Minggu, 24 Februari 2008

Hantu, Rumah Kosong dan Judi


Tengah malam

Warung diramaikan oleh segerombol pria. Beberapa orang diantaranya mengoceh riuh sehabis menenggak anggur kolesom. Sisanya, yang menganggap bahwa mabok itu dosa, memilih untuk berjudi saja. Tak berpikir bahwa judi pun sama berdosanya.

Warung tersebut terletak di rumah kosong yang sekian tahun tak dihuni. Ada orang yang menyewa satu ruangan, ruang lain dibiarkan terbengkalai. Bila waktu menginjak pukul dua dinihari, si pemilik warung pulang kerumahnya di hutan bambu, membiarkan para pemabuk dan penjudi beraktifitas di teras rumah. Katanya sekalian untuk menjaga benda-benda berharga di dalamnya.

Seiring detak jarum jam, mereka terhanyut dalam buaian kartu. Mengamati, menghitung, dan memikirkan cara untuk menang agar bisa mengantongi rokok dji-sam-soe yang dijadikan taruhan. Sebab lagi-lagi, kata mereka, berjudi dengan taruhan uang itu dosa, jadi lebih baik taruhannya rokok saja.

Tiba-tiba mereka dirundung sunyi. Mulanya, seseorang mendengar suara tawa wanita, disusul oleh ngikik bayi. Dia menajamkan telinganya, lalu menengok ke ruang kosong yang gelap gulita. Setelah itu, ada lagi yang mendengar dan menengok. Lalu lagi, lagi dan lagi hingga semua orang ikut memalingkan muka. Akhirnya, setelah meyakinkan diri bahwa memang ada suara dari dalam situ maka secara serempak, cepat dan tanpa di komando, mereka lari ketakutan.


Dua jam setelahnya
Seorang bapak (yang tadi ikut berjudi) dan seorang pemuda berwajah purnama, berhati permata, namun berkantong tipis, duduk di tempat yang tadi ditinggalkan. *Si bapak mengeluarkan sebungkus rokok dji-sam-soe. Mereka menyulut dan menghisapnya, lalu mendiskusikan rasa bebek goreng yang baru mereka santap di warung dekat terminal purwokerto. Si bapak berkata bahwa bebek gorengnya empuk dan enak, si pemuda tampan menjawab bahwa biarpun enak tapi sayang, rada berminyak.

Setelah mengambil kata sepakat bahwa apapun rasanya, bebek goreng tetap mahal bagi kantong mereka, obrolan pun beralih pada peristiwa yang tadi terjadi. Si bapak bercerita tentang suara tawa wanita dan ngikik bayi, tentang lingkang-pukangnya para pemabuk dan penjudi (termasuk dia yang ikut-ikutan lari).

Mendengar hal itu, seharusnya si pemuda bersyukur. Sebab secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, suara tersebut berhasil membubarkan aktifitas manusia kurang kerjaan yang hobi mengisi waktu dengan kegiatan tak berguna. Namun berhubung saat itu otak sang pemuda sedang terganggu gara-gara makan bebek goreng, dia jadi emosi. Kurang lebih, si pemuda berpikir seperti ini :

  • Pertama : Para pemabuk dan penjudi itu salah.
  • Kedua : Namun mereka adalah pria-pria pemberani. Sebab TUHAN pun tidak mereka takuti. Biarpun mabok dan judi adalah perbuatan dosa, kalau dilakukan bisa masuk neraka, tapi mereka tak ambil peduli.
  • Ketiga : Pak RT sudah berkali-kali memberi nasehat tapi tidak diindahkan. Buat apa takut pada pak RT..? Pada Tuhan saja mereka tidak takut..?
  • Keempat : Akhirnya mereka lari saat mendengar suara hantu.
  • Terakhir : Kita boleh bersyukur sebab mereka menghentikan aktifitasnya. Tapi yang tidak bisa diterima adalah, bila Tuhan pun tidak mereka takuti, lalu kenapa harus takut pada hantu..?

Berdasar pemikiran tersebut maka si tampan langsung bangkit dari duduk, maju menghampiri pintu rumah lalu menggebraknya : BRAAK..!!!

Terang saja dia marah. Sebab walau manusia-manusia itu salah, tapi kenapa si hantu, yang biarpun berhasil menghentikan kesalahan tersebut, malah menjerumuskan pelakunya pada hal yang lebih salah lagi. Yaitu membuat mereka takut. Padahal jujur saja, takut pada hantu (atau jin) terkadang menjadi pintu gerbang menuju musyrik.

Lagipula, bisa saja suatu saat nanti, mereka itu, manusia ngawur itu, mabok dan berjudi di tempat lain yang bebas hantu. Tapi mungkin, ketakutan mereka tetap ada. Dan berarti, kesalahan mereka bertambah. Sudah mabok, berjudi, eh takut hantu pula.

Itulah akhirnya yang membuat si tampan menyimpulkan bahwa biarpun tidak bisa membuat mereka berhenti mabok dan berjudi, maka tak apalah bila bisa membuat si hantu berhenti mengganggu. Itu pula sebabnya dia menggebrak pintu lalu dengan nekat berteriak :

“Wooii, cepat keluaaaarr…!!! Ayo nongol kalo berani..!!!”
“Woooiiii….!!!”

Tapi sia-sia saja. Jangankan menongolkan diri, sekedar tawa ngikik pun tidak ada. Padahal, bila berkenan, si pemuda ingin mengajak berdiskusi. Tentang bagaimana cara membebaskan warung dari kegiatan judi tanpa harus membuat pelakunya ketakutan. Siapa tahu si hantu punya ide cemerlang untuk menyelesaikan masalah ini.

Kalau toh ternyata si hantu hanya berniat mengganggu, si tampan sudah memikirkan langkah selanjutnya. Menyuruhnya berhenti menakuti manusia. Dan andai dia tidak mau, maka tak ada jalan lain. Mending si hantu dipukuli saja. Toh konon katanya dia berjenis kelamin wanita, jadi mungkin tidak sekuat hantu pria. Siapa tau dia kalah lalu kapok.

Jam setengah lima.
Sebentar lagi adzan subuh. Untuk terakhir kalinya, si tampan berteriak :

“Woooiii….”


*Berhubung rokoknya tidak jadi dijadikan taruhan, maka menurut si tampan, rokoknya masih halal


6 komentar:

  1. Emangnya Pemuda tampan berwajah purnama tapi berkantong tipis itu sapa Gie?.. btw kritik sosialnya kena banget..! tapi ga terkesan menggurui.. thanks ya.

    BalasHapus
  2. dikao emang ngincer rokoknya kali ya mas? hehehe

    BalasHapus
  3. pemuda tampan berwajah purnama.... hhmm.... godain kita dong....
    hahahaha....

    BalasHapus
  4. Yaaah, kl udah ada clue berupa tampan, ganteng atau purnama seharusnya kan sudah gak perlu nanya mbak. Sebab dari dulu sampai sekarang, orangnya ya itu-itu juga. gak berubah

    Mbak.., punya solusinya..?
    Sebab gara2 kasus ini daku jadi bingung kl ditawarin ngopi atau rokok
    Sebab daku gak tau duit yang dipake buat bayar itu duit judi atau bukan

    NB : Sekarang dah ada kemajuan. Judi nya pake taruhan uang. Parah

    BalasHapus
  5. Kl itu sih nggak mbak. Sebab biarpun gak bawa uang, terkadang, kl daku datang kesitu ditawarin rokok atau kopi
    Sebab mereka tahu, bahwa terkadang, daripada buat beli rokok, mending duitnya dipake ngempi

    BalasHapus
  6. Hahaha...
    Godaan itu, lebih baik, daku tujukan pada kaum hawa bang..

    PEACE

    BalasHapus