Pada dasarnya kita lebih mudah mengingat Allah jika sedang ditimpa kesusahan, daripada saat diberi kemudahan. Saya rasa mungkin sebab itulah Allah sering memberikan berbagai cobaan pada kita, agar kita selalu "tergoda" untuk mengingat-Nya, untuk beristighfar kepada-Nya, atau untuk melaksanakan segala kewajiban kita sebagai umat-Nya. Ya, bisa kita anggap bahwa semua cobaan itu adalah salah satu bentuk cinta-Nya kepada kita.
Salah satu contoh yang mudah ditemui adalah apa yang dirasakan oleh mereka yang sakit, atau keluarganya, atau teman dekatnya. Untuk lebih mudahnya, mari kita umpamakan kedalam sebuah cerita. Alkisah ada beberapa remaja gaul, funky, dan trendi, yang sering lupa untuk mengingat sang pencipta. Apalagi untuk bersedekah, shalat dan puasa. Ah, mungkin itu hanya dilakukan setahun sekali saja, pada saat hari raya tiba. Namun suatu hari salah seorang dari mereka jatuh sakit dan harus di opname. Nah disinilah perilaku mereka terlihat berbeda.
Si sakit yang senang berhura-hura lambat laun tersadar bahwa sikapnya tersebut tidak bermanfaat sedikitpun jika sakitnya ini ternyata berakibat kematian. Dia merasa menyesal karena waktu yang dihabiskan untuk berfoya-foya tidak dipergunakan untuk beribadah dan memenuhi kewajibannya. Dia juga merasa iri pada teman-temannya yang diberi kesehatan, yang bisa dimanfaatkan untuk beribadah sebelum mereka ditimpa rasa sakit seperti yang dia alami. Nah sejak itulah si sakit mengisi hari-harinya dengan dzikir dan doa, dengan shalat yang khusyu yang bahkan jarang dia lakukan sewaktu sehat. Dia berjanji bahwa kelak jika sembuh, dia akan mengabdikan hidupnya untuk selalu beribadah, untuk menebus dosa dan kelalaian yang diperbuat. Agar kelak jika ajal menjemput, dia tidak mati dengan perasaan menyesal.
Begitu pula dengan teman-temannya. Mereka merasa begitu kehilangan. Si sakit adalah orang yang ceria, yang selalu dapat menghidupkan suasana. Yang dapat membuat situasi biasa menjadi meriah laksana pesta pora. Karena itu sejak dia ditimpa sakit, teman-temannya selalu rajin menjenguk. mereka jadi lebih sering berdoa, berharap agar si sakit dapat kembali ceria. Sekaligus bersyukur bahwa mereka masih diberi kesehatan, sehingga dapat beraktifitas secara biasa.
Hari berganti dan minggu berlalu. Si sakitpun kembali sehat seperti sediakala. Seperti janjinya, perilakunyapun lambat laun berubah. Dari seorang yang gemar berhura-hura menjadi seorang yang suka menyendiri. Menghabiskan waktunya untuk berdoa dan mengaji. Si sakit seakan telah menjadi sosok yang berbeda. Dari seorang remaja biasa, menjadi sosok yang istimewa. Yang menjadikan rasa sakit sebagai pengingat akan segala karunia-Nya. Menjadikan kesehatan yang dimiliki sebagai tambang subur untuk selalu bersyukur.
Ya.., namun seiring berlalunya waktu saat dia kembali dikaruniai nikmat yang berlimpah mungkin dia akan kembali seperti dulu. Lalai dan seenaknya sendiri. Sampai suatu hari Allah kembali mengkaruniakan anugerahNya pada hamba yang Ia sayangi, yang Ia beri petunjuk agar mengingat-Nya kembali. Ya, barangkali Allah akan memberinya kesempatan untuk sakit lagi. Agar bisa khusyu berdoa dan beribadah secara intens lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar