Kamis, 09 Agustus 2007

Jomblozone, Rutinitas yang sudah tidak rutin lagi

 

Bagi kaum jomblo, malam minggu bisa berubah menjadi malam yang amat membosankan. Apalagi jika jomblo tersebut berteman dengan orang yang sudah melepaskan diri dari status kejombloan. Dan walaupun berkumpul dengan sesama jomblo pun, kebosanan tersebut tetap muncul, kalau tidak diisi dengan kegiatan positif atau menyenangkan. Hal ini bisa diamati di sebuah warung sederhana di pojok kota Purwokerto.

Warung ini dimiliki oleh seorang jomblo yang pembelinya adalah para jomblo yang tinggal di sekitar warung. Saat malam minggu tiba, warung ini dipenuhi oleh manusia kurang kerjaan yang bingung mau melakukan apa. Pacar tidak punya, motorpun tidak ada, sehingga mereka berharap agar disana mereka dapat mengisi malamnya dengan lebih berguna.

Ada bermacam alasan yang mereka beri jika ditanya tentang kenapa mereka berkumpul disitu. Namun bila kita sudi untuk bertanya terus-menerus, jawaban mereka bisa disimpulkan menjadi satu. Karena mereka adalah manusia tersisih yang tidak laku di pasaran sehingga untuk menutupi kekurangannya terpaksa melarikan diri dengan berkumpul di warung. Yang bila diumpamakan sebagai barang dagangan, mereka adalah barang sortiran yang walau dijual eceran dengan harga murah pun tetap tidak ada yang mau beli. Buktinya, sudah ada beberapa diantara mereka yang mencoba pergi ke pasar malam atau alun-alun kota untuk mencari gandengan namun pulangnya tetap membawa tangan kosong. Tak ada hasil berarti.

Ada seorang mahasiswa tampan yang tertarik melihat hal ini. Dia adalah seorang jomblo yang bertekad untuk tidak berpacaran karena berbagai macam alasan. Dia suka melihat orang lain hidup menjomblo. Dia ingin agar mereka setia pada gaya hidup jomblo. Dia ingin menunjukkan bahwa jomblo pun bisa menikmati hidupnya dengan menyenangkan, lebih menyenangkan dari mereka yang asyik berpacaran. Namun dia ingin agar kesenangan tersebut didapat dengan cara yang wajar, tidak nganeh-anehi.

Sebelum warung berdiri, para jomblo ini (yang sebagian besar sudah bekerja) biasa mengisi malam minggunya dengan menenggak berbotol-botol anggur merah atau anggur putih. Kalau kebetulan duitnya sedikit terpaksa lari ke ciu. Tapi kalo banyak terkadang setelah minum, mereka minggat ke gang sadar - kompleks pelacuran di baturaden. Namun untungnya, setelah ada warung, mereka lebih suka untuk mengumpulkan diri dengan bermain kartu atau catur, tanpa taruhan uang. Bukan karena bokek. Buktinya, uang yang mereka hamburkan di warung ini bisa amat banyak, bahkan ada yang mencapai rekor mendekati angka enam puluh ribu perak.

Karena itulah, maka sang mahasiswa tampan mengusulkan agar mengadakan acara bakar ayam setiap malam minggu atau tiap ada waktu senggang. Acara ini hanya boleh dihadiri oleh para jomblo yang ikut patungan. Kalo tidak ada duit, maka harus rela menjadi seksi penyembelih dan pembedah perut ayam. Bagi mereka yang tidak menjomblo hanya ada dua pilihan. Ikut dengan membayar lebih mahal, atau dengan membayar pas-pasan tapi harus mau turut membedah perut. Kalau para jomblo sedang mengidap penyakit kere, dengan terpaksa mahluk yang bernama ayam mereka ganti dengan singkong.

Dalam hal bermain kartu. Si mahasiswa ternyata mudah bosan. Main kartu tidak ada gunanya, tidak begitu mengasah otak. Karena itulah, dia lebih suka mengajak mereka main catur yang walaupun bikin pusing tapi terasa lebih menyenangkan. Dan mereka suka. Hingga mereka menelantarkan kartu remi, kartu domino dan kartu ceki lalu beralih memelototi biji catur di papan kotak.

Kalau kebosanan mulai memuncak, mereka memutuskan untuk berdiskusi, atau lebih tepatnya bila disebut sebagai ngerumpi. Tema-nya bebas, tapi yang paling sering adalah tentang pekerjaan dan jodoh. Dari sini bisa diketahui bahwa Tuhan telah menyediakan banyak peluang untuk kita ambil, banyak uang halal yang sebenarnya bisa kita dapat dengan mudah, asalkan mau mengakal-akali kesempatan. Bahkan sebenarnya, uang yang didapat bisa lebih banyak dari gaji pegawai negeri kelas menengah, mencapai jutaan rupiah. Dan dalam hal jodoh, walaupun mereka tidak punya pengalaman sama sekali, tapi ternyata mereka cukup paham teori, bahkan paham dalil agamanya. Hingga mereka ini, pemuda kampung yang katanya tidak berpendidikan ini, dapat mengeluarkan seluruh isi kepalanya yang ternyata lebih berbobot bila dibandingkan dengan orang kuliahan.

Untuk beberapa waktu kegiatan ini menjadi rutinitas yang selalu dilakoni. Walaupun sang mahasiswa sering ketiban sial. Saat dia datang, tak ada yang punya uang untuk beli ayam. Tapi saat dia pulang, tiba-tiba ada donatur yang membawa ayam lumayan besar yang dengan serta merta bisa mereka bakar.

Sayangnya, untuk beberapa lama sang mahasiswa harus menghadapi ujian sehingga tidak bisa berkumpul lagi. Hingga suatu hari, setelah ujiannya selesai, dia datang lagi ke warung ini. Namun sayangnya, disana dia melihat para jomblo itu sedang asyik menghadapi kartu domino dengan berlembar uang berserakan disekitarnya. Bahkan dia sempat mendengar ada seorang pemuda (tepatnya remaja SMP) yang mengusulkan untuk membeli ciu di terminal purwokerto.

Hh, dia putus asa. Tapi tak apalah. Toh, selama beberapa minggu ini sudah tak ada lagi bau alkohol yang bikin mual, tak ada pula penghamburan uang lewat kartu domino. Jadi, kalau sesekali mereka kembali seperti dulu, masih bisa ditoleransi. Masih bisa. Ma.. sih.. bi.. sa..

AARRGGHH....

8 komentar:

  1. Ya.mau apalagi mbak, kenyataannya memang seperti itu
    Daku sendiri juga kaget kok
    Tapi, sekarang sih, kartu judinya sudah musnah
    Minuman keraspun sudah gak ada lagi
    Sekarang mereka sudah fokus pada permainan catur
    Yaah, walaupun bagi daku endingnya tetep aja tidak bagus

    "Pernah main 6 kali, kalah 4 kali". Ck..

    BalasHapus
  2. thanks...

    btw, pas gempa, lagi-lagi kami ngadain acara bakar ayam di pinggir jalan (tanpa minuman keras)
    Sayangnya, lagi-lagi, daku g kebagian. Gara2 pulang duluan

    Hiks

    BalasHapus
  3. "Bagi kaum jomblo, malam minggu bisa berubah menjadi malam yang amat membosankan".
    ...aku gak tuh...,banyak kok yang nemenin...,ada yg di yogya, hk, jpn, dsb, semua pada ngumpul...,hehehe....

    BalasHapus
  4. Hhh, tapi kalo malam mingguannya di kampung, gimana mbak..?

    BalasHapus
  5. gimana ya...daku gak biasa malam mingguan di kampung sih...
    biasa di hutan,malam mingguan ama tarzan,hehehe....

    BalasHapus