Sabtu, 12 Mei 2007

Hikayat Tarmo - Aksi Kanibalisme


 


Malam itu Tarmo bingung. Sekarang sudah bukan musim durian lagi tapi Kaji Taslim tetap saja menyuruhnya untuk menjaga kebun. Padahal menurut kontrak kerja, Tarmo hanya bertugas untuk menjaga buah durian agar tidak digondol maling, tapi kalau buahnya saja tidak ada, lalu apa yang harus dia jaga..? Ck, perintah yang aneh. Tapi sebagai pekerja yang penurut (walau terpaksa) dia pun patuh juga. Malam begitu sunyi, Tarmo merenung seorang diri. Lama-lama dia bete juga, tak enak hidup sendiri, tanpa lawan bicara.


Untuk mengurangi kebosananan, dia memutuskan untuk berjalan-jalan ke sekeliling kebun. Sekalian meronda. Walaupun sebenarnya tak ada yang perlu dia rondai. Tapi untunglah, tak berapa lama kemudian dia menemukan lawan bicara. Di pucuk pohon duren, dia melihat sesosok wanita sedang asyik ongkang-ongkang kaki sambil bernyanyi lagu "Padamu Negeri". Wanita itu memakai daster putih panjang, berambut panjang, dan menggendong anak kecil. Mungkin dia adalah seorang ibu yang sedang mengasuh anaknya.


Tapi tunggu sebentar.., ibu..? Rasanya bukan. Karena perlahan wanita tersebut mengambil palu dari balik daster lalu memukul batok kepala anaknya sampai pecah. Perlahan dia mulai memakan otak si anak dengan rakus. Nyam.. Nyam.., darah pun berleleran membasahi bibir. Sungguh menyeramkan. Tapi anehnya si anak tenang-tenang saja. Dia malah tertawa sambil berucap


"Mama.., Mama..!!!"


Tarmo jadi heran, lalu bertanya :


"Hai mbak, sedang apa..?"

"Lagi makan otak sambil ngasuh anak"

"Apa..? Gila, kejam, tidak berperikemanusiaan"

"Lha, saya ini kan hantu mas. Jadi tidak punya perikemanusiaan"

"Oo, gitu ya..? Tapi apa nggak kasihan ke si anak mbak..? Mbok dia mati..?"

"Ck, mas ini gimana sih. Masak hantu kok bisa mati"

"Gak bisa ya mbak..? Tapi apa perlu sampai makan otak segala..? Seperti kanibal saja..!!"

"Begini ya mas. Di dunia hantu, saling makan sesama itu hal biasa, mirip seperti di dunia manusia"

"Lho, mbak memang hantu, tapi jangan bicara ngawur. Memang di dunia kami ada Sumanto, ada suku primitif yang suka makan daging manusia, tapi mereka tidak merefleksikan manusia pada umumnya"

"Siapa bilang mas..? Coba deh besok pagi mas nonton TV"

"Memang apa hubungannya mbak..?"

"Udah, pokoknya besok nonton aja. Maap saya harus pergi, gak bisa ngobrol lama-lama. Ada arisan"


Buusshhh...!!!!! Dan mbak hantu pun menghilang, ditelan asap putih yang entah muncul darimana.


Singkat cerita, malam pun berlalu. Berganti dengan pagi yang cerah. Burung berkicau merdu, sinar mentari menelusup kedalam gubug lewat lubang jendela. Tarmo membuka mata lalu bergegas menuju dapur. Menyiapkan sarapan dan segelas kopi lalu menyalakan televisi. Tapi dia langsung kaget. Saat itu sebuah stasiun TV menayangkan acara infotainment dimana seorang artis sedang asyik memakan artis lain. Sang presenter pun dengan lahap mengunyah paha presenter acara lain. Bahkan sesekali dimunculkan pula orang biasa yang memakan orang biasa lain dengan sekali telan.


Tarmo tidak percaya pada apa yang dia lihat, karena itulah dia mengganti channel ke stasiun TV lain. Namun disitu dia lihat pula aksi kanibalisme. Kali ini si presenter memotong kepala seorang pejabat lalu merebusnya dalam air mendidih, menambah rempah-rempah dan sedikit kecap asin, lalu...


Grauk.., Grauk..!!!!


"Arrgghhh, gilaa..!!! Aku harus segera lapor polisi" Begitu batin Tarmo. Dalam sekejap, tanpa mandi dan gosok gigi, dia langsung lari ke pangkalan ojek, minta diantar ke kantor polisi.


"Tolong mas, saya harus ke kantor polisi. Saya ingin lapor. Gara-gara acara SMACKDOWN dihentikan, sekarang stasiun TV jadi menayangkan acara yang lebih sadis lagi. Aksi kanibalisme." Kata Tarmo dengan nada bergetar


"Ah, jangan bercanda mas. Tapi gak papa ding, ayo saya antar" Tukang ojek menyalakan mesin motor, lalu melaju pelan.


Ternyata di sepanjang perjalanan Tarmo melihat aksi kanibalisme lain. Ada murid yang memotong-motong tubuh gurunya, ada guru yang mencincang daging muridnya. Penjual yang menggigit punggung pembeli, pembeli yang menyantap paha penjual. Hoekksss..., Gilaa...!!!!


Untung saja jarak kantor polisi tidak begitu jauh, jadi dalam sekejap Tarmo pun sampai. Setelah membayar ongkos ojek dia berjalan masuk ke kantor polisi. Tapi baru sampai pintu gerbang langkahnya berhenti. Ternyata para polisi pun telah menjadi kanibal. Mereka saling menyantap daging rekan seprofesinya. Grauk.., Grauk..!!!


Gilaaa...!!! dunia makin menggilaaaa....


"Psikiater. Ya, psikiater. Aku harus pergi ke psikiater" Begitu batin Tarmo. Dia pun segera lari kesana-kemari. Setelah berulang kali menabrak tong sampah, motor butut, metro mini dan gerbong kereta api, sampai juga dia di kantor psikiater ternama. Bruak...!!! Tanpa permisi dia langsung menerobos masuk, menemui sang psikiater.


"Silahkan duduk mas, ada masalah apa..? Kok kelihatannya panik amat..?. Tanya psikiater

"Maaf bu, saya kira semua orang di kota ini sudah gila. Mereka jadi doyan makan daging sesama. Mirip orang primitif" Jawab Tarmo dengan lugu

"Hah..? Yang benar mas..? Padahal tadi saya beli es cendol diluar loh. Tapi gak ada yang aneh tuh..?"

"Bener kok bu, saya melihat dengan mata kepala sendiri. Ada guru yang memakan murid, murid mengkanibal guru, anak menyantap ibu, ibu merebus sang anak, pokoknya semua orang menggila bu" Kata Tarmo berapi-api

"Hm, tunggu sebentar. Mas ini pekerjaannya apa..? Pasti di bidang yang berat-berat ya..? Ilmuwan atau politisi mungkin..? Yaa, saya kira mas terlalu capek sehingga rentan mengalami halusinasi, mirip seperti yang dialami para pejabat kita. Mas tau sendiri kan gimana tingkah polah mereka..? Serba aneh mas. Itu karena mereka terlalu capek memikirkan kepentingan rakyat."


Dan perlahan-lahan sang psikiater membuka rak meja lalu mengeluarkan kepala masing-masing pejabat yang tadi disebut, dan menghidangkannya diatas meja. Dengan penuh penghayatan, dia mengiris telinga seorang pejabat, menusuknya dengan garpu lalu menyantapnya. Hm, sedaaappp...!!!


Glek..!!!


Tarmo tersentak kaget, terlempar dari kursi, lalu langsung lari keluar.



"Aku harus kembali ke kebun duren, menyepi, menunggu semua kegilaan ini berakhir. Aku tidak mau ikut-ikutan gila".


Dalam sepi, dikepung sunyi, tarmo menyendiri di gubuknya. Lagi-lagi tanpa teman, tanpa lawan bicara. Hingga tak terasa waktu tlah lama berlalu dan malam pun tiba.



Pukul setengah delapan lebih sedikit, mbak hantu yang kemarin ditemui di pucuk pohon duren datang berkunjung. Ditemani sesosok Gondoruwo, tiga Pocong dan enam Wewe Gombel. Mereka menghampiri Tarmo lalu berkata :


"Mas, mau ikut arisan..?"


 


 



Note :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
QS Al Hujurat : 12


 







20 komentar:

  1. iya ya....betul banget gie
    *tumben postingannya serius

    BalasHapus
  2. Apa diJawa tengah banyak hantunya ya?....:D

    BalasHapus
  3. Sebenarnya postingan-postingan sebelumnya juga serius mbak
    Buktinya tiap kali nulis, jidat daku selalu mengkerut
    Juga berkedut-kedut

    BalasHapus
  4. Yang namanya jin, bukan cuma di jawa tengah saja mbak
    Hampir di semua tempat pun ada
    Tapi kenapa di kebun duren kok ada banyak..?
    Yaa, kali aja mereka ngerasa cocok bergaul dg Tarmo

    BalasHapus
  5. hemmmm...bagus nih Gie..
    sindiran yang kena banget..
    hiiiiiiiiiiiii.....
    :D

    BalasHapus
  6. aih... togie....
    saya love deh ama postingan yang ini...
    btw, ghibah emang udah jadi komoditas sekarang...
    hhhh....

    BalasHapus
  7. Terimakasih banyak ndu

    *Sambil menyantap daging artis, pejabat, presenter, penjual, pembeli, guru, murid, ibu, anak, psikiater dan polisi yang tadi disebut

    BalasHapus
  8. Cihuiii, asyiknyaaa....
    asyiknyaaa.....

    Dag, dig, dug,
    Dag, dig, dug,

    He....

    Btw, mungkin tanpa ghibah
    Infotainment dan tayangan lain
    Jadi gak menarik lagi ya..
    Lalu turun rating

    BalasHapus
  9. hebat Gie...

    tapi kok malah jadi Mahasiswa tekhnik yang punya cita- cita jadi petani sih...??
    apa pengen arisan juga...!!!

    BalasHapus
  10. Kuliah di teknik biar ngerti teknologi
    Kerja di bidang teknik yang gajinya tinggi
    Dikumpulin sampai umur 40 tahun
    Lalu pensiun
    Trus duitnya dipake buat modal bertani

    *Cita-cita yang benar-benar matang kan bang...?

    BalasHapus
  11. Yup Gie..

    Tapi akan lebih matang dalam masa kerja hingga umur 40th, sudah beli kebon.
    ntar pesangonnya buat beli pupuk ajah.

    BalasHapus
  12. Rencananya sih gitu bang, tapi harus disisain banyak-banyak
    Buat jaga-jaga mbok ada "sesuatu"

    Mm, duit pesangon..?
    Kok daku gak kepikiran ya..?
    Berarti rencana daku belum benar-benar matang

    Btw, YM nya dak daku add
    Tapi kok muncul pesan-pesan aneh..?

    BalasHapus
  13. maap, Gie. kebetulan aku lagi nggk dikantor ku atau di rumah.
    aku lagi nebeng OL di kantor temen( maklum lagi pusing). jadi ternyata komputer dia sarangnya Virus.

    ntar kalo udah OL di kompi pribadi aku, nggk munculin gambar- gambar aneh deh Gie.

    BalasHapus
  14. Ngeri banget... bikin imajinasi aktif.... bisa-bisa kebawa mimpi... ga doyan makan.

    BalasHapus
  15. Ooo..., pantesan
    Padahal daku kira mo ada gambar perang irak beneran

    BalasHapus
  16. Hah,,? Apa iya sih mbak...?
    Daku kok g ngerasa apa-apa yak..?
    Biasa aja
    Jangan-jangan, daku udah jadi kanibal juga..?

    BalasHapus
  17. Hiiiii...... syerem....
    coba ditest deh.... waktu kelaperan liat manusia, nge-cess keluar air liurnya ga ???
    kalo iya... ih jangan2...

    BalasHapus
  18. ternyata
    cuma satu hal yang bisa buat daku nge-cesss

    "tumpukan duit"
    "tumpukan duit" dan,
    "tumpukan duit"

    hm..

    BalasHapus
  19. jadi duitisme nih... kirimaru banget... cring cring....

    BalasHapus
  20. Selama bersifat positif, kenapa tidak dijadikan prinsip..?

    ^_^

    BalasHapus