Senin, 21 April 2008

Benda-benda Mati Itu..

 

Pria kurus itu terkapar diatas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar berwarna putih. Dia menarik nafas panjang, menghirup udara malam yang bertiup masuk lewat lubang jendela.

Sepi..,

Di dinding kamar, tertempel jam warna merah yang didapat saat arisan keluarga. Jam itu mati kehabisan baterai.

Kesunyian terus berlanjut. Kali ini matanya menatap selembar sterofoam biru tua. Tepat dibawah jam dinding. Disana tertempel foto wisudanya jutek, foto anak-anak teknik, kartu ucapan ulang tahun, karcis bioskop, sticker Warung Ndeso, sesobek kertas berisi hadits nabi, serta dua lembar surat penuh kata-kata cinta. Kertas-kertas mati itu seolah mengajak si pria berdialog. Dengan mereka, dengan diri sendiri.

"Kenapa kau tempel kami disini..?"

Benda-benda mati itu bersuara

"Sebab kalian tidak bisa kutempel di hatiku."

Pria itu menanggapi perkataan mereka

"Pada tubuh kalian, aku bisa melihat kilasan peristiwa yang pernah kulalui dalam hidup. Aku ingin mengabadikan peristiwa itu."

"Kau.., foto wisudanya Jutek. Dulu aku mengambil gambarmu pada saat kau membunuh statusmu sebagai mahasiswi. Kau adalah pertanda bahwa terkadang nasib tidak bisa ditebak. Bahwa orang yang saat kuliah pernah berdoa agar setelah lulus tidak bekerja menjadi guru, sekarang malah dibelelenggu kewajiban untuk mengajar di sebuah SMP swasta."

"Kau tiket bioskop. Kamu mengajariku tentang arti penting perjuangan. Sejak bumi ini diciptakan, tak seorang pria pun bisa mengajak si Jutek nonton film di bioskop. Tapi aku.., sekali lagi, aku.., berhasil mengajaknya. Walau untuk itu aku harus bekerja keras mengumpulkan uang sebab dia ingin aku membeli tiket dengan uang yang kudapat sendiri, dari tetes keringat sendiri, bukan minta orang tua. Sama seperti dirinya yang bekerja membanting tulang mencari nafkah. Dan lihat, aku berhasil mengumpulkannya. Kaulah bukti kerja-kerasku saat itu."

Kartu ulang tahun yang kubuat sendiri. Kau membuatku melupakan cita-citaku menjadi pelukis. Kau adalah bukti nyata bahwa aku seorang perusak dunia seni rupa. Akulah sang manusia buta warna, buta keindahan, buta rasa estetika. Kau kartu ulang tahun yang gagal produksi. Kau kutempel disana sebab terlalu jelek untuk diberikan kepada mahluk manapun.”

"Foto anak-anak teknik. Kau simbol dari rasa persahabatan kami. Mereka pernah menginap di villa untuk merayakan ulang tahunku. Hingga kami (yang terdiri dari 11 orang ini) bisa menghabiskan malam bersama, penuh rasa kebersamaan. Bahkan saking bersamanya, saat pergi ke lokawisata Baturaden, tiket masuknya dibeli secara patungan."

"Lalu Sticker Warung Ndeso. Kau menandakan bahwa orang miskin pun bisa bersenang-senang di tempat mewah. Aku pernah mengajak teman-teman merayakan ulang tahun. Aku mengajak mereka makan di Warung Ndeso yang terkenal itu. Padahal duitku tak seberapa. Haha, tak aneh bila akhirnya, saat membayar, teman-teman rela menombok kekurangannya. Duaratus ribu lebih."

"Dan surat cinta..? Sebenarnya aku tak tahu harus menamaimu apa. Tapi kata si penulis, berhubung aku memberinya tulisanku tentang vespa (yang kusebut sebagai surat cinta), dia pun membalas tulisanku. Dia namai sebagai balasan surat cinta. Aneh, tapi isinya bagus. Kau kutempel disini sebab dalam dirimu terkandung makna tentang cinta. Sebab vespa adalah cinta"

"Terakhir, hadits nabi. Allah mengangkat orang berilmu lebih tinggi satu derajat. Aku jadi teringat pada tulisan-tulisanku. Hampir tak ada ilmu di dalamnya."

"Itulah sebabnya kenapa aku menempel tubuh kalian. Sebagai bentuk penghargaan atas budi baik teman-temanku. Sebagai ungkapan rasa terimakasihku kepada mereka. Agar aku selalu ingat pada mereka, mendoakan mereka, membalas segala kebaikan mereka."



Pria itu masih memandangi sobekan kertas yang tertempel di sterofoam. Entah tuk berapa lama

6 komentar:

  1. adekku yang diyogya juga punya kelakukan yang mirip gie, dia selalu menyimpang tiket dan foto2 yang ada kenanganbuat dia..hanya saja bedanya dia jago gambar :D

    BalasHapus


  2. hmm... nice bro...
    deep bngt

    jadi keinget waktu di kosan, berapa kali pindah
    selalu aja ada stereofoam, dan foto2 yang tertempel disana, tanda2 panitia, semua tulisan dari temen2 dan segala macam memorabilia
    Karena aku percaya semua benda diciptakan bukan dengan sia2
    Seremeh apapun dia pasti mengusung makna sebuah eksistensi

    BalasHapus
  3. Mbaaak....!!!

    Jangan ungkit kenyataan itu

    PLEEAASSEEE..!!!

    BalasHapus