Senin, 08 September 2008

Menikmati Derita

Malam ini, kami kembali berkumpul

Dengan raut muka kusut, rambut semrawut, kantong tak berisi

Mata kami tertuju pada setumpuk roti bungkus, cemilan, minuman ringan, dan berbagai hidangan lain yang semuanya dijual, tak mampu kami beli

Sedang rokok yang kami hisap didapat dari bapak-bapak yang kebetulan duduk didekat kami

Itupun dikasih setelah beliau kami tatap dengan sinar mata penuh hasrat yang tak bisa digoyahkan oleh artis cantik di layar televisi sekalipun

 

 

Malam ini, anggota klub jomblo sudah jauh berkurang

Akibat ketidak-matangan kami dalam membuat prinsip

 

 

Sejak pertama

Kami ingin bisa tegar menghadapi kemelaratan, ketakutan, kelaparan, serta penolakan para wanita.

Bisa tersenyum menghadapi hidup

Merubah keluh kesah menjadi harap dan doa

Merubah tangis menjadi tawa

Dengan cara yang benar dan tak bertentangan dengan ajaran agama

Tanpa alkohol, cimeng, gadis murahan yang bisa didapat tanpa harus keluar duit (cukup dengan kata-kata gombal semata), atau yang sejenisnya

 

 

Kami telah melakukan berbagai hal untuk mewujudkan keinginan itu

 

 

Saat nasi di rumah habis sedangkan kami tak punya uang untuk membeli makanan, kami mengadakan acara bakar singkong

Untuk membina diri bahwa hanya Allah yang boleh ditakuti, kami nekat melakukan uji nyali ke pohon keramat, kuburan angker, maupun tempat-tempat wingit

Agar tidak grogi menghadapi lawan jenis, kami selalu ber "say hello" kepada tiap gadis manis - walau selalu diacuhkan

Dan untuk membuktikan sampai dimana batas ketahanan tubuh dan mental kami pernah nekat membabat kebun yang penuh pohon liar dan semak belukar agar bisa ditanami - TANPA DIBAYAR


 

Akhirnya, kami berhasil merubah penderitaan menjadi hal yang patut dinikmati

Sebab kami menganggap, penderitaan adalah layaknya baju yang selalu melekat di tubuh kami

Harus ada dan tak bisa dihilangkan

Hanya bisa diterima, dijalani, atau disyukuri

Kempesnya kantong celana tak lagi membuat kami sedih

Tiadanya pekerjaan tak membuat putus asa

Menjauhnya kaum hawa tak perlu lagi dipikirkan

Alkohol tak pernah menjadi ajang pelarian

 

 

Tiap berkumpul, selalu ada yang mengutarakan cita-citanya

Keinginan yang ingin dicapai, harapan terhadap hari esok, dan usaha untuk meraihnya

Itulah yang menyebabkan hubungan diantara kami menjadi begitu erat

Apalagi saat itu masih ada Tarmo yang menjadi ikon pemersatu

 

 

Sayang, ada satu hal yang kami lewatkan

Yang beberapa diantara kami tidak siap menghadapinya

Yaitu - KEBERHASILAN DAN KELIMPAHAN RIZKI

 

 

Ya, walaupun kami bisa bertahan saat dicobai dengan berbagai kesulitan

Namun belum tentu terjadi hal yang sama bila dihadapkan pada kesenangan dunia

 

 

Seiring berjalannya waktu, satu persatu,

Beberapa diantara kami berhasil memperoleh pendapatan tetap

Punya gaji berlebih

 

 

Satu persatu pula, mereka menggunakan uang yang didapat untuk menikmati berbagai kesenangan

Buang-buang pulsa, mendekati banyak gadis sekaligus, bahkan mabuk-mabukan dengan sebegitu seringnya

Bila uangnya habis, mereka kembali bergabung bersama kami agar bisa mendapat rokok, makanan, dan minuman gratis lalu saat sudah punya uang mereka pergi lagi

Bahkan, adapula yang karena sebegitu terikatnya pada pola hidup hedonis - terutama alkohol, jadi nekat menipu dan mencuri

 

 

Sungguh, mereka seolah lupa

 

Betapa dulu, mereka pernah menghabiskan waktu untuk membakar singkong karena tak punya uang untuk beli makanan

Uji nyali ketempat keramat agar hanya Allah semata yang boleh ditakuti

Membabat kebun angker penuh hantu dan semak berduri demi meneguhkan hati

Terkapar kelelahan dengan peluh kosong sambil berbagi cerita tentang harapan dan cita-cita bila sukses kelak

Melakukan apa yang boleh dan menjauhi yang tidak

 

 

MEREKA MELUPAKAN SEMUA ITU

 

 

Kini, hanya kami lah yang tersisa

Tetap dengan berbagai atribut kegagalan yang melekat pada kami

Kekurangan uang, pulsa selalu limit, jauh pula dari wanita

Tapi, dengan segala kondisi hina ini, kami justru bersyukur

Sebab mungkin saja, kami dibuat menderita karena Allah masih menyayangi kami

 

 

Dia tahu bahwa kami tidak siap dengan kesuksesan mendadak

Tidak ingin kami bernasib seperti mereka, yang telah mengawurkan diri mendahului kami

 

 

 

 

Reuni para jomblo

Usai tarawih

6 komentar:

  1. klo dah ngerasain susah harusnya inget klo dah sukses biar ga salah jalan ya :)

    BalasHapus
  2. wah kata2nya semakin matang aja bro
    semakin perih menggambarkan kehidupan kaum marjinal
    i feel dat way too even in d different perspective

    keep writing yo
    tapi kalo bisa dikit2 biat nggigit dan legit
    kan yang sedikit selalu bikin penasaran hahaha

    BalasHapus
  3. Siapkan diri untuk jd orang sukses!!! Berjuang!!!

    BalasHapus
  4. Iya, ini sedang dicoba bang
    Tapi, ya, masih banyak kekurangannya

    *Ajarin dong..

    BalasHapus
  5. Siapkan diri juga untuk gagal

    *Bersiap untuk keduanya

    BalasHapus