Kehidupan kadang mengherankan, aneh dan bikin takjub. Seringkali, seolah-olah, tanpa sadar, kita merasa dituntun pada suatu jalan yang harus dilalui, dimana jalan tersebut bisa merubah hidup kita. Minimal, memberikan sudut pandang baru
Contoh riil yang saya alami adalah, saat dengan sengaja dan penuh rasa-tidak-bertanggung-jawab saya ijin membolos dari kerja praktek di PLTA ketenger. Alasannya sederhana, karena minggu ini adalah saatnya Annual Inspection (inspeksi tahunan) terhadap generator PLTA unit I. Dan saat itu kami diharuskan untuk membuka, membersihkan, memeriksa, mereparasi atau mengganti komponen generator pembangkit. Sayangnya, komponen tersebut berukuran besar sekaligus berat, dimana saya tidak kuat untuk ikut angkat-mengangkat. Jadi, saat Annual Inspection generator unit I hampir selesai dilakukan, dan kami disuruh memasangnya kembali seperti sediakala, mental saya langsung turun ke tingkat terendah. Hal itu dikarenakan, selain karena tubuh saya yang berukuran kecil (tidak bisa dibandingkan dengan alat yang lebih gede dari timbunan gajah itu), juga karena kaki saya sedang menderita cidera. Dan sayangnya lagi, cidera tersebut diakibatkan oleh dua orang senior Lembaga Seni Beladiri Hikmatul-Iman tidak bertanggungjawab dimana mereka merupakan penghuni setia warung mie yang memerintahkan saya untuk latihan berkelahi. Dan saat kaki saya terluka lalu saya menyuruh mereka untuk ikut latihan agar terluka juga, dengan entengnya mereka menjawab "OGAH". Sialan.
Begitulah, dengan luka seperti itu, untuk berjalan pun saya harus terpincang-pincang, apalagi kalau harus ikut mengangkat dan memasang alat yang segede gaban. Jangan-jangan dalam Kerja Praktek kali ini, yang saya dapatkan bukan cuma ilmu, tapi pingsan sepanjang hari akibat mengangkat alat dengan kaki snut-snutan. Tapi bukan itu inti tulisan ini, yang jadi bahasan utama adalah peristiwa yang terjadi setelah saya pulang dari lokasi PLTA.
Begini, saat kerja praktek, ibu saya yang baik hati (walaupun galak) itu memberikan uang saku lebih, bukan hanya lima ribu perak yang niscaya akan habis buat beli bensin satu liter. Uang lebih itu sedianya digunakan untuk biaya makan saya disana, agar tubuh ini tidak terkapar loyo di PLTA. Nah, tapi berhubung saat itu saya membolos dan pulang lebih cepat, uangnya saya gunakan buat Online saja, makan siangnya kan bisa dirumah. Haha, cerdas ya..?
Nah, masalahnya, sesampainya di warnet (entah kenapa ada dorongan amat kuat yang seakan menuntun saya untuk pergi ke warnet) dan membuka YM, tampaklah tiga ID yang saya kenal. MP'er dari yogya yang jago bikin puisi, MP'er sumatera yang lagi cidera kaki, serta MP'er Purwokerto yang lama tidak menunjukkan diri. Itukah yang istimewa..? Ya. Karena MP'er yogya yang biasanya nongol hari senin dan selasa kok tiba-tiba muncul hari rabu. MP'er Purwokerto muncul tak terduga, dan MP'er Sumatera (yang sejak di add YM nya gak pernah nongol sekalipun) tiba-tiba statusnya jadi available, bukan I'am on SMS seperti biasanya.
Dan hebatnya lagi, obrolan yang dilakukan, biarpun awalnya membahas hal yang amat berbeda, ujung-ujungnya kok mengarah ke pokok bahasan yang sama :
1. Dengan MP'er Jogja saya memamerkan kehebatan saya dalam mendapatkan ijin membolos Kerja Praktek, lalu tentang libur kuliah, lalu tentang shift kerja dan entah kenapa mengarah ke pokok bahasan tentang fenomena menggombal. Yang seperti telah diketahui bahwa gombal-menggombal biasa digunakan untuk melakukan PDKT yang niscaya ujung-ujungnya mengarah ke pencarian JODOH.
2. Dengan MP'er Purwokerto, awalnya tentang warnet, lalu mengarah ke puisi, lalu ke pacar, lalu kalau seandainya diteruskan mengarah ke JODOH juga
3. Dengan MP'er Sumatera malah lebih aneh lagi. Dari obrolan bisnis, usaha, cidera kaki (ternyata kaki kami sedang sama-sama cidera lho, kompak ya..?), lulus dan wisuda, tapi kok bisa-bisanya mentok ke pertanyaan "Kapan Nikah?". Ck, lagi-lagi soal JODOH
Nah, anda lihat sendiri kan..? Seolah-olah Tuhan telah memberi rambu-rambu teramat jelas bagi saya untuk mengikuti arah yang ditunjukan-Nya agar saya bisa membolos Kerja Praktek (sebenarnya bukan membolos, tapi meminta ijin untuk pulang lebih awal yang hukumnya legal), disuruh mengorbankan uang saku untuk ke warnet, lalu bertemu dengan teman-teman MP'ers tercinta dan setelah ngobrol ngalor-ngidul entah kemana, ujung-ujungnya dimentokkan ke urusan JODOH.
Akibatnya, sepulangnya, sepanjang perjalanan, saya meresapi obrolan tersebut di atas motor jupiter-Z merah buatan tahun duaribu empat yang Alhamdulillah cicilannya sudah lunas. Dari hasil proses peresapan tersebut (yang jujur saja, prosesnya amat ngawur dan amburadul), saya menemukan sudut pandang baru berkaitan dengan jodoh. Meliputi PDKT (gombal-gombalan), pacar, serta istri.
Kehebatan lainnya adalah, tepat jam tiga, saat duit di kantong sudah menipis, secara serentak kami berpamitan. MP'er jogja jadwal OL nya hanya sampai jam tiga. MP'er Sumatera ada pekerjaan lain. Sedangkan MP'er purwokerto entah lagi sibuk apa. Dan ketika saya membayar ke kasir sebanyak empat ribu tiga ratus perak (tadi pagi juga ol dan habis dua ribu dua ratus) yang bila dijumlahkan tepat enam ribu limaratus, tapi kok tumben-tumbennya uang itu saya serahkan dengan lapang dada. Padahal biasanya kalau harus membayar lebih dari tigaribu, hati kecil saya ngomel-ngomel gak karuan.
Bahkan, kalau mau yang lebih hebat, tulisan di alinea yang ini, sebenarnya hanya tambahan saja. Kenapa..? Karena semalam, saat saya sedang menuliskan hal ini, bumi tiba-tiba berguncang sehingga saya harus melarikan diri dengan kabur ke lantai bawah, memperingatkan seluruh keluarga bahwa sedang ada gempa, lalu lari keluar rumah. Jadi, andaikan saat itu saya sedang tidur (bukan memelototi monitor) mungkin saya tidak akan merasakan gempa bumi.
Fyuuhh, hari ini memang hari yang hebat. Tapi anu, pak supervisor PLTA Ketenger, maaf ya.., nanti kalo kaki saya sudah sembuh saya gak akan ijin-ijin lagi kok, bener deh pak..
Purwokerto, rabu delapan Agustus nol tujuh
Saat sisa uang di kantong tinggal dua ribu perak
togie de lonelie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar