Kamis, 25 Januari 2007

Ceramah Sang Ustadz Mahasiswa

 


 


Ustadz mahasiswa melajukan mobilnya dengan cukup kencang, dia akan memberikan ceramah di kampung yang terletak jauh di pedalaman hutan. Setumpuk catatan tergenggam erat di tangannya, berisi materi yang akan dia sampaikan. Yup, materi khas mahasiswa, dosen dan kaum terpelajar lainnya. Mengenai Fiqh Kontemporer, Tafsir Hermenutika Modern, Teori Konspirasi, dan Ambiguitas Konsep Liberal.


 


"Masyarakat pedalaman harus berpikiran terbuka dan berwawasan luas, agar dapat lebih mengenal dunia". Itulah pikiran yang tertanam di kepalanya.


 


Detik berlalu, menit berganti. Walaupun mobil sedan tidak mungkin dapat menjangkau daerah pedalaman, tapi kita anggap saja bahwa ceramah sudah dimulai. Surau kecil yang biasanya penuh semakin bertambah sesak saja. Kaum muda dan bapak-bapak duduk di barisan depan, kagum atas kefasihan bertutur sang mahasiswa. Para gadis duduk berjejer tepat dibelakang barisan bapak, entah karena alasan apa. Mungkin tertarik pada isi ceramah, ataukah pada si pemberi ceramah itu sendiri. Dan kaum yang lain terpaksa terpinggirkan di halaman surau karena kapasitas tempat yang tidak mencukupi.


 


Ditengah suasana khidmat, untaian kata mutiara mengalun dengan indah. Sayangnya, mutiara tersebut diimpor dari luar negeri, dikemas dalam kemasan berlabel english serta berbau western. Yang lebih parah lagi, mutiara tersebut ternyata belum sempat di nasionalisasi sehingga ceramah tersebut seakan-akan berlangsung di negeri seberang, bukan di tanah sendiri.


 


Dua jam kemudian, ceramah pun usai. Para bapak yang masih punya waktu senggang menyempatkan diri untuk berkumpul di warung kopi. Mengobrol ngalor-ngidul tentang materi ceramah yang baru saja diikuti.


 


"Jadi kesimpulannya kita harus bersikap kontemporer, jangan semi-otoriter, mbok nanti di cap sebagai in-disipliner". Bapak berjenggot lebat angkat bicara.


 


"Yup, betul itu. Apalagi di jaman protokoler ini, sistem egaliter harus dijunjung tinggi, agar kehidupan semi-permanen dan post-modernisme dapat berkembang dan terejawantahkan dalam sistem birokrasi". Bapak berkumis lebat menimpali.


 


"Memang, saya juga setuju. Apalagi kapitalisme global sedang deras-derasnya melaju. Tapi ngomong-ngomong, kontemporer sih apa ya...?" Bapak berkepala botak lalu bertanya.


 


""Hush, jangan tanya macam-macam, itu namanya kontra-revolusioner. Nanti kamu masuk kedalam kategori hermenutika lho.." Bapak berkaos oblong memberikan solusi.


 


Dan obrolan pun bertambah hangat, seiring bertambah kuatnya penantian akan kembalinya sang ustadz mahasiswa yang berceramah dengan penuh semangat.


 


Ditempat lain sang mahasiswa telah selesai mengoreksi materi yang baru disampaikan. Dia tersenyum puas dan kemudian berkata :


 


"Saya telah memberi pencerahan kepada kaum pedalaman".


 


 


Hikmah : Jangan nulis-nulis sehabis ujian Sistem Komunikasi



Edisi : Fiktif, tapi serius


 

26 komentar:

  1. Hehehehe...
    Gie, ente bisaaa aja kalo kasih tulisan...
    Menarik sekali dibacanya...dan bikin tersenyum...
    Tulisannya aja gini...gimana penulisnya yach...
    :D

    BalasHapus
  2. jgan tanya penulisnya ky apa?
    diriku aja kl liat gya dia, lgsng ketawa....
    apalagi kl ngobrol bareng
    wissss.....
    pokoke mak nyossss.........

    BalasHapus
  3. Terimakasih banyak mas..., daku lg blajar bikin kritikan yang tidak pedas
    Yang tidak bikin telinga panas
    Makanya, adain writing school dong mas
    Biar bisa lebih banyak belajar

    *usul, saran, permohonan, tapi kalau bisa sih juga paksaan

    BalasHapus
  4. Daku tidak menyangka pin
    Ternyata dikau begitu kagum padaku
    Bahkan konon, sampai terbawa kedalam mimpimu
    Tapi sayang pin, daku masih suka wanita

    *DEZIGGHH..

    BalasHapus
  5. kesimpulan:
    dari tulisan2nya... saya bisa bayangkan karakter togie seperti apa.
    (mama laurent merasa tersaingi ga ya?)

    kalo kebiasaannya sih saya udah tahu soalnya sering di jadiin headshot. ^_^

    BalasHapus
  6. jangan GR dulu donk?
    diriku jg masih normal (suka wanita) ko?
    toh kl wanita g ada mending ky gni aja, dari pd ma km

    BalasHapus
  7. Terkadang manusia ingin menampakkan satu sisi
    Dan menyembunyikan sisi yang lain
    Sisi berkilau dan bercahaya, akan dia pamerkan ke seluruh alam raya
    Sisi yang kusam dan gelap, dia simpan dan selipkan ke lipatan kasur

    soal kebiasaan ;
    Ngadepin sendu aja udah repot, kalo mbak lys ikut2an juga.., bisa2 daku ganti headshot

    BalasHapus
  8. Wah, syukurlah pin
    Tadi daku sempat khawatir
    Jangan-jangan daku bikin orang patah hati lagi

    *WAKAKAKAK

    BalasHapus
  9. ya...bagus gie biar ilang ditelan kutu kasur...
    *btw. togie tahu kutu yang ada di lipatan kasur kan?

    BalasHapus
  10. sungguh 'kontemplasi' sehingga 'signifikan'... hehehe...

    BalasHapus
  11. hei...ketombe ( biar langsung ganti hedsot )

    ternyata kau masih menyebut-nyebut namaku...
    ehem...jangan dibawa dalam mimpi ya....
    :P

    BalasHapus
  12. Lagi ????
    emang kamu dah bikin orang patah hati berapa kali ?

    BalasHapus
  13. Tapi akibatnya orang akan menyangka bahwa sisi yang dia punya berwarna putih semua mbak
    Seperti para nabi
    Itu tidak baik, bisa menimbulkan salah persepsi

    *Kutu kasur..? Kalau tidak salah disini namanya "ketinggi"

    BalasHapus
  14. Yup, sedikit diselingi reboisasi tentang makna asimilasi

    BalasHapus
  15. Semoga saja ndu
    Daku sudah terlalu sering mengalami mimpi buruk
    Tak mau tambah sering lagi

    :P

    BalasHapus
  16. Tidak sampai belasan kali kok ndu..,
    Laki-lakinya ada satu orang
    Tapi itu dulu

    BalasHapus
  17. apa ???????
    ?????????
    membuat patah hati laki-laki ????
    wah...ada yang aneh nih
    *bingung*

    BalasHapus
  18. makanya...kalau tidur itu dikamar..
    kamu sih, kebiasaan tidur dikuburan
    :P

    BalasHapus
  19. Yang patah hati kan dia ndu, bukan daku
    Makanya daku sebenernya juga bingung
    Sama seperti dikau

    BalasHapus
  20. Kata bapak, salah satu cara paling efisien agar kita bisa mengingat kematian
    Adalah dengan berlama-lama di kuburan
    Pada waktu malam
    Sambil membayangkan kalau kelak, kitapun tergeletak juga
    Disana
    Tanpa nyawa

    BalasHapus
  21. oooh...kamu jaka sembung ya??? kirain mona
    :D

    BalasHapus
  22. Sayangnya banyak yang tidak menyadari bahwa dia adalah Jaka Sembung

    BalasHapus
  23. Jakamona Sembungwati

    *Kalo ngawur-mengawur, daku jagonya

    BalasHapus
  24. Btw, si Bapak tau ga apa itu masa Post Modernisme? "-)

    BalasHapus
  25. I am not sure..,
    it so glad to see that donut's eating the lion on the table
    Sophisticated by post-modernisme or something like that
    I'm confused

    BalasHapus