Rabu, 30 Mei 2007

Hikayat Tarmo - Sulitnya Bertaubat





Senin sore, di kebun duren, Kaji Taslim berceramah di hadapan warga desa. Beliau bercerita tentang dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau bilang, kanjeng Rasul berdakwah tanpa pandang bulu, tidak pilih-pilih orang. Tiap orang yang ditemui pasti didakwahi ke jalan yang benar, baik itu orang kaya, miskin, tua, muda, tokoh terhormat, maling, atau pezina. Bahkan saat pertama kali berdakwah, beliau mendatangi orang per orang, bukan dengan menyebarkan undangan lalu penduduk disuruh datang dan diceramahi seperti sekarang.

Kaji Taslim lalu bercerita tentang dirinya sendiri. Sebenarnya dia juga ingin terjun langsung ke masyarakat. Menemui mereka di warung kopi, di rumah, di sawah, atau dimana saja. Karena itulah dia sengaja berhenti mengurus kebun duren dan mempekerjakan Tarmo. Tapi apa mau dikata, setelah pensiun, pekerjaannya malah bertambah banyak.
  • Mengomeli Tarmo yang kerjanya tidak beres,
  • Plus memikirkan nasib kebun duren yang tidak beres gara-gara diurus oleh Tarmo yang pekerjaannya tidak pernah beres.
Tarmo yang ikut ngaji di deretan belakang hanya bisa tersipu malu. Habis gimana lagi, kenyataannya memang seperti itu.

Alkisah, saat itu hadir pula sepasang suami istri dari desa sebelah. Sang suami bekerja sebagai penjambet, dan istrinya seorang pelacur. Mereka adalah dua sejoli yang bertemu saat sama-sama ditangkap polisi. Awalnya mereka adem-ayem saja dengan pekerjaan yang ditekuni. Tapi saat sang istri hamil tiga bulan, mereka kelimpungan juga. Tidak ingin anaknya nanti malu karena punya orang tua yang pekerjaannya melanggar hukum agama. Singkatnya, mereka ingin bertaubat.

Sebenarnya, di masjid dekat balai desa, sudah beberapa kali mereka ikut pengajian yang itu-itu saja. Kata si penceramah, dakwah harus dilakukan pada semua orang, Tapi selama ini tak ada yang berdakwah menemui mereka. Lagi pula seusai berceramah, biasanya sang da'i meminta ijin untuk pergi berceramah ke tempat lain (tepatnya masjid lain). Jadi mereka pikir, dakwah hanya boleh dilakukan di masjid-masjid saja. Karena itulah mereka senang saat mendengar bahwa Kaji Taslim akan mengadakan pengajian di kebun duren miliknya. Yang membuktikan bahwa dakwah bukan hanya dilakukan di masjid, tapi di kebun duren juga. Walhasil, mereka berdua langsung datang.

Sebelum ceramah berakhir, Kaji Taslim berkata bahwa berhubung setelah pensiun dia tidak punya waktu untuk banyak-banyak bersilaturahmi dengan warga (gara-gara Tarmo), maka dia berpesan bahwa kalau ada yang ingin berdiskusi masalah agama pintu rumah beliau selalu terbuka.

Beberapa hari kemudian suami-istri tersebut membaca selebaran yang mengumumkan bahwa sebuah "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih" akan mengadakan sebuah acara akbar, dan mereka berdua datang ke acara tersebut.

Acara berlangsung meriah, banyak orang datang. Semua berpakaian rapi. Berbaju koko putih bersih, atau berjilbab lebar. Hanya suami-istri tersebut yang berpakaian layaknya rakyat biasa. Kemeja kotak-kotak biasa, dan jilbab biasa. Mulanya mereka merasa canggung, tidak terbiasa bergaul dengan orang-orang berpakaian se-rapi itu. Tapi lama-lama mereka merasa nyaman. Orang-orang disana ternyata ramah-ramah, mereka suka keramahan.

"Kalau kita sudah benar-benar bertaubat, mungkin kita bisa jadi seperti mereka ya Bu.." Suami bertanya

"Semoga saja Pak" Sang istri menjawab

Tapi kemudian ada yang aneh. Secara tak terduga, panitia acara kok menyetel musik dangdut. Mereka berdua merasa heran. Kenapa disini ada dangdut..? Bukankah dangdut identik dengan goyang erotis yang mirip tari striptis...? Identik dengan penonton yang mulutnya bau alkohol? identik dengan perkelahian massal di lapangan..? Memang, awalnya, dulu, bang Rhoma menggunakan dangdut sebagai sarana dakwah, bukan ajang adu maksiat. Tapi itu kan dulu..? Sekarang sudah beda..?

Ah, tapi bukankah ini adalah acara yang diadakan oleh "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih..?" Jadi mungkin musik dangdut memang dihalalkan agama. Dan tidak apa-apa kalau mereka ikut menari dengan peserta yang lainnya, yang mungkin sama-sama belum paham betul soal agama. Maka merekapun menghanyutkan diri dalam acara yang diadakan oleh sebuah "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih..?" Dengan anggapan bahwa "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih" tersebut lebih tahu masalah agama daripada mereka..?

Malam pun tiba.

Esok harinya, di koran nasional, terbit sebuah berita berjudul :

"Acaranya Sebuah Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih kok ada dangdutannya..? Apakah keislaman organisasi tersebut patut dipertanyakan..?"

Saat sang suami-istri membaca berita tersebut mereka terkejut, tapi mereka bisa maklum.

"Tuuh.., kan..? Pantesan kemaren rasanya kok aneh. Masa acara yang diadakan oleh sebuah Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih kok ada dangdutannya..? Yaah, walaupun dulu bang Rhoma menggunakan musik dangdut untuk ber..."

Tapi sayang, ada berita lain yang membuat suami-istri tersebut sakit hati. Di halaman entah berapa ada berita berjudul :

"Masa acara yang diadakan oleh sebuah Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih kok dihadiri oleh penjambret dan pelacur..? Apa organisasi tersebut sudah kehilangan massa sehingga perlu merekrut penjambret dan pelacur segala..?"

Duarr...!!!

"Duh Gustiii, Periihh, Perihh hati ini." Gumam si suami-istri. Mereka merasa terhina. Mereka ingin di dakwahi tapi tidak ada da'i yang mendatangi mereka, jadi mau tidak mau mereka lah yang harus mendatangi da'i tersebut. Apa itu salah..? Kalau memang orang se-hina mereka dilarang untuk menerima dakwah, kenapa "Organisasi Islam Ternama yang Terkenal Bersih" tersebut tidak memasang pengumuman yang berbunyi :

"Yang baru mau bertaubat, dilarang masuk..!!! Yang masih dalam proses bertaubat, dilarang masuk..!!! Tapi kalau yang sudah benar-benar bertaubat, ahlan wa sahlan"

Bah, mereka berdua patah hati. Mereka memutuskan untuk belajar agama pada Kaji Taslim saja. Yang mempersilahkan siapapun untuk menerima dakwahnya. Tapi apa mau dikata, sesampainya di rumah beliau, Kaji Taslim sedang tidak bisa diganggu. Beliau harus istirahat total karena menderita salah urat, encok dan pegal linu akut. Kemaren dia mengejar-ngejar Tarmo di kebun duren, sambil mengacung-acungkan golok. Gara-garanya sepele, seikat bunga yang sedianya Tarmo berikan pada Nurlela, malah diterima bapaknya, Kaji Taslim yang galak tak terkira.

Akhir cerita, suami istri tersebut lalu pulang ke rumah. Tidak ada da'i yang sudi mendatangi mereka, tapi mereka juga dilarang mendatangi pendakwah. Jadi mereka harus bagaimana..? Begitu sulitkah belajar agama..? Entahlah


"Aku ingin ikut sembahyang tetapi pakaianku satu-satunya ini sudah sangat kotor", berkata pengemis tua itu di pintu gerbang masjid.
Orang-orang melewatinya saja
Ketika sembahyang jumat hendak dilangsungkan, seseorang datang dan menghardiknya : "Hendak mencuri sandal kamu ya..!!"
Pengemis tua itu pun pergi
Dan Tuhan Allah menyertai

Mesjid II
Dari "Sesobek Buku Harian Indonesia"
Emha Ainun Nadjib


6 komentar:

  1. Orang mau tobat memang ada saja ujiannya....

    BalasHapus
  2. yup, padahal tadinya mo bikin puisi berkaitan dg kasus dangdutannya PKS
    tapi karena bingung & gak jadi-jadi
    akhirnya tak bikin kayak gini

    BalasHapus
  3. tapi bagus kok Gie... tetep enak dibaca... ^_^

    BalasHapus
  4. Thanks, sayang rada mbingungin
    Terlalu panjang
    Banyak kata-kata gak perlu

    BalasHapus
  5. yg penting yg baca ga ikutan mbingungi....

    BalasHapus