Kamis, 09 Agustus 2007

LongRoad to Heaven

Rating:
Category:Movies
Genre: Action & Adventure

Film ini berkisah tentang tragedi bom bali tahun 2002. Mengambil sudut pandang tiga kelompok: yaitu umat islam, penduduk lokal, dan turis asing. Tiga kelompok ini kemudian dikelompokkan lagi. Umat islam dibagi menjadi dua, yang teroris dan bukan teroris. Penduduk lokal dibagi dua, yang menerima tragedi dengan lapang dada dan yang menumpuk dendam. Turis asingpun dibagi menjadi dua, yaitu mereka yang membenci bali dan masih mencintai bali.

Dengan sudut pandang seperti itu, seharusnya film ini bisa mempunyai mutu yang patut diacungi jempol. Namun kenyataannya, acungan jempol saya hanya tertuju pada aktingnya alex komang saja. Karena cerita yang disuguhkan, seolah-olah menurunkan derajat penalaran kita.

Saya mengharapkan sebuah film yang kompleks. Menceritakan tentang kenapa, apa, bagaimana, dan semacamnya. Namun film ini hanya menyuguhkan potongan-potongan kecilnya saja, dimana potongan tersebut ternyata dipotong-potong dengan sesuka hati.

1. Muslim

Begini, mari kita lihat para teroris di film ini. Imam samudera, yang katanya lumayan pandai di bidang informatika, sekaligus sebagai ketua kelompok, di film cuma bisa surfing dan ngetik di microsoft word. Bahkan dia tidak terlihat sebagai seorang kepala kelompok yang pandai mengorganisir bawahannya. Di film ini, hanya satu yang dia kuasai. Ngomeli amrozi. Itu saja

Ali imron, ditampilkan sebagai sosok goblok yang rela diomeli, bahkan kadang penjilat. Sayangnya kegoblokkan itu terlihat dibuat-buat. Seharusnya, para pembuat film bisa menampilkan kegoblokan yang lebih wajar.

Amrozi, dia yang paling sial. Kebenciannya pada kaum kafir hanya ditampilkan lewat umpatan dan sumpah serapah. Yang malah terlihat aneh.

Hambali CS..? Haha. Dalam rapat (atau lebih tepat disebut pertengkaran) yang membahas peledakan bom bali, kita pasti bingung pada logat bicara mereka. Campuran antara melayu dan gaya bahasa indonesia yang disempurnakan. Campur aduk tak beraturan. Sialnya lagi, mereka tidak memerlukan dalil naqli apapun saat mengambil keputusan. Pokoknya, rapatnya seperti rapat kenegaraan lah. Tak ada mirip-miripnya dengan rapat yang biasa dilakukan organisasi muslim.

Bagaimana dengan bom yang digunakan..? Anda jangan berharap bisa mengetahui cara mereka membuat bom. Pokoknya, biar tidak repot-repot mikir, film ini hanya menyuguhkan bahwa para teroris ingin membuat bom yang beda dari bom biasa. Bagaimana cara membuatnya, bahan apa yang digunakan, kenapa bisa berbeda, bagaimana cara mendatangkan bahan tersebut, tak ada disini. Bah, adik saya pun bisa membuat film yang bercerita tentang pembuatan bom atom menggunakan telor mentah lalu bom tersebut bisa meledak dahsyat tanpa perlu berpikir "membuatnya nanti bagaimana"

Untunglah, untuk muslim yang bukan teroris (pak haji), dibuat rada mendingan. Karena walaupun aktingnya tidak bisa disebut istimewa, namun kita bisa tahu bahwa peledakan bom bali itu salah. Bahwa tidak ada jalan pintas menuju surga, yang ada hanyalah usaha dan kerja keras. Namun ya itu tadi, kata-katanya kadang kurang dalem. Seperti didapat dari buku pemacu motivasi, bukan dari buku agama islam.

2. Turis asing.
Mereka digambarkan sebagai pihak yang ingin bersenang-senang di pulau bali, lalu di bom oleh imam samudera CS. Reaksi mereka berbeda-beda. Ada yang langsung menyalahkan umat islam, ada yang menyalahkan siapapun yang bukan berkulit putih, ada pula yang bijaksana. Lagi-lagi, tanpa diceritakan alasannya. Kita cuma bisa terima jadi saja.

3. Penduduk lokal.
Ada yang bersikap optimis terhadap masa depan, ada yang memendam kebencian besar pada komplotan teroris, ada pula yang memprotes karena pemerintah hanya mau merawat korban dari turis asing, bukan orang lokal. Untuk cerita yang ini sudah cukup bagus. Apalagi ada adegan dimana polisi lokal yang mau menerima salam tempel dari ali imron. Tumben lho, ada film yang menceritakan bahwa polisi pun mau menerima salam tempel.

Ooh, anda tahu kenapa bali yang dijadikan sasaran bom..? Konon katanya karena saat mau masuk lift, sang perencana serangann (Muchlas) tidak boleh ikut masuk oleh seorang bule yang mengenakan kaos bertuliskan i love bali. Yang mungkin bila yang ditemui olehnya adalah saya saat mengenakan kaos bertuliskan i love jomblo, mungkin yang di bom adalah para jomblo sedunia.

Jadi intinya, amat lucu kalau film seperti ini dibuat konon "untuk mengenang para korban bom bali".

Purwokerto, saat empat ribu perak yang daku punya, melayang tak berguna

4 komentar:

  1. tapi gie, saya suka film ini...
    kritikan togie bener banget..
    cuman dari film ini saya jadi istilahnya "OHHH bgitu to" yg namanya chauvinisme...mau apapun agama itu, gie!
    saya yang katholik pun, selalu menemui orang2 yg chauvinisme seperti ini...dan rasanya saya ga mengerti gimana si jalan pikiran mereka...
    memang sih film ini memang sangat sensitif...
    tapi ambil garis besarnya aja, manusia harus berpikir terbuka...
    jangan katak dalam tempurung...

    BalasHapus
  2. Chauvinisme pun, harusnya didasari oleh sebab2 tertentu
    Dan bila film ini dibandingkan dengan realita
    Chauvinisme yang ditampilkan amat jauh berbeda
    Imam samudera, dalam bukunya (aku melawan teroris) memaparkan sebab-sebab dia mengebom bali
    Dan sebab tersebut nyaris selalu dilandasi alasan yang syar'i
    Berdasarkan ayat alquran, hadits, maupun pendapat ulama
    (walau sayang, diinterpretasikan terlalu bebas oleh dia).

    Nah, bagaimana dengan film ini..?
    Gak daku temui alasan itu
    Bahkan mereka sama sekali gak tau biasanya para aktivis islam kalo rapat tuh seperti apa
    Selalu didasari oleh argumen2 yang kuat (walau gak selalu benar)
    Tapi, bagaimana di film ini..?
    Ck.., masak rapat mereka kok masih menggunakan "saya", dan "anda".? Bukannya ane, ente, ikhwan atau yang lain sebagainya..?

    BalasHapus
  3. hmmm... mulai dari kejadian bom bali aslinya sendiri sampai film tentangnya seperti ada skenario konspirasi tertentu... heuheu... siapa lagi kalo bukan...ehm ;)
    (hipotesa loh... hasil dari analisa pribadi... bukan suatu tudingan yg sudah patut dijadikan pembenaran...heuheu... jangan dikritik lagi ya komen sy, Mas Togie yg baik.. :))

    BalasHapus
  4. Hm...
    Ada konspirasi atau bukan, kayaknya gak bakal mempengaruhi film ini
    Ancuurr...
    Memalukan dunia perfilman nasional
    Ternyata, bukan hanya film horror yang bikin eneg itu
    Film yang berlagak "islam" pun, dibikin sama hancurnya

    *Ngenes

    BalasHapus