Selasa, 28 November 2006

Reuni dan silaturahmi yang berkesan




Reuni yang penuh warna
Hitam, putih, merah jambu serta abu-abu
Silaturahmi yang penuh rasa
Suka, duka, kangen, tawa, bahkan sebal yang menggelegak di dada
Piknik yang tak bisa di lupa
Senang-senang, hura-hura, lapar, dan capek saat mendorong mobil sebegitu jauhnya

Sabtu, 25 November 2006

Jangan tanya pendapat saya




Dulu saat masih bersekolah di SMP dan SMA saya sering disuruh mengerjakan soal dengan format seperti ini :


a. Menurut anda bagaimanakah Bla.. Bla.. Bla..?
b. Blah.. Bleh.. Blah.. Bleh.., jelaskan pendapat anda..?


Dan akibatnya jawaban yang saya berikan harus disesuaikan terlebih dahulu dengan konteks pertanyaan tersebut, yaitu mencoba untuk mengemukakan "pendapat saya", yang terkadang jauh berbeda dengan teori yang diajarkan oleh bapak atau ibu guru. Akhirnya seringkali pendapat saya dianggap kurang tepat dan diberi nilai enam, delapan bahkan nilai nol.


Padahal jika dilihat dari soal yang diajukan, jawaban tersebut seharusnya tidak boleh disalahkan. Kenapa? karena yang ditanyakan oleh soal tersebut adalah bagaimana pendapat saya, bukan pendapat bapak/ibu guru. Jadi seharusnya jawaban yang diberikan mengacu pada apa yang "saya pikirkan" bukan apa yang "pak guru inginkan". Begitu teorinya.


Contohnya saja bila kita ingin bertanya tentang perlu tidaknya beribadah kepada Tuhan. Bila diajukan dalam format "Menurut anda, Bla bla bla.." maka jawaban yang diperoleh pasti sangat bervariasi, tergantung kepada siapa kita bertanya. Seorang agamawan pasti akan menjawab bahwa beribadah itu perlu, disertai dengan dalil-dalil dari kitab suci yang mendukung pernyataannya. Mungkin begitu pula dengan pendapat orang biasa. Akan tetapi lain halnya bila pertanyaan tersebut diajukan pada seorang atheis, niscaya dia akan berkata bahwa ibadah itu tidak ada gunanya. Lha wong Tuhannya saja tidak ada kok, lalu untuk apa diibadahi..?


Nah sekarang bagaimana jika anda tidak setuju dengan pendapat tersebut, bisakah anda menyalahkan mereka? Tentu tidak, karena mereka bisa mengelak sembari berkata "Lha kalau pendapat anda lebih benar dan pendapat saya salah, lalu kenapa? Bukankah yang ditanyakan oleh soal tersebut adalah pendapat saya, bukan pendapat anda..? Jadi terserah saya dong mau menjawab apa".


Begitulah masalahnya. Pendapat seseorang sangatlah subyektif. Bila kita meminta pendapat seribu orang tentang sesuatu hal, mungkin saja akan kita dapatkan seribu pendapat yang berbeda.


Jadi kesimpulannya, jika kita hanya ingin mengetahui pendapat seseorang maka tidak ada salahnya kalau kita bertanya dengan format seperti diatas. Namun jika pertanyaan tersebut digunakan dalam ujian nasional misalnya, lebih baik formatnya dirubah saja. Tapi dirubah seperti apa...? Nah, itu yang belum sempat saya pikirkan.

Kamis, 16 November 2006

...

Bagi sebagian orang pantat adalah bagian tubuh yang menjijikkan
Karena pantat itu tempat keluarnya kotoran
Juga tempat membuang gas sisa-sisa pencernaan
Sehingga di muka bumi ini, hal-hal jelek sering dikaitkan dengan pantat
Contohnya saja, orang yang tak tahu malu disebut sebagai si muka pantat
Dan di Amerika sana, salah satu ejekan yang populer adalah KISS MY ASS
yang artinya CIUM PANTAT SAYA
itulah joroknya pantat bagi kita


Tapi anehnya, di Indonesia terkadang pantat dianggap sebagai sumber kesejahteraan
Menjadi benda berharga yang jadi bahan rebutan
Di negeri ini pantat tidak hanya dicium, tapi juga di elus dan di jilat-jilat
Semakin tingi status dan harta yang dimiliki, semakin enaklah pantat yang dipunyai
Sehingga semakin banyak pula orang yang ingin menjilati
Ah, entahlah. Mungkin pantat itu rasanya lebih manis dari es krim atau gulali


Untungnya, mungkin karena pantat termasuk barang berharga
Maka hanya orang-orang tertentu yang bisa menikmatinya
Sedangkan bagi saya dan orang biasa lainnya
Pantat itu ya tetap menjijikkan, yang tak pantas dijilat-jilat
Mungkin karena saya ini orang udik yang ketinggalan mode dan tidak trendi
Tapi tak apalah, toh bagi saya pantat yang paling berharga
Adalah pantat saya sendiri, bukan pantat orang lain
Dan itupun, masih saya anggap sebagai bagian tubuh kotor
Yang tak pantas untuk sering-sering dilihat, apalagi dijilat-jilat


Dipersembahkan bagi
Mereka yang berebut untuk menjilat pantat orang nomor satu di Amerika sana

Negeri kita, ternyata...

Di tengah maraknya unjuk rasa menentang kedatangan selebritis nomor satu dunia, akhirnya pemerintah memaparkan alasan kenapa Bush harus tetap disambut dengan ramah. "Indonesia dapat mengambil banyak manfaat dari kunjungan ini, kita bisa mendapatkan bantuan ekonomi, pendidikan, militer ataupun menjalin kerjasama lain yang menguntungkan". Itulah yang dikatakan oleh menlu Hasan Wirayuda, yang secara tidak langsung mewakili aspirasi rakyat indonesia. Namun, apakah keputusan pemerintah ini benar-benar menyuarakan aspirasi kita..? Mari kita lihat.


1. Dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa "penjajahan diatas muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan". Sedangkan Bush seperti yang sudah kita ketahui, telah menginvasi serta menjajah Afghanistan dan Irak, tanpa alasan yang bisa dipertanggung jawabkan. Nah, pertanyaannya adalah, apakah menyambut dan menerima kedatangan Bush dengan imbalan sejumlah dollar itu menyiratkan penolakan kita terhadap penjajahan...?


Jawab : Iya


Kenapa..? Karena yang diserang itu negara lain, bukan kita. Apalagi Bush bukan melakukan penjajahan, tapi sekedar memberantas terorisme global serta membasmi senjata pemusnah massal yang kebetulan di dalangi oleh pemimpin negara lain. Hanya itu kok, bukan menjajah kok. Jadi semeriah apapun sambutan kita terhadap Bush ya oke-oke saja, tidak melanggar kode etik yang tersirat dalam UUD 1945.


2. Sila kedua pancasila menegaskan bahwa bangsa indonesia berdasarkan pada "kemanusiaan yang adil dan beradab". Apakah pembantaian yang dilakukan Bush terhadap ratusan ribu rakyat sipil yang tak berdosa sudah sesuai dengan dasar negara kita..?
 
Jawab : Mungkin saja iya


Kenapa..? Karena :
- Definisi "kemanusiaan" itu masih relatif
- Keadilan bisa dibeli dengan uang (apalagi dalam bentuk dollar)
- Beradab..? Peradaban yang paling maju bisa ditemukan di Amerika
Jadi, mananya yang tidak sesuai..?


3. Islam mengajarkan bahwa sesama muslim adalah bersaudara, tidak dibatasi oleh perbedaan bangsa dan negara. Islam juga mengajarkan bahwa umat muslim itu ibarat satu tubuh, jika yang satu disakiti maka yang lain pun akan sakit pula. Apakah sikap pemerintah ini sudah mencerminkan rasa sakit yang dirasakan warga negara indonesia yang mayoritas muslim..?


Jawab : Memang tidak


Tapi..? Negara kita kan bukan negara agama. Jadi sesakit apapun perasaan rakyat indonesia, tidak boleh mempengaruhi kebijakan yang diambil pemerintah. Entah menerima Bush atau tidak itu tidak boleh di sangkut-pautkan dengan agama. Nanti PAMALI namanya.


4. Keputusan pemerintah adalah simbol aspirasi rakyat. Saat Hitler menginvasi negara tetangga, rakyat jerman (ras arya) dianggap sebagai NAZI juga. Gara-gara Bush bertindak semena-mena maka rakyat Amerika pun banyak yang kena getahnya. Maka apakah sikap pemerintah ini juga menyiratkan jati diri bangsa kita..?


Jawab : Sepertinya sih iya


Kenapa..? Saat ini tenggang rasa dan tepo seliro yang konon menjadi ciri khas bangsa indonesia sudah mulai luntur. Rakyat lebih mementingkan dirinya sendiri. Entah tetangga sedang sakit atau bahkan mati, itu bukan urusan kita lagi. Yang penting sudah mengucapkan bela sungkawa dan berdoa sekedarnya, maka cukuplah bagi kita. Itupun kalau kita punya waktu untuk sekedar berduka cita. Karena itu biarpun Afghan, Irak, Iran, atau Malaysia diserang dan diinjak-injak, tidak ada hubungannya dengan Indonesia. Asal sudah mengecam tanpa berbuat apa-apa ya sudah cukup lah.


Jadi kesimpulannya, biarpun nanti Bush (atau siapa pun juga) meluluh lantakkan muka bumi ini, asal dia bersedia memberi sogokan dana pada Indonesia, maka kita harus tetap beramah tamah dalam menerima kedatangannya. Paling tidak itulah yang dicerminkan oleh pemerintah kita. Yang mau tidak mau mewakili sikap kita sebagai rakyat Indonesia.

Sabtu, 11 November 2006

Dimana Kunci Pintu Rumahku..?




Sebenarnya aku ingin pulang, ingin tidur dan istirahat di rumah
Tapi kunci pintu yang kutaruh disaku celana, jatuh entah dimana
Jadi, sudah beberapa tahun ini aku tidur di teras
Karena hotel, losmen dan emper toko, terasa tak nyaman ditinggali
Ternyata aku memang tak pernah bisa nyenyak berbaring, selain di rumah sendiri
Bagiku, tempat yang paling pas untuk ngorok ya tetap disini


"Sudah, dobrak saja Gie...", kata tetanggaku
"Gunakan tubuh gagah perkasa yang kau miliki", tetangga lain menimpali
Lalu Prak... Dug... Gedubrak..., AHAAA!!! Akhirnya Patah, Remuk,
Dan hancur seluruh tulangku
Si pintu besi tetap kokoh berdiri
"Kalau ingin masuk, kamu harus punya kunci"
Itu katanya kepadaku, via telepati


OK, kalau begitu aku turuti saja nasehat Pak Sardi
Coba membuka pintu rumah dengan kunci lemari, kunci mobil, kunci motor
Bahkan kunci kombinasi yang amat rumit, hingga jadi semakin sulit
Tapi tetap saja percuma, si pintu besi tak kunjung terbuka
Hingga akhirnya karena putus asa, minggatlah aku ke tukang kunci
Juga pergi ke kantor polisi
Lapor bahwa kunci rumah sudah hilang beberapa tahun ini
Membuatku layaknya seorang raja yang tak bisa kembali ke istana sendiri


Tapi merekapun tak banyak membantu. Tak bisa berbuat banyak
Mereka berkata bahwa pintu ini bukan sembarang pintu,

Butuh kunci yang bukan sembarang kunci
Yang tak bisa diduplikasi, atau diperbanyak demi kepentingan sendiri
Di seluruh pelosok negeri ini mungkin hanya ada satu yang cocok,
Diantara ratusan juta kunci lain
Jadi kalau tidak aku cari, maka pintu rumah ini kan tetap tertutup rapat
Untuk bertahun, berwindu, bahkan berabad-abad lagi


Ya, begitulah ceritanya
Sekarang aku berprofesi sebagai pencari kunci
Yang bahkan sering mencuri kunci pintu orang lain

Untuk dicoba dirumah sendiri

Lama sudah aku menjadi gelandangan berdasi
Hingga kemarin, saat pintu rumahku tiba-tiba terbuka dengan sendirinya
Dan ku temukan sebuah benda kecil menempel erat disana
Tunggu, ini kan bukan kunci yang hilang itu. Ini kunci yang lain
Tapi sebentar, rasanya pernah kulihat kunci ini
Dulu, ya dulu sekali


Purwokerto, 29 okt 2006


togie de lonelie

Cerita si sakit

Pada dasarnya kita lebih mudah mengingat Allah jika sedang ditimpa kesusahan, daripada saat diberi kemudahan. Saya rasa mungkin sebab itulah Allah sering memberikan berbagai cobaan pada kita, agar kita selalu "tergoda" untuk mengingat-Nya, untuk beristighfar kepada-Nya, atau untuk melaksanakan segala kewajiban kita sebagai umat-Nya. Ya, bisa kita anggap bahwa semua cobaan itu adalah salah satu bentuk cinta-Nya kepada kita.


Salah satu contoh yang mudah ditemui adalah apa yang dirasakan oleh mereka yang sakit, atau keluarganya, atau teman dekatnya. Untuk lebih mudahnya, mari kita umpamakan kedalam sebuah cerita. Alkisah ada beberapa remaja gaul, funky, dan trendi, yang sering lupa untuk mengingat sang pencipta. Apalagi untuk bersedekah, shalat dan puasa. Ah, mungkin itu hanya dilakukan setahun sekali saja, pada saat hari raya tiba. Namun suatu hari salah seorang dari mereka jatuh sakit dan harus di opname. Nah disinilah perilaku mereka terlihat berbeda.


Si sakit yang senang berhura-hura lambat laun tersadar bahwa sikapnya tersebut tidak bermanfaat sedikitpun jika sakitnya ini ternyata berakibat kematian. Dia merasa menyesal karena waktu yang dihabiskan untuk berfoya-foya tidak dipergunakan untuk beribadah dan memenuhi kewajibannya. Dia juga merasa iri pada teman-temannya yang diberi kesehatan, yang bisa dimanfaatkan untuk beribadah sebelum mereka ditimpa rasa sakit seperti yang dia alami. Nah sejak itulah si sakit mengisi hari-harinya dengan dzikir dan doa, dengan shalat yang khusyu yang bahkan jarang dia lakukan sewaktu sehat. Dia berjanji bahwa kelak jika sembuh, dia akan mengabdikan hidupnya untuk selalu beribadah, untuk menebus dosa dan kelalaian yang diperbuat. Agar kelak jika ajal menjemput, dia tidak mati dengan perasaan menyesal.


Begitu pula dengan teman-temannya. Mereka merasa begitu kehilangan. Si sakit adalah orang yang ceria, yang selalu dapat menghidupkan suasana. Yang dapat membuat situasi biasa menjadi meriah laksana pesta pora. Karena itu sejak dia ditimpa sakit, teman-temannya selalu rajin menjenguk. mereka jadi lebih sering berdoa, berharap agar si sakit dapat kembali ceria. Sekaligus bersyukur bahwa mereka masih diberi kesehatan, sehingga dapat beraktifitas secara biasa.


Hari berganti dan minggu berlalu. Si sakitpun kembali sehat seperti sediakala. Seperti janjinya, perilakunyapun lambat laun berubah. Dari seorang yang gemar berhura-hura menjadi seorang yang suka menyendiri. Menghabiskan waktunya untuk berdoa dan mengaji. Si sakit seakan telah menjadi sosok yang berbeda. Dari seorang remaja biasa, menjadi sosok yang istimewa. Yang menjadikan rasa sakit sebagai pengingat akan segala karunia-Nya. Menjadikan kesehatan yang dimiliki sebagai tambang subur untuk selalu bersyukur.


Ya.., namun seiring berlalunya waktu saat dia kembali dikaruniai nikmat yang berlimpah mungkin dia akan kembali seperti dulu. Lalai dan seenaknya sendiri. Sampai suatu hari Allah kembali mengkaruniakan anugerahNya pada hamba yang Ia sayangi, yang Ia beri petunjuk agar mengingat-Nya kembali. Ya, barangkali Allah akan memberinya kesempatan untuk sakit lagi. Agar bisa khusyu berdoa dan beribadah secara intens lagi.

Rabu, 08 November 2006

Cerita tentang pohon mangga milik saya


Pagi ini, saya lihat lagi buah mangga yang tergantung rimbun pada pohonnya. Jumlahnya sekitar 80 buah. Ya, cukup banyak memang. Sehingga saat panen tiba diperlukan tiga karung besar untuk menampung semuanya.

Ah, saya jadi teringat peristiwa sebulan lalu dimana saya melihat pohon-pohon ini juga, dengan perasaan gembira. Ada tiga buah pohon mangga ditempat saya yang alhamdulillah sudah berbuah semuanya. Masing-masing mempunyai buah lebih dari 50 butir. Saat itu saya membayangkan bahwa kelak buah ini akan saya petik semuanya, saya simpan hingga matang dan sebagian akan saya bagikan pada teman-teman di kampus. Mereka pasti senang. Maklum saja, namanya juga anak kost. Jadi lebih baik buah mangga itu saya barter kan dengan catatan statistika yang mereka punya. Hm, lagipula kalau hanya diberikan pada empat atau lima anak pasti cukuplah, dirumah pasti masih ada sisa.


Sayangnya, peristiwa itu terjadi sebulan yang lalu. Sekarang buah mangga yang tersisa paling tinggal separuhnya. Ya, di kampung saya memang banyak superhero musiman, banyak BATMAN (Manusia Kelelawar) yang doyan mangga. Yang kalau siang sekolah atau bekerja tapi malamnya suka nangkring entah dipohon mana. Jadi wajar saja kalau saya pun jadi salah satu korbannya,


Apalagi bulan ramadhan kemarin beberapa anak kecil yang suka nongkrong di masjid secara baik-baik meminta buah mangga pada saya, dan dengan bijaksana saya jawab dengan berkata "Nanti ya, kalau sudah matang saja". Mereka pun menurut walaupun ada sebagian anak yang menunjukkan wajah cemberut.


Kemudian ada lagi, ternyata banyak juga laporan yang masuk pada saya. Katanya si A suka mencuri mangga. Jadi dengan garang saya labrak dia. Tapi coba bayangkan apa yang terjadi..? Dia berkata seperti ini : "Lho mas, wong si B aja juga ikut ngambil kok...!". OK, jadi selanjutnya saya temui si B tapi dia pun mengadukan perbuatan si C. Saat saya marahi si C dia melaporkan aksi kriminalnya si D. Dan saat saya ancam si D dia malah memberikan informasi tentang si E. AARRGGHHH...!!!!


Pada akhirnya saya menggunakan opsi terakhir yang saya punya. Buah mangga yang hilang itu saya ikhlaskan saja, toh musim depan insya Allah saya masih bisa menikmati mangga ini lagi. Dan yang pasti, saat itu pohon mangga milik saya pasti sudah lebih besar, buahnya lebih banyak, rasanya lebih manis dan enak.


Lagi pula mungkin saja para superhero itu, para BATMAN, BATCHILD dan BATADULT itu memang tidak berniat untuk mencuri mangga. Mungkin mereka malu kalau harus berbicara secara langsung dengan pria setampan saya. Jadi wajar kalau mereka minta ijin secara diam-diam, dari hati ke hati, lewat telepati. Walaupun pasti permintaan tersebut tidak sampai pada saya. Lha wong saya ini bukan orang sakti. Tapi berpikir positif saja lah. Yang baik-baik saja.


Tapi apakah tindakan saya ini bijaksana..? Saya rasa sih iya. Coba kalau saya bersikeras untuk tidak memaafkan mereka, hati ini pasti dongkol jadinya. Marah, mangkel, kesuh dan misuh-misuh yang tak tentu rimbanya. Benar-benar mengganggu kegiatan saya. Jangankan saat sedang kuliah di kampus, lha wong saat shalat saja terkadang yang saya ingat cuma buah mangga kok..., kurang khusyu rasanya.


Jadi ya itu tadi, semoga saja mereka tahu bahwa kalau masing-masing orang hanya mengambil satu atau dua buah saja sih tidak apa-apa. Saya ijinkan. Agar nanti mereka tidak dikategorikan berbuat dosa soalnya kalau sudah dapat ijin ya bukan mencuri lagi namanya.



Purwokerto, 07 nov 2006


Togie de Lonelie


 

Tribute to Tarmo : Pertengkaran Kita Saat Itu


Seperti yang sudah diketahui oleh sebagian besar penduduk kampung ini bahwa saya dan Tarmo adalah sepasang sahabat yang tak terpisahkan. Semenjak SMP, SMA bahkan hingga hari kelulusan tiba kami selalu berbagi suka dan duka. Main, nongkrong, ngopi atau merokok bersama. Latihan silatpun berangkatnya berdua. Bahkan pernah suatu kali di Stadion Mini, di depan bioskop Rajawali kami sama-sama dikejar waria, yang mungkin merasa marah dan tidak terima karena Tarmo berbuat usil sambil memperlihatkan giginya. Ya, seperti itulah kami, selalu bersahabat tanpa pernah bertengkar sekalipun.

Tunggu Gie.., tidak pernah sekalipun..? Eh, sebenarnya pernah ding, tapi cuma satu kali. Itu pun hanya seminggu lamanya. Dengan alasan yang sama sekali tak bisa dicerna Logika. Tapi biarpun begitu, pertengkaran tersebut tidak bisa dianggap remeh. Sebab saking marahnya kami jadi saling menghina. Tak lagi bertegur sapa, selalu menghindar jika bertatap muka.


Sebenarnya penyebab pertengkaran itu amatlah sederhana. Dulu kami pernah berjanji untuk berkelahi. Saling baku hantam dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki. Kegiatan yang sudah beberapa kali dilakukan namun hasilnya tetap saja seri. Tak ada yang menang, tak ada yang kalah. Nah, tetapi secara sepihak saya batalkan rencana itu. Jadi wajar kalau dia marah.


Begitulah. Singkat cerita, pertengkaran itu kami isi dengan saling mencaci maki secara sembunyi-sembunyi. Entah kenapa saya merasa amat bahagia melihat dia menderita, dan akan bermuram durja jika melihat dia sedang puas tertawa. Kami berlomba untuk saling membeberkan aib lawan. Saya mengadukan perbuatan dia yang dulu saat SMP selalu mengajak membolos les komputer dan latihan pramuka. Dia juga balik bercerita tentang kelakuan saya yang hanya mau ditraktir tanpa pernah membalasnya. Disaat sibukpun terkadang kami masih menyempatkan diri untuk saling membenci, memikirkan cara untuk saling menjatuhkan. Terkadang saya berdoa agar dia ditimpa kemalangan. Entah itu salah potong rambut, salah makan, ban kempes di jalan, atau kemalangan yang lain. Intinya, penderitaan dia adalah kebahagiaan buat saya.


Lho, benarkah segawat itu..? Saya kira iya. Sebab para penduduk kampung pun dibuat heran oleh kami. Mereka seakan tak percaya pada apa yang sedang terjadi. Sepasang sahabat yang berjenis kelamin laki-laki, yang dari dulu telihat akrab sekali, hingga ada yang berkata bahwa andai saja kami ini berlawanan jenis pasti sudah dijodohkan menjadi suami istri tiba-tiba saja terlibat dalam perang dingin yang hebat. Dua RT yang bertetangga, yaitu RT saya dan RT nya dia diliputi suasana mencekam, seakan sedang menghadapi teror dalam pekatnya malam.


Untunglah seminggu kemudian perang dingin tersebut mencair dengan mudahnya. Mas Tarsan, seorang ustadz sekaligus pengurus mushalla berusaha untuk mendamaikan kami. "Seorang laki-laki tidak boleh bermusuhan dengan saudaranya selama lebih tiga hari" begitu kata beliau. Lalu...


DEG..!!!!!


Tiba-tiba saya tersadar bahwa ternyata kami terlalu kekanak-kanakan. Menghabiskan begitu banyak waktu untuk saling bermusuhan, yang bahkan penyebabnya pun sudah hampir kami lupakan. Duh Gusti..., betapa khilafnya diri ini.


Akhirnya dengan sedikit canggung dan jaga gengsi kami saling mengulurkan tangan, saling memaafkan, berbaikan dan mengakhiri segala pertengkaran. Rasa kesal yang selama beberapa hari terakumulasi dalam hati pun seakan sirna dengan sendirinya. Rasa was-was berganti dengan ketenangan yang amat menentramkan. Rasanya plong, damai, bebas, lepas, dan.. Ah, entah kata apa lagi yang pas untuk menggambarkan perasaan yang saya alami.


Sebenarnya sampai sekarang pun saya masih menyesali pertengkaran tersebut. Tapi saya juga bersyukur, karena ternyata cukup dengan membuka hati untuk saling memaafkan maka rasa permusuhan yang ada dapat sirna dengan mudahnya.


Purwokerto, 7 Nop 2006


Togie de Lonelie

Alasan untuk tidak meminta maaf


1. Dia lebih muda dari saya. Dia harus menghormati saya. Karena itu seharusnya dialah yang meminta maaf pada saya.

Saya rasa yang paling tepat justru sebaliknya. Anda sebagai pihak yang lebih tua harus memberi contoh pada mereka yang lebih muda. Sebab kalau yang tua saja tidak bisa dijadikan teladan, tidak mau meminta maaf, siapa nanti yang jadi panutan anak-anak kita.


2. Dia kan lebih tua, jadi seharusnya dia mau memberi contoh, mau berbesar hati meminta maaf pada saya.



Lho bukankah sudah jadi tradisi bahwa kita harus menghormati orang yang lebih tua. Tidak pantas rasanya jika mereka yang terlebih dahulu meminta maaf pada kita. Pamali namanya. Buktinya saat lebaran tiba para anak mudalah yang sungkem pada orang tuanya. Bukan malah sebaliknya.


3. Dia yang salah, karena itu dia yang harus meminta maaf


Nah itulah masalahnya. Karena sudah berbuat salah dia pasti merasa canggung dan gengsi kalau disuruh meminta maaf. Pasti malu kalau harus terang-terangan mengaku. Karena itu pula sebaiknya kita lah yang terlebih dahulu memulai untuk meminta maaf. Agar kelak kecanggungan itu berkurang hingga dia bisa berkata "Maafkan aku juga ya.., sebenarnya aku yang salah.."


4. Yang salah itu saya, karena itu saya malu mengakuinya


Wah kalau begitu anda bersiap-siap saja masuk neraka. Tuhan maha pengampun, mau memaafkan dosa kita. Tapi kesalahan yang dilakukan pada orang lain, harus terlebih dahulu mendapat maaf darinya. Kalau tidak ya tanggung saja resikonya.


5. Dia kan pria sedangkan saya wanita. Sudah sepantasnya dia meminta maaf pada saya.



Oo, begitu. Asal tahu saja ya bahwa dalam hidup berumah tangga seringkali istri menjadi pihak yang harus terus mengalah. Harus mau mengurus rumah, membimbing anak, memasak, tanpa punya banyak kesempatan untuk protes pada suami. Jadi lebih baik sekarang minta maaf saja sana. Hitung-hitung latihan melapangkan dada agar saat nanti berumah tangga tidak kaget.


6. Saya ini laki-laki. Jantan, tampan, rupawan. Masa harus meminta maaf pada wanita..? Gengsi lah ya...


Bah kalau begitu anda ini laki-laki tak tahu diri namanya. Anda ini kan laki-laki, kelak akan jadi suami yang memimpin anak istri. Kalau tidak bisa berbesar hati, lebih mementingkan ego dan gengsi, bagaimana bisa anda menjadi suami yang baik..? Yang dapat mengayomi keluarga..?

Senin, 06 November 2006

Love at the first sight, Hm...?

Love at the first sight atau cinta pada pandangan pertama sangatlah tidak masuk akal, itu yang sering saya dengar dari orang dewasa. Di berbagai ceramah, selebaran, mading, surat kabar, mailling-lits maupun blog, banyak dibahas teori dan alasan yang mendasari mustahilnya cinta jenis ini. Ada alasan yang masuk akal & realistis ada pula alasan yang jauh dari logika dan akal sehat. Semuanya ada, lengkap dengan pro dan kontranya. Namun sayang, berhubung daya ingat yang mengenaskan karena malas menghafal maka kalau disuruh menyebutkan teorinya satu-persatu saya menyerah saja. Lebih baik angkat tangan sambil menundukkan kepala daripada harus mengobrak-abrik memori yang bertumpuk tak beraturan diotak saya.


Salah satu alasan yang ajaibnya masih bisa saya ingat adalah bahwa love at the first sight itu merupakan cintanya anak ABG yang sama sekali tidak dewasa. Yang belum bisa membedakan antara cinta, nafsu, kagum, ataupun sekedar rasa suka. Yang bahkan akan bingung tak karuan jika ditanya tentang komitmen, tanggung jawab, toleransi, cara menghargai, sikap saling mengerti, dan hal rumit lain yang terkandung dalam cinta. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kalau ditanya hal mendasar saja dia tidak bisa, maka bagaimana mungkin dia mengaplikasikan cinta pada kehidupan selanjutnya. Bagaimana mungkin cintanya anak ABG itu bisa tahan terhadap berbagai gelombang dan kemelut yang dihadapi orang dewasa. Bagaimana bisa disebut cinta jika tidak bisa diaplikasikan dalam kehidupan berumah tangga.


Adapula yang berkata bahwa love at the first sight itu hanyalah segumpal nafsu, yang timbul karena ketertarikan fisik semata. Cinta tanpa memandang sifat, sikap dan kepribadian kita. Sebuah cinta ilusi yang sebenarnya hanya berupa keinginan untuk memiliki.  Contohnya saja, Rasa suka terhadap HP bagus membuat kita ingin memiliki HP tersebut. Rasa cinta terhadap harta membuat kita ingin menjadi orang kaya. Begitu pula cinta terhadap bentuk fisik, yang ternyata hanya berupa nafsu untuk menguasai. Jika suatu saat tubuh rusak karena kecelakaan, penyakit atau usia maka kita sudah tidak perlu lagi untuk mencintai. Begitu teorinya. Lain halnya jika cinta tersebut didasari ketertarikan pada sifat, sikap dan pribadi. Itu lebih tertuju pada keinginan untuk saling memberi, bukan sekedar memiliki. Separah apapun fisik kita, jika sifat dan kepribadian yang dimiliki tetap sama, mungkin cinta itu akan tetap ada.


Namun ternyata ada sebagian orang tetap kukuh berpendapat bahwa love at the first sight itu nyata. Biasanya manusia jenis ini  telah mengalami sendiri apa yang dinamakan cinta pd pandangan pertama. Mereka tipe orang yang dalam waktu sekilas, bisa langsung berucap bahwa dia sedang jatuh cinta. Yang walaupun tanpa ribut-ribut mendiskusikan masalah komitmen dan tanggung jawab tapi bisa berumah tangga dengan bahagia. Hingga mempunyai beberapa anak serta cucu yang berjumlah dua puluh tiga. Jadi walaupun sulit untuk dijelaskan secara teori, namun mereka sudah memiliki bukti. Tak perlulah kita berteori panjang lebar untuk memberi bukti bahwa mata memang berfungsi untuk melihat. Begitu pula manusia dalam kelompok ini, mereka tak perlu lagi memikirkan hal-hal rumit hanya untuk membuktikan apa yang mereka alami.


Untuk mengkompromikan dua pendapat yang berbeda ini, saya punya sebuah solusi. Kalau memang anda berpendapat bahwa love at the first sight itu hanya omong kosong belaka ya silahkan saja. Asal jangan menghina perasaan yang dimiliki oleh kakek-kakek tua, yang enam dasawarsa lalu jatuh cinta pada pandangan pertama, terhadap seorang wanita, yang sampai sekarang masih tetap menjadi istrinya. Tapi kalau anda adalah cowok SMA yang kurus, berjerawat, kumal namun rupawan, yang secara spontan langsung mengklaim telah jatuh cinta pada adik kelas berbadan besar, bermata tajam, ber-aura sangar, serta menjadi anggota perguruan beladiri yang tak pernah kalah melawan seniornya, anda jangan nekat menyimpulkan bahwa itu hanya nafsu fisik semata. Karena siapa tahu saja si do'i marah, sehingga hanya dengan sekali pukul nyawa anda bisa diantar dengan selamat ke alam baka.


Purwokerto, 30-Oktober-2006


Togie de Lonelie

Jumat, 03 November 2006

Puisi : Sebuah Pencarian






Pernah daku bimbang dalam melangkah, layaknya musafir yang kehilangan arah
Kaki ini hanya bisa berjalan mengikuti laju angin
Yang setelah berputar-putar entah kemana, akhirnya kembali lagi ketempat semula
Hh, tak ada kemajuan sama sekali
Tak ada perubahan yang berarti


Pernah pula daku berdoa
Berharap akan datangnya angkutan kota
Yang membawa daku ke kantor polisi, atau kementerian informasi
Hingga bisa bertanya kemana sebenarnya diri harus pergi
Kemana harus pinjam uang untuk beli air minum dan sikat gigi
Dimana bisa numpang mandi, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan lagi


Yang lebih sering adalah, daku menyerah dan putus asa
Marah, protes dan mengeluh tidak terima
Karena tampaknya Tuhan begitu tega, tak mau mengabulkan doa hambanya
Padahal apa sih susahnya bagi Tuhan untuk berkata Kun...
Fayakun
Agar diri ini tak lagi tersesat diruang hampa?


Tapi ternyata daku salah
Tuhan tak memberikan burger atau pizza langsung dari langit saat kita lapar
Tak pula memberi contekan saat kita kalut karena tak bisa mengerjakan soal ujian
Dia memberi pertolongan dengan cara-Nya sendiri, bukan dengan cara kita
Agar kita tidak menjadi manja, agar kita mau berusaha
Untuk meraih keinginan yang terucap dalam setiap doa
Setelah ditunjuki-Nya jalan yang tersedia bagi kita


Ternyata daku lupa
Bahwa Dia selalu memberi petunjuk menurut kemampuan hamba-Nya
Tukang batu, pemulung dan pengemis, profesor, bahkan gembong kriminal sekalipun
Tidak diberi petunjuk dengan cara yang sama
Ada yang rumit, ada pula yang serba sederhana
Pokoknya semua serba berbeda


Ah, tapi terkadang Dia menjawab doa yang sama
Oleh orang yang sama, dengan cara yang sama pula
Seakan ada papan yang bertuliskan rambu-rambu diotak kita
Hingga dengan jelas bisa kita baca tulisan yang ada
"Kamu seharusnya seperti ini lho..., seperti yang dulu itu"
"Ayo.., sekarang berusaha sana"
"Agar tercapai segala doamu..."


Alhamdulillah ...
Akhirnya kegalauan yang selama ini melanda
Bimbang, resah, putus asa, kalut, bingung, tangis, akan satu hal yang sama
Ternyata terjawab dengan cara yang teramat sangat sederhana
Hanya perlu waktu tak lebih dari satu detik, serta beberapa menit sesudahnya
Agar daku tersenyum seketika, dilanjutkan dengan nyengir bahagia
Dan selanjutnya berucap "Ah, ini dia"


Purwokerto, Sabtu 28 Okt 2006


Togie de Lonelie


Keterangan Gambar : Dinding, lukisan, eternit, lampu dan pintu kamar saya. Hihi, bagus ya...?