojek dia berjalan masuk ke kantor polisi. Tapi baru sampai pintu gerbang langkahnya berhenti. Ternyata para polisi pun telah menjadi kanibal. Mereka saling menyantap daging rekan seprofesinya. Grauk.., Grauk..!!!


Gilaaa...!!! dunia makin menggilaaaa....


"Psikiater. Ya, psikiater. Aku harus pergi ke psikiater" Begitu batin Tarmo. Dia pun segera lari kesana-kemari. Setelah berulang kali menabrak tong sampah, motor butut, metro mini dan gerbong kereta api, sampai juga dia di kantor psikiater ternama. Bruak...!!! Tanpa permisi dia langsung menerobos masuk, menemui sang psikiater.


"Silahkan duduk mas, ada masalah apa..? Kok kelihatannya panik amat..?. Tanya psikiater

"Maaf bu, saya kira semua orang di kota ini sudah gila. Mereka jadi doyan makan daging sesama. Mirip orang primitif" Jawab Tarmo dengan lugu

"Hah..? Yang benar mas..? Padahal tadi saya beli es cendol diluar loh. Tapi gak ada yang aneh tuh..?"

"Bener kok bu, saya melihat dengan mata kepala sendiri. Ada guru yang memakan murid, murid mengkanibal guru, anak menyantap ibu, ibu merebus sang anak, pokoknya semua orang menggila bu" Kata Tarmo berapi-api

"Hm, tunggu sebentar. Mas ini pekerjaannya apa..? Pasti di bidang yang berat-berat ya..? Ilmuwan atau politisi mungkin..? Yaa, saya kira mas terlalu capek sehingga rentan mengalami halusinasi, mirip seperti yang dialami para pejabat kita. Mas tau sendiri kan gimana tingkah polah mereka..? Serba aneh mas. Itu karena mereka terlalu capek memikirkan kepentingan rakyat."


Dan perlahan-lahan sang psikiater membuka rak meja lalu mengeluarkan kepala masing-masing pejabat yang tadi disebut, dan menghidangkannya diatas meja. Dengan penuh penghayatan, dia mengiris telinga seorang pejabat, menusuknya dengan garpu lalu menyantapnya. Hm, sedaaappp...!!!


Glek..!!!


Tarmo tersentak kaget, terlempar dari kursi, lalu langsung lari keluar.



"Aku harus kembali ke kebun duren, menyepi, menunggu semua kegilaan ini berakhir. Aku tidak mau ikut-ikutan gila".


Dalam sepi, dikepung sunyi, tarmo menyendiri di gubuknya. Lagi-lagi tanpa teman, tanpa lawan bicara. Hingga tak terasa waktu tlah lama berlalu dan malam pun tiba.



Pukul setengah delapan lebih sedikit, mbak hantu yang kemarin ditemui di pucuk pohon duren datang berkunjung. Ditemani sesosok Gondoruwo, tiga Pocong dan enam Wewe Gombel. Mereka menghampiri Tarmo lalu berkata :


"Mas, mau ikut arisan..?"


 


 



Note :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
QS Al Hujurat : 12


 







Selasa, 08 Mei 2007

Ganti Nama, Ubah nasib kita






Sebagian orang jawa percaya pada mitos bahwa nama dapat mempengaruhi karakter dan nasib seseorang. Dahulu kala kalau ada orang yang sakit, atau nakalnya gak ketulungan, biasanya disarankan untuk ganti nama. Agar nasib mereka pun berganti pula, jadi lebih baik. Yang sakit jadi sembuh, yang nakal jadi alim, dan yang miskin jadi kaya.

Di jaman sekarang pun masih banyak orang yang percaya pada mitos tersebut. Contohnya di kampung saya. Ada gadis cilik yang nakalnya minta ampun. Dia hobi berantem, bahkan berani melawan anak lelaki yang bertubuh lebih besar. Orang tua si gadis merasa prihatin. Jadi mereka membuat bubur merah, bubur putih, tumpengan dan ubarampe lainnya lalu mengadakan upacara pergantian nama. Hasilnya..? Sungguh menakjubkan. Gadis cilik yang tadinya galak tiba-tiba jadi lemah lembut. Yang tadinya nakal berubah jadi penurut. Pokoknya ajaib.

Ada pula pemuda yang menderita sakit menahun. Dia sudah berobat ke dokter tapi tak kunjung sembuh. Akhirnya dia mencari cara alternatif, yaitu dengan mengganti nama. Hasilnya..? Hanya bermodalkan bubur merah, bubur putih, tumpeng dan ubarampe lainnya, penyakitnya perlahan sembuh. Ternyata nama bisa jadi obat yang lebih manjur daripada obat rujukan dokter.

Mungkin anda menganggap bahwa hal ini tidak masuk akal, dan harus dihapus dari pola pikir masyarakat kita. Tapi saya kira pendapat anda itu keliru. Buktinya, mitos tersebut diakui sebagai kebenaran berskala nasional, didukung pula oleh negara. Contoh : ada kampus "bengal" dan "penyakitan" yang ingin merubah nasib dengan cara berganti nama. Tanpa mau merubah sistem yang berlaku, yang merupakan biangnya penyakit. Kenapa..? Karena kampus tersebut merupakan tempat mendidik kader pejabat yang akan menentukan jalannya pemerintahan, dan rasanya tidak etis kalau calon pejabat kok suka bunuh-bunuhan atau menyiksa juniornya. Jadi kalau sistem yang selama ini berlaku harus diganti, maka masyarakat pasti menganggap bahwa para pejabat hasil didikan sistem lama tentu tidak layak menempati posisinya sekarang ini. Karena pejabat tersebut dididik dengan sistem lama yang tidak layak pakai. Itulah alasan kenapa kampus tersebut tidak boleh merubah sistem. Agar dapat mengkambinghitamkan nama.

 

Sayangnya, walaupun sudah berganti nama tapi penyakit yang diderita kampus tersebut makin parah saja. Tidak sembuh-sembuh juga. Bahkan para penghuninya pun, makin bengal, mirip berandal. Banyak yang masih suka berantem, hobi menyiksa, dan tega membunuh.


Karena itulah banyak pihak yang memberi saran.

"Tidak mungkin penyakit bisa disembuhkan kalau sumber penyakitnya saja tidak dihilangkan. Cobalah ganti sistem yang berlaku dengan sistem baru".

Tapi si kampus membantah :

"Lha wong gadis cilik tetangganya Togie saja bisa sembuh tanpa harus merubah sistem kok.., cukup dengan berganti nama..? Iya toh..? Jadi buat apa repot-repot membuat sistem baru..? Buang-buang tenaga saja"

Ah.., tampaknya anggapan kampus tersebut salah kaprah.

Dalam kasus tertentu (terutama lembaga pendidikan), tidak cukup jika hanya merubah nama kampus. Harusnya nama seluruh mahasiswa di kampus tersebut dirubah pula. Agar terjadi perubahan total. Itulah rahasia dari "Ilmu Malih Nama" yang diwariskan para leluhur kita.

Misalkan saja kalau ingin punya mahasiswa berbudi luhur, baik, rajin, pintar, bersahaja serta tampan tak terkira, gantilah nama seluruh mahasiswa dengan "Togie". Entah itu TogieAceh1, TogiePapua2, TogieJawaTengah3 dan seterusnya.

Bagaimana dengan mahasiswinya..? Gampang, ganti saja dengan "TogieWatiSatu, TogieWatiDua, atau apa kek".


Tuh, gampang kan..? Kenapa tidak dicoba..?



 


Kejujuran di Kebun Duren





Kaji Taslim membuka lowongan bagi penduduk desa. Dia punya kebun duren yang luas, dia butuh orang untuk mengurus kebun tersebut. Kebetulan, sekarang adalah musim durian, musim yang tepat untuk menyeleksi para pelamar kerja.

Hari ini, pagi-pagi sekali, Kaji Taslim pergi ke kebun duren. Dia mendata secara lengkap seluruh pohon yang ada, sampai ke buah-buahnya. Sore nya para pelamar dikumpulkan di kebun duren, tiap orang disuruh membuat gubuk di lokasi yang telah ditentukan. Mereka tidak diberi tahu alasannya. Setelah gubuk selesai didirikan, para pelamar disuruh pulang.

Besoknya, mereka kembali datang. Kaji Taslim menjelaskan aturan seleksi. Mulai hari ini para pelamar disuruh tinggal di gubug yang telah mereka dirikan. Selama sebulan mereka tidak boleh kemana-mana. Soal makanan, harus masak sendiri, berasnya silahkan ambil di rumah masing-masing.

Berhubung saya males ngetik, anggap saja bahwa satu bulan telah berlalu, bertepatan dengan panen durian. Para peserta di karantina di aula desa, dan para penebas disuruh mendata jumlah durian di tiap pohon. Sore harinya, data durian sudah ada di tangan, dan hasil seleksi pun diumumkan. Setelah terlebih dahulu mengucapkan salam, berpidato, merokok dan menyisir rambut di hadapan pelamar, Kaji Taslim menyebut nama yang diterima bekerja. Dan dia adalah "Tarmo".

Kontan saja pendaftar yang lain pada ribut, mereka memprotes hasil seleksi. Tarmo hanyalah lulusan STM jurusan Listrik, tidak tahu banyak tentang cara bertani. Lagipula, ada beberapa pendaftar yang berstatus sebagai Sarjana Pertanian. Dari segi kualitas, merekalah yang harus dipilih, bukan Tarmo.

Dengan lagak berwibawa, Kaji Taslim menyuruh para pelamar untuk diam. Lalu dia bertanya :

"Saya ingin tahu, apakah kalian ini, yang mengaku lebih baik dari Tarmo, telah menjaga amanat yang saya percayakan..?"

"Tentu Pak"

"Betul..? Kalian benar-benar menjaga amanat saya..?"

Mereka saling pandang satu sama lain. Kemudian menjawab :

"I.., iya pak.."

"OK. Kalau begitu kenapa seluruh pohon durian di kebun saya kehilangan buah walau cuma satu butir..?"

Para pelamar langsung kaget. Memang mereka nyolong durian di pohon, memang mereka bersalah, tapi mereka  tidak mau disalahkan. Mereka pun membela diri :

"Lho, tidak apa-apa kan pak..? kami cuma mengambil satu kok.., yang sudah jatuh dari pohon"

"Jatuh gimana..? Wong semuanya sudah saya ikat pake tali rafia"

"Nah, itu dia pak. Talinya putus, jadi duriannya kami ambil"

"Hm, baiklah kalau begitu. Sekarang saya bacakan data durian yang saya punya. Pohon A duriannya hilang dua, pohon B tiga, pohon C lima, pohon D malah tiga belas. Tidak ada satu pohon pun yang kehilangan durian satu buah. Paling sedikit dua"

"Lha, kan cuma dua pak. Itu pun sudah jatuh"

"Tapi kenapa kalian bilang cuma ngambil satu..?"


Hening pun tercipta


"OK, menurut data, hanya ada satu pohon yang masih utuh, yang dijaga oleh Tarmo. Makanya dia saya terima karena mampu menjaga amanah. Bukan begitu Mo..?"

"Iya kali pak.." jawab Tarmo

"Lho, amanat apaan" Peserta yang lain protes

"Asal tahu saja ya pak, kemaren Tarmo itu mengadakan razia, berkeliling ke tiap gubuk. Minta ijin buat metik durian, tapi gak kami perbolehkan."

"Apa..? Bener itu Mo..?" Tanya Kaji Taslim

"Bener Pak" Jawab Tarmo dengan enteng

"Brak.., jadi kamu tidak jujur Mo..? Kamu berniat mencuri durian di pohon lain agar durian yang kamu jaga tetap utuh..? Begitu Mo..?" Hardik Kaji Taslim

"Bukan begitu pak"

"Lalu apa..?"

"Begini. Sebenernya, dulu, hampir seluruh pohon durian di kebun bapak pernah saya colong, termasuk pohon yang saya jaga. Dan asal tahu saja ya pak.., pohon itu buahnya gak enak. Adem, gak ada rasanya. Jadi buat apa dicolong..? Lha wong saya tidak doyan kok..?"

"Kenapa tidak nyolong pohon lain..?"

"Saya gak berani pak, takut digebuki"

Gubrak...!!

Kaji Taslim mendadak bingung. Dia tidak pernah menghadapi kasus semacam ini. Dia butuh waktu sejenak untuk berpikir, lalu pergi keluar ruangan. Meninggalkan para pelamar, yang berharap Kaji Taslim merubah keputusannya. Tak berapa lama Kaji Taslim pun kembali. Sekarang wajahnya terlihat berseri.

"OK, sudah saya putuskan. Setelah dipertimbangkan masak-masak, Tarmo tetap saya terima bekerja"

"Lho kenapa..? Dia kan tidak bisa menjaga amanat pak, sama seperti kami. Jadi kalau dia diterima, kami harus diterima pula"

"Memang dia tidak menjaga amanah, tapi paling tidak dia sudah jujur, dia mengakui salah tanpa banyak cingcong, tidak seperti kalian. Karena itulah dia saya terima. Kalau tidak bisa mendapat orang yang berjiwa amanah, cukuplah kalau saya mendapatkan orang yang jujur".




Genre : Betul-betul fiktif






Senin, 07 Mei 2007

Hadiah berkesan tapi harganya gak bikin pingsan






Biarpun ganteng, sebenarnya saya mahasiswa teknik yang jarang punya uang. Untuk NgemPi pun harus dari warnet teknik yang tarifnya seribu perak per jam. Oleh sebab itu, saya sangat sensitif pada hal-hal yang berbau uang. Contohnya dalam memberi kado/hadiah/cinderamata.

Untuk membeli kado yang berkesan, tapi harganya tidak bikin pingsan, terpaksa saya harus main akal-akalan. Tidak mungkin saya beli yang mahal-mahal karena duitnya tidak ada. Kalau menabung pun berarti harus memotong jatah uang saku saya, yang sebenarnya sudah terlalu sedikit untuk dipotong.

Untunglah di buku "Bagaimana Memikat Gadis Secara Efektif" yang ditulis oleh Don Pedros dan diterbitkan CATA BOOKS, ada bab yang berjudul "Pemberian yang efektif bagi si dia tapi tidak mahal bagi kantong anda". Saya bersyukur karena ternyata walaupun buku ini menyebutkan bermacam hadiah berharga ekonomis, tapi kalo kita akal-akali bisa jadi gratis.

1. Bunga
Biarpun dianggap gombal, memberi bunga ternyata cukup efektif, kalau situasinya mendukung. Biasanya kalau ingin membeli bunga, kita harus pergi ke toko bunga. Sayangnya, harga bunga disana cukup mahal. Tidak sehat untuk kantong kita. Alternatif lain, kita beli bunga plastik saja. Di toko kertas atau minimarket. Harganya murah, cuma 1500 rupiah. Tapi kalo anda benar-benar gak punya uang (seperti yang sering saya alami), cukuplah petik bunga tetangga, berikan pada sahabat anda. Kalau dia bertanya :

"Kok bunganya kayak gini...?"

Anda jawab saja :

"Aku ingin memberi bunga, yang kupetik dengan tanganku sendiri, untukmu..."

HOEEKKSSS...., gombal memang, tapi kan gratis, gak perlu duit

2. Berikan Kalender Pribadi yang baru
Lingkari tanggal lahirnya dan tanggal-tanggal lain yang penting bagi dia. Lingkari juga tanggal lahir anda dan tanggal yang punya arti khusus buat anda berdua. Kalau dia lupa makna tanggal tersebut, anda bisa menjelaskan padanya, sekaligus memberitahu bahwa setiap detik yang anda lalui bersamanya, kan selalu terpateri dalam hati anda, takkan terlupakan. HOOEEKKSSSSSS....!!!!!!!!!!

Soal harga, mari kita akal-akali. Seperti yang kita tahu, kalender yang imut dan lucu harganya mahal. Karena itu, buat kalender sendiri saja. Beli kertas foto ukuran A4 (2000 perak), kasih desain yang cantik dan berkesan, lalu print. Kalau anda tidak punya printer, nebeng saja di tempat teman. Gak usah malu, yang penting irit.

3. Kumpulkan foto-foto dia, cari yang paling manis, lalu cetak dengan ukuran kecil-kecil (biar ngirit kertas dan tinta). Setiap kali anda mengirim surat, tempelkan foto tersebut.

4. Buatlah kartu undangan yang cantik. Kirimkan undangan tersebut untuk mengajaknya nonton, makan malam atau belajar bareng. Kalau mau irit, pake cara di nomor dua.

5. Sekali-kali kirimkan cemilan, kue, atau makanan lain ke kantor, rumah atau kost dia. Sertakan kartu cantik bertuliskan "From Your Best Friend". Tapi jangan sering-sering, mbok boros. Tapi kalau anda bisa ikut makan sih gak papa.

6. Daftarkan dia sebagai langganan majalah yang disukai (tapi pake duit anda sendiri) selama satu tahun. Kabarkan padanya pada saat yang tepat. Hal ini sangat efektif karena selama satu tahun dia akan rajin membaca majalah kesukaannya, dan tiap kali membaca dia akan ingat bahwa majalah itu hadiah dari anda, sebagai bentuk perhatian anda padanya. Tapi..., duitnya itu lho. Dia senang, kita meriang.

7. Pinjam bukunya (Cocok buat mahasiswa yang males nulis). Setiap kali mengembalikan, selipkan sesuatu yang "surprise" seperti stiker lucu, humor pendek yang anda gunting dari majalah, atau lainnya. Dia pasti senang. Lumayan lho, sudah gratis, eh bisa pinjem catetan pula. Asyik ya..

8. Kalau dia SMS menanyakan anda sedang apa, balas saja dengan :

"Lagi bikin puisi buat kamu"

Kalau dia ingin tahu, silahkan ketik puisi anda, lalu kirimkan padanya. Tapi kalau ternyata anda tidak bisa membuat puisi, tinggal nyontek di buku saja. Toh nanti dia gak sempat berpikir ttg orisinalitas puisi yang anda kirim. Bagaimana biayanya..? Lumayan murah. Anda cuma butuh 2 kali SMS (2 x 350 = 700 Perak). Kalau sesama kartu AS malah cuma 200 perak.

9. Terakhir, hadiah yang paling murah tapi juga paling efektif adalah pujian.

Cari saat yang tepat untuk memujinya (agar terlihat wajar, tidak dibuat-buat). Contoh : Saat main ke rumahnya dikala hujan, berkatalah bahwa anda merasa kedinginan. Biasanya tuan rumah akan berinisiatif membuatkan teh hangat. Nah setelah anda meminum teh tersebut katakan bahwa anda sudah merasa baikan, tidak lagi kedinginan. Lalu ucapkan terimakasih. Ingat, setiap orang akan merasa bahagia saat tahu bahwa ternyata dirinya begitu berharga.

Kalau dia juga menghidangkan roti/cemilan lain malah lebih bagus lagi. Pujilah betapa enaknya roti tersebut. Katakan pula bahwa keluarga anda pun pasti suka roti itu. Yaa..., siapa tahu kalau pulang anda dibekali roti. Atau tiap kali datang berkunjung dikasih roti yang lebih enak lagi. Lumayan, bisa makan gratis.

Yup, itulah kiranya bermacam hadiah yang berkesan tapi tidak membikin sekarat kantong anda. Tapi maap kalau rada gak nyambung, soalnya buku yang saya jadikan referensi adalah buku ttg teknik-teknik mencari pacar. Tapi tak apalah, toh tulisan ini sudah saya tambah-tambahi, lalu di sambung-sambungkan semau saya. Jadi gak persis seperti di buku. Sudah jauh berbeda.








Sabtu, 05 Mei 2007

Hantu, Dimanakah Dirimu...? - (Part Dua - Tamat)





Hikmah yang saya dapat saat menuntun motor adalah : Ternyata tubuh kerempeng ini sudah bertambah lemah, tidak sekuat dulu. Baru saja sampai perempatan selatan terminal, nafas saya sudah tersengal-sengal. Dan sesampainya di perumahan teluk, sudah sangat ngos-ngosan, padahal saya masih harus melewati tiga buah tanjakan. Di Perumahan Teluk, di Kelurahan Teluk, dan di Desa Karangnanas. Duh..

Setelah menuntun motor sekian lama, sampailah saya di dekat gang berhantu. Tubuh hampir pingsan, capeknya tak tertahankan, rasa takut yang tadi hinggap sirna secara perlahan. Tiba-tiba saya jadi marah. Tahu begini, mending duit yang 2000 perak tadi, dipake buat beli bensin saja, atau mie goreng biar punya tenaga, bukan malah buat ngopi-susu. Lagipula, kenapa si abang tukang mie pake ngajak ngobrol ngalor-ngidul segala..? Mengkritik seluruh mahasiswi yang hilir mudik di depan warung..? Toh mahasiswi-mahasiswi tersebut tidak salah apa-apa..? Dan lihatlah sekarang, saat capek begini saya masih harus berjalan melewati gang gelap yang ada kakek-kakeknya, juga warung bakso yang dihuni hantu wanita berjidat Louhan. Sialan.

Pokoknya saya capek, gak mau diganggu, gak mau dibikin tambah marah. Pokoknya kalo ada yang coba bikin marah, bakal tak pukul, tak ajak berantem, tak hajar, tak bantai, tak...

AARRGGHH..
.

Awas saja kalau nanti si kakek berani nongol, bakal tak lempar batu, tak gebuk pake kayu. Biar kapok, gak ganggu manusia lagi. Bayangin aja, udah capek nuntun motor, hampir pingsan, kehausan, perut keroncongan, duit kehabisan, eh, kok masih dijahili hantu pula.., apa gak kebangetan tuh..? Pokoknya awas..

Nah, tuh, lihat di depan sana, gang gelapnya sudah di depan mata. Tapi mana si kakek..? kok belum datang..? Ah, mungkin sebentar lagi dia muncul. Berarti saya harus siap-siap, begitu dia nongol, langsung pukul. Gak papa, jangan liat kalo dia udah tua, lha wong daku lagi marah kok, dia yang salah kok..

Akhirnya sampai juga saya di depan gang. Si kakek tetap tidak kelihatan. Jangan-jangan dia mau ngaget-ngagetin dari belakang. Wah, kalau begitu saya tetap harus waspada. Nanti kalau dia muncul, langsung balikkan badan, lalu hajar. Ha.. ha..

Tapi apa nyana, setelah jauh melangkah, si kakek tak kunjung memperlihatkan diri. Hm, mungkin dia benar-benar tidak datang. Mungkin sedang ikut arisan, kumpulan RT, atau kongkow-kongkow di kuburan. Ck, masa bodo.

Berarti sekarang tinggal menghadapi hantu wanita berkepala Louhan di warung bakso. Tapi kan gak etis ya kalo harus memukuli wanita..? Biarpun dia hantu..? Sangat tidak jantan..? Berarti nanti saya teriak saja. Yup betul, teriak saja :

"Tolooonnggg..., ada hantu wanita berjidat Louhaaann...!!!" Kurang lebih begitu ya..?

Tapi kok rasanya nanti teriakan saya terlalu panjang, tidak efektif, jauh dari efisien. Kalau begitu lebih baik disingkat saja.

"Toloonggg, ada hantu jidat Louhaaann...!!!" Nah, begitu kan lebih simple.

Tapi apa benar..? Jangan-jangan nanti penduduk yang mendengar teriakan saya jadi salah sangka. Dikiranya hantu itu berwujud ikan Louhan, bukan hantu wanita. Terus nanti saya diprotes habis-habisan.

"Mas, kalau minta tolong yang bener dong. Masak hantu wanita kok dibilang hantu Louhan..?"

"Soalnya biar ringkes mas. Toh jidatnya kan sama-sama mancung, mirip Louhan"

"Iya, tapi akibatnya kami-kami ini jadi salah sangka. Tadi kami lari kemari sambil membayangkan sesosok hantu berwujud ikan"

"Gak papa deh mas.., damai deh.., damai"

"Lho, gak bisa dong. Sudah jelas anda ini salah"


Trus, jangan-jangan nanti hantu wanita berjidat Louhan jadi bingung, lalu menyela :

"Mas, hantunya kan saya. Kok saya gak diapa-apain..?"

"Nanti dulu mbak. Urusan yang satu ini harus diberesin dulu. Yang bener yang mana..? Hantu wanita atau hantu ikan Louhan..? Lebih baik mbak duduk-duduk dulu di pojok sana. Kalau urusan ini sudah beres, mbak baru kami tangkap"

GUBRAK..!!!


Tuh, bingung kan..? Pusing. Mau minta tolong kok susah amat..? Ah, masa bodo nanti mau teriak apa, yang penting saya harus segera sampai rumah, lewat depan warung.

Dengan hati dag-dig-dug saya ayunkan langkah. Warung bakso sudah di depan mata. Jaraknya sepuluh meter lagi...
Sembilan meter...
Delapan meter...
Empat meter...
Dua meter...
Satu meter...

Dan ah..., inilah saatnya, saya sudah berada di depan warung, saya harus bersiap-siap teriak minta tolong. Tapi saya harus lihat kedalam dulu, mbok hantunya ganti, atau jidat benjolnya sudah sembuh. Lalu saya longokkan kepala kedalam warung,

dan...,
Lalu...

"Lho.., Kok hantunya gak ada...?"

Saya jadi bingung, garuk-garuk kepala. Saya longokkan kepala lagi, tapi si hantu tetap gak kelihatan. Duh, sialan. Kalo begini, buat apa tadi saya berpikir keras untuk mencari teriakan yang cocok, efektif, dan efisien agar tidak menimbulkan kesalahpahaman penduduk saat saya minta tolong dari gangguan hantu wanita berjidat Louhan..? Buat apa saya teriak kalau hantu nya saja tidak ada..? Buat apa sa...

Bah, kali aja tuh hantu lagi arisan, dugem, atau malah grogi gara-gara jidatnya diejek oleh saya dan adik saya. Ah, mana saya tahu.

Lima menit kemudian saya sudah sampai rumah. Setelah memasukkan motor ke garasi, menaruh helm, melempar tas dan melepas jaket, saya pun ambruk di depan TV. Mata berkunang-kunang. Badan serasa meriang.

Ibu saya, yang mulanya ingin marah, akhirnya merasa kasihan. Melihat anaknya yang kurus kering ini terkapar tak berdaya, kelelahan. Ngos-ngosan. Dan setelah beliau tahu bahwa saya habis menuntun motor dari terminal purwokerto sampai desa karangnanas, dengan lembut beliau pun berkata :

"Ibu buatkan teh hangat ya Gie.., kasihan kamu ini.."

Alhamdulillah, surga memang berada dibawah telapak kaki ibu.

Sedangkan dilantai atas mungkin adik saya sedang melihat saya dengan perasaan iri. "Kenapa kemarin aku diomeli..?"

"Ah, sebaiknya tubuh bongsor mu kau kuruskan juga dik.., HA.. Ha.. Ha..!!"





The End - No Continued



Jumat, 04 Mei 2007

Hantu.., Dimanakah Dirimu...? - (Part I)



Malam itu adik saya ngomel-ngomel. Dia baru saja dimarahi oleh ibu. Kenapa..? Karena dia pulang terlalu malam. Padahal dia hanya pamit untuk pergi sebentar, ke rumah tetangga, teman baik adik saya. Dan ibu, seperti ibu-ibu lainnya, langsung memberikan ceramah panjang lebar, tentang betapa pentingnya belajar sebelum tidur. Ceramah tersebut berlangsung lebih dari setengah jam, tanpa jeda.

Seusai mendengarkan ceramah yang isinya itu-itu saja, adik pun langsung meluncur ke lantai atas, menemui sang kakak berwajah tampan yang sedang asyik main game warcraft di dalam kamar. Dengan mulut berbusa-busa dia menceritakan kronologis keterlambatannya, yang kurang lebih seperti ini :



  1. Jam sembilan dia pergi ke tetangga lain RT naik motor

  2. Tuan rumah minta ijin untuk meminjam motor. Katanya mau beli mendoan buat sang tamu.

  3. Sang tamu (adik saya) mengijinkan. Walaupun dia harus ikut iuran beli mendoan.

  4. Setelah ditinggal begitu lama, tuan rumah kok belum balik-balik juga

  5. Pintu depan di dobrak, tuan rumah masuk dengan nafas ngos-ngosan

  6. Adik saya bertanya kenapa tuan rumah kok ngos-ngosan..? Dia juga bertanya, kok pulangnya gak bawa motor..? Ditinggal dimana..? Tapi tuan rumah diam seribu bahasa.

  7. Adik saya marah. Badannya yang segede gondoruwo bengkak itu langsung bertambah besar, terlihat begitu garang.

  8. Tuan rumah ketakutan lalu bercerita bahwa motor adik saya macet gara-gara kehabisan bensin di terminal Purwokerto. Terpaksa motor dia tuntun. Setelah berjalan cukup jauh sampailah dia di gang sempit yang begitu gelap, dikelilingi kebun bambu, dekat kuburan. Disana dia melihat kakek tua sedang berdiri bengong di pinggir jalan. Tuan rumah diam saja, dia berjalan melewati kakek tersebut sambil berkata "Permisi kek..."
  9. Tapi kemudian dia curiga. Di daerah situ tidak ada kakek-kakek berambut putih panjang, berjenggot putih panjang, berbaju putih panjang, semuanya serba panjang. Dia menengok melihat sang kakek, sang kakek menatap tajam padanya, tanpa ekspresi.

  10. Tuan rumah langsung lari ketakutan sambil tetap menuntun motor sampai depan warung bakso. Dia berhenti, beristirahat, lalu menarik nafas panjang sambil berkata "Fyuuhh..., selamaatt.., selamaatt..!!"

  11. Dengan iseng dia melihat ke dalam warung bakso. Ternyata ada seorang wanita yang sedang jongkok di lantai, arahnya menyamping mirip wayang kulit. Bajunya seperti gaun tidur, warnanya putih panjang, ramputnya hitam panjang, jidatnya benjol ke depan, seperti habis di ketok palu berbobot satu ton, mirip ikan louhan.

  12. Tuan rumah langsung lari lagi, lintang pukang, tanpa sempat berteriak minta tolong. Meninggalkan sepeda motor yang macet kehabisan bensin, tergeletak di pinggir jalan.

Nah, begitulah ceritanya. Adik saya langsung mangkel, masak cuma begitu saja kok takut. Secara sepihak dia meminta tuan rumah untuk pergi lagi, mengambil motor. tapi tuan rumah tidak mau, dia terlalu takut. Lalu adik saya menawarkan untuk pergi bareng, tapi tuan rumah tetap tidak mau.

"Lebih baik babak belur dipukuli kamu daripada harus ketemu hantu lagi". Begitu katanya.

Terpaksa adik saya pergi sendiri ke warung bakso, mengambil motor yang ditelantarkan dipinggir jalan, tanpa tuan. Untunglah, sesampainya disana, si hantu wanita sudah tidak ada.

Setelah bercerita seperti itu, adik lalu menatap tajam pada saya, saya menatap tajam pada layar komputer. Undead yang saya mainkan hampir habis dibantai oleh segerombol Human, saya nyaris kalah. Jadi tidak bisa berkonsentrasi mendengarkan cerita adik. Karena merasa dicueki, adik saya tambah jengkel, lalu ngeloyor pergi.

Tapi ternyata nasib memang begitu unik. Seminggu setelah itu, tepat malam jumat, saya pulang larut malam. Tadi di warung mie, abang pemilik warung mengajak ngobrol panjang lebar, jam 11 malam baru selesai, itu pun karena warung mau tutup. Sambil menembus dinginnya malam dan menikmati sepotong bulan di langit, saya melajukan motor jupiter merah melewati syahdu nya remang lampu di terminal Purwokerto. Hingga akhirnya, motor yang awalnya berbunyi...

"Ngung.., ngung.., MBERM..!!"

Tiba-tiba berubah menjadi...

"Jegluk.., Ceklek.., Jegluk.., Ceklek..!!".

Wah, jangan-jangan kehabisan bensin. Begitu batin saya. Dan benar saja..

"Ceker..., Glek.., Glek,," Mesin motor langsung mati.

Urgh.., sial. Kok bisa mati..? Huh, terpaksa saya harus menuntun motor menuju rumah.

Tapi tiba-tiba, begitu tiba-tiba, langsung terlintas di benak saya : "Kok mirip kasusnya teman adik saya...?" Motor mati di terminal baru, kehabisan bensin, harus dituntun. Lalu pulangnya harus melewati gang gelap dekat kuburan, dan warung bakso yang menyeramkan. Jangan-jangan....

Ah, positif thinking sajalah





To Be Continued to PART II