Selasa, 26 Februari 2008

Jin yang aneh

 

Malam ini daku duduk ditengah ruangan, dikelilingi oleh empat pemuda berusia dua puluhan plus adik daku (masih 17 tahun). Para pemuda itu ingin menjajal kesaktian batu bertuah yang konon bisa membuat kita tidak mempan ditembak.

Sebenarnya, batu tersebut hanya batu biasa, bukan terbuat dari bahan istimewa. Namun konon, batu tersebut sakti karena ada Jin yang menghuni di dalamnya. Itulah alasan kenapa saat ini, detik ini, daku duduk ditengah-tengah mereka. Daku ingin adu ngeyel dengan sang jin penunggu batu.

Islam mengajarkan bahwa kita harus membatasi interaksi dengan Jin sebab kita tidak bisa memastikan benar-tidaknya kata-kata si Jin. Banyak yang mengaku sebagai arwah orang mati, roh ini, penguasa itu, tapi setelah diminta memberikan bukti, mereka tidak mampu. Banyak pula yang mengaku beragama islam akan tetapi setelah diberi penjelasan bahwa mereka tidak boleh merasuki manusia, mereka marah lalu main ancam. Kehilangan nuansa islamnya.

Daku geram dengan Jin-jin semacam itu. Yang sukanya mengaku-aku, membual, mengobral kata, membohongi umat manusia. Daku menunggu saat dimana bisa melabrak mereka. Mematahkan argumen ngaco mereka, lalu membuktikan bahwa kata-kata Jin tidak boleh langsung dipercaya. Banyak yang mengagung-agungkan kaum Jin. Menganggap Jin lebih hebat dari manusia. Orang semacam itu biasanya tetap ngeyel biarpun diberi penjelasan berupa dalil. Mereka hanya bisa ditakhlukkan oleh bukti. Menurut daku, ini adalah saat yang tepat untuk memberi mereka bukti.

Oleh para pemuda, si jin diminta merasuki seseorang diantara kami. Dan dari wangsit yang mereka terima, hanya satu orang yang diinginkan oleh si jin. Orang tersebut berwajah purnama, bermata kaca, bertubuh penuh cahaya, namun dompetnya tipis. Ya benar, tidak salah lagi, orang itu adalah daku. Mereka meminta kesediaan daku yang sedang teringat pada surat An Nas.

  1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia
  2. Raja manusia
  3. Sembahan manusia
  4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi
  5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia
  6. Dari (golongan) jin dan manusia.

Berhubung yang dikatakan oleh Alquran pasti benar maka daku mengiyakan permintaan tersebut. Sebab daku yakin, bila berlindung sepenuhnya kepada Allah, pasrah kepada sang pemelihara dan penguasa kita, raja kita, sesembahan kita, si Jin tidak bisa merasuki tubuh kita. Karena islam melarang kita (jin dan manusia ini) saling rasuk-merasuki.

Singkat cerita, daku duduk di tengah dan salah seorang pemuda berkomat-kamit sambil konsentrasi memanggil jin penunggu batu. Perlahan tangannya mengejang, mengejang, semakin mengejang, hingga lama-lama tubuhnya bergetar hebat. Daku tetap duduk diam. Hati daku berkata : “Peduli amat”

Disinilah masalahnya. Saat itu, melihat tubuh temannya bergetar makin hebat, salah seorang pemuda berteriak

"Lepas mas.., lepas..!!"

Daku bingung, apa yang harus dilepas..? Baju..? Celana..?

Lalu

Duaarr...!!!

Si pemuda jatuh ke belakang, lalu bangkit. Ada yang aneh, dia seperti bukan pemuda yang tadi. Sebab tangannya tiba-tiba bergerak-gerak seperti sedang menari, mirip wayang orang.

"Ono Opo..??"
(Ada apa..?)

Dia bertanya dengan suara serak berwibawa. Seperti kata daku, mirip wayang orang.

"Assalamu'alaikum mbah" Sapa salah seorang pemuda

"Wa'alaikum salam. Sopo iku..? Sopo..? GRRRHHH..!!"
(Wa’alaikum salam. Siapa itu..? Siapa..? GRRRHHH..!!).

Si mbah marah. Telunjuk kanannya menuding-nuding daku.

"Aku ora sudi. Ora sudi. Wong iku kotor, nganggo anggon-anggon. Kotooorrrr..!! Uculi.., cepet uculi...!!"
(Aku tidak sudi. Tidak sudi. Orang itu kotor, memakai anggon-anggon/pegangan. Kotorrrr..!! Lepas. Cepat lepas…!!)

Glek..!!

Daku tambah bingung. Nganggo anggon-anggon..? Memangnya daku memakai apa..? Apa salahnya memakai baju dan celana..? Bukankah manusia memang harus berpakaian..? Kenapa disuruh melepasnya..? Aneh benar si mbah ini..?

"Mas.., cepat dilepas. Mas pake jimat kan..? Si mbah marah. Sebab jin yang menguni jimatnya berjiwa kotor"

Nah.., kan..? Tambah aneh kan..? Jimat apanya..? Daku gak punya jimat kok..?

"Grrrhh..., Grrhh..!!"

Si mbah menunjuk-nunjuk pinggang daku. Si pemuda mudheng dengan maksud mbah, beda dengan daku yang tetep bingung. Ingin rasanya bertanya pada si mbah, tapi daku takut mbok si mbah marah. Bukan mbah nya yang ditakuti, tapi keributan yang nanti bisa terjadi. Bila marahnya sambil berteriak-teriak, seisi rumah bisa geger. Bahkan para tetangga bisa ikut geger. Berdatangan. Lalu daku disalah-salahkan. Dianggap telah membuat si mbah marah, membuatnya berteriak-teriak dan mengganggu ketenangan warga. Padahal daku bukan orang situ. Ah, andai tadi main rasuk-rasukannya di lapangan saja.

"Mas.., sabuknya dilepas. Itu jimat mas"

What..??

Rona wajah daku berubah, daku melongo. Sabuk..? Jimat..? Kok bisa..?

"Gus.."

Tanya daku pada si bagus sambil melepas sabuk. Dia juga bingung.

"Sabuk ini kamu yang beli kan..? Bukan jimat kan..?"

Bagus menggelengkan kepalanya

"Bukan Gie. Lha wong belinya di toko kok, tujuh ribu limaratusan."

What..??

Rona wajah daku tambah berubah. Tujuh ribu limaratus..? Seorang mahasiswa tampan memakai sabuk yang harganya tujuh ribu limaratus..? Berani-beraninya adik daku membelikan sabuk yang harganya segitu..? Padahal sabuk dia dua kali lebih mahal. Pikirnya dia lebih tampan dari daku apa..?

"Nih mas.."

Daku serahkan sabuk pada si pemuda. Si pemuda menyerahkan pada si mbah. Si mbah memegang sabuk sambil memerankan tokoh wayang orang.

"Hmmm, hmmm.."

Beliau (Akhirnya daku tahu bahwa nama si mbah adalah patih Projosekti yang berhubung berstatus sebagai pejabat maka sesuai etika harus dipanggil dengan sebutan "beliau") menjampi-jampi sabuk daku.

"Iki sabuk wis tak bersihno. Sabuk iki elek, duwe kharisma nggo narik jin-jin sing wateke elek. Mriki, nek purun, sabuk iki arep tak isi kekuatan putih. Sing bersih, sing apik. Nek ora, lewih becik dibuang wae. Hmm.., hmm.."
(Sabuk ini sudah aku bersihkan. Ini sabuk jelek, punya kharisma untuk menarik jin-jin berwatak jelek. Sini, kalau mau, sabuknya aku isi dengan kekuatan putih. Yang bersih, yang baik. Kalau tidak, lebih baik dibuang saja)

"Maksudnya apa mas..?"

Tanya daku pada si pemuda yang tadi menyerahkan sabuk pada si "beliau"

"Sabuk kamu mau diisi dengan kekuatan putih"

"Jin..?" Daku bertanya lagi

"Iya, boleh..?" sambungnya

"Ogah..!!"

Lho..??

Begini. Bukan sok alim, sok pamer atau sok sakti sehingga merasa tidak butuh kekuatan jin. Tapi tanpa harus sakti pun daku memang tidak membutuhkannya. Daku ini manusia, hidup sebagai manusia, mati pun tetep manusia. Sebagai manusia, daku dilarang meminta pertolongan kepada Jin. Dibatasi agar tidak terlalu berinteraksi dengan Jin (kecuali kalau Jinnya mengganggu, harus dihajar, digebuk, dipukuli). Makanya dengan keyakinan penuh, daku menolak tawaran tersebut.

"Kalau begitu sabuknya dibuang saja mas. Mbok nanti dihuni oleh jin jahat"

Tunggu sebentar. Dibuang..? Maksudnya, sabuk yang dibeli oleh adik daku dengan harga tujuh ribu limaratus ini harus dibuang..? Gila apa..? Emang belinya pake daun..? Emang nyari duit itu gampang..? Emang si "beliau" gak tahu betapa susahnya mencari uang..? Kok seenaknya nyuruh sabuk ini dibuang..? Gak bisa. Pokoknya gak bisa. Daku gak rela.

"Nggak papa mas. Lebih baik sabuknya dibiarkan seperti apa adanya. Jangan diisi jin apa-apa, juga jangan dibuang"

"Bener nih..?"

"Bener"

Ya, benar. Tidak apa-apa. Toh selama ini, sabuk itu tidak pernah mengganggu daku. Tapi malah membantu. Disaat daku jarang makan sehingga tubuh makin kurus yang membuat celana daku kedodoran, sabuk itulah yang mengikat erat pinggang daku. Membuat celana daku tetep pas. Jadi menurut logika, si sabuk tidak salah apa-apa.

"Ya sudah.."

Akhirnya, setelah para pemuda mengobrol panjang lebar dengan si "beliau" berkaitan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi biar batunya bisa bertambah sakti, si "beliau" pun pergi. Tapi terlebih dahulu, dia menyembah cincin yang tergeletak di tanah, milik salah seorang pemuda.

"Putri rengganis, kulo nyuwun pamit. Menawi kulo sempet lepat, kulo nyuwun pangapuraning kanjeng putri"
(Putri Rengganis, aku mohon pamit. Kalau tadi aku salah, mohon kanjeng putrid sudi memaafkan)

Bussshh..!! Pemuda yang tadi dirasuki tersadar kembali. Tubuhnya kecapekan. Nafasnya ngos-ngosan. Lelah, berkeringat.

Di pihak lain, mahasiswa tampan melilitkan sabuk ke pinggang kurusnya. Dia marah, mangkel. Hatinya nggerundel.

Nyuruh mbuang sabuk..? Enak aja. Jin sialan. Gak tahu kondisi perekonomian manusia. Disaat banyak orang kelaparan, dia malah nyuruh daku membuang sabuk..? Awas, nanti kalau ada rasuk-rasukan lagi, daku mau protes pada si "beliau". Daku mau bilang bahwa sabuknya rela tak buang asal "beliau" bisa ngasih ganti rugi. Entah tujuh ribu limaratus atau berapalah. Pake mata uang negeri jin juga gak papa. Nanti tinggal di kurs kan ke rupiah. Biar daku bisa beli sabuk lagi, yang baru.

"Gie.., kenapa..?" Tanya bagus

"Hehe, gak kenapa-napa"

Tiba-tiba daku jadi ragu. Bolehlah nanti para pemuda main rasuk-rasukan lagi. Bolehlah yang diundang si "beliau" lagi. Bolehlah daku diajak ikut nonton permainan mereka lagi. Bolehlah si "beliau" memilih tubuh daku lagi. Boleh pula, agar bisa dirasuki, sabuk ini daku lepas dulu. Tapi masalahnya, kalau saat itu daku tetep yakin pada surat An-Nas, bahwa kita harus berlindung kepada Allah, bahwa main rasuk-rasukan itu tidak boleh, bahwa mengharap bantuan jin itu tidak ada gunanya sebab merasuki tubuh daku saja tidak bisa apalagi kok membuat kita kebal peluru, si jin malah mencari alasan lain.

Bisa saja dia berkata bahwa biarpun tidak menggunakan sabuk tetapi daku masih pake jimat. Lalu dia bilang bahwa celana jeans daku adalah jimat. Baju daku adalah jimat. Jaket daku adalah jimat. Bahkan celana dalam juga jimat. Takutnya, jangan-jangan, nanti si jin berkata :

"Pokoknya mahasiswa tampan ini dikelilingi jimat. Jadi agar bisa kesurupan dia harus telanjang bulat."


Nah, loch..!!!


14 komentar:

  1. oo.. batu kuburan itu, ya?
    btw, mahasiswa tampan itu namanya siapa, gie?

    BalasHapus
  2. Haha, dari keyword nya, rasanya sudah tidak perlu daku jawab lagi

    Bukan batu kuburan mbak, tapi batu akik
    Gak tau dapetnya darimana
    Tapi akhirnya, batunya tak minta
    Mo tak asah pake kikir terus tak jual
    Soalnya kayaknya kilapnya bisa bagus
    Mungkin bisa laku mahal
    Lumayan, bisa buat beli semen, buat mbenerin mushalla rt sebelah
    Biar cepet jadi, cepet bisa dipake

    *Pernah lihat di toko, batu semacam itu, yang kurang baguspun harganya dua puluh lima ribu.

    BalasHapus
  3. Bukan cuma aneh mbak, tapi juga keterlaluan
    Untung yang disuruh dibuang cuma sabuk daku
    Coba kalo sekalian kulkas, tv, kipas angin, motor vespa, dan semuanya
    Kalo dituruti, bukan bikin kita sakti, bisa-bisa malah melarat
    Jadi manusia tak berharta

    *kebangetan

    BalasHapus
  4. Wahh.....kapan2 klw ngundang jin mbok yao dari luar jawa aja, biar diriku dan dirimu tau watak jin2 dari luar jawa.......

    BalasHapus
  5. Ngundang2 Jin kan katanya gak boleh bang
    Daku ada disitu juga gara-gara diajak nonton. Gara-gara pingin protes
    Btw, tulisan ttg "MUKJIZAT" nya ada lanjutannya..?
    Daku lg tertarik, pgn baca ttg itu

    BalasHapus
  6. Tuh kan nagihnya disini juga.........bukan apa2 mas, cuman lagi males klw posting tentang ajaran agama yg bertaraf serius tapi ana sendiri belum final dalam memahaminya.....apalagi di ruang MP-kayak gini, ana masih belajar merangkai kata plus maknanya........peace!

    BalasHapus
  7. Haha.., peace juga ah
    Sebenernya dulu Tarmo pernah nanya2 ttg mukjizat
    Waktu pak ustadz bilang bahwa yang namanya mukjizat itu hanya perumpamaan
    tongkat nabi musa yang membelah sungai nil hanya perumpamaan. yang sebenarnya adalah islam membelah kekufuran (atau apalah, lupa)
    api yang membakar nabi ibrahim, ikan paus yang menelan nabi yunus dll juga sama
    tapi berhubung daku gak bisa jawab, pinginnya sih, mo copy paste aja berikut reply2nya lalu tak kasihkan tarmo

    BalasHapus
  8. hahaha dibakar aja biar jinnya ga ngibul lagi....................emmmmmmmmmmmm dengan ruqyah Syar'iyyah bacaan ayat Kursi tentunya........

    BalasHapus
  9. Tapi kalo si jin teriak-teriak terus mengganggu tidur lelap para tetangga..? (waktu itu jam 12 malem) gimana bang..?

    BalasHapus
  10. cari waktu yang Pas untuk ngerjain orang yang suka maen "mediumisasi". Sahabat saya dulu di yogya pernah ngerjain orang yang suka maen mediumisasi, ketika dia hendak memanggil jinnya, sahabat saya itu membaca secara secara pelan ayat Kursi, akhirnya ditunggu-tunggu ampe lama jinnya ga masuk-masuk hehehe.

    juga ketika mediumisasi berjalan (jinnya ngomon melalui media orang yang dirasukinya) baca juga ayat Kusi secara pelan, niscaya dijamin jinnya berucap "puanas..puanas..." dan kita pasti dianggap sakti hehehe

    BalasHapus
  11. U/ NISCAYA, dijamin dan PASTI

    Kita tidak bisa menjamin apakah jin itu akan berkata "PANAS" bukannya "GERAAHH..". Juga MEMASTIKAN diri kita akan dianggap sakti

    *Untung nulisnya di reply ato blog, bukan di buku

    BalasHapus
  12. hua..ha..ha.. saya bacanya sambil ketawa2 sampe sakit perut mas! itu jin apa pemain ketoprak sih? bener mas.. kita adalah pemilik sah tubuh kita sendiri, kalo si jin itu mo masuk, langkahi dulu mayatku!

    BalasHapus
  13. Kyaaa...!!!!

    "langkahi dulu mayatku..!!!"

    KEREEENN...!!!

    BalasHapus