Kali ini saya ingin turut menulis tentang poligami, mungkin sedikit terlambat tapi tak apalah. Saya tahu bahwa sudah banyak MPer’s yang membahas tema ini.
Kebetulan, minggu lalu pak dosen manajemen membagikan pengalamannya, beliau bercerita tentang temannya sesama pengusaha yang sukses berpoligami dengan empat istri tanpa menimbulkan konflik yang berarti. Padahal keempatnya tinggal dalam satu rumah.
Dalam berpoligami paling tidak ada beberapa syarat yang harus kita penuhi diantaranya adalah : Bisa berlaku adil, mempunyai kecukupan rizki, tidak dilakukan dengan niat menyakiti, dan lain sebagainya. Tapi masalahnya walaupun syarat tersebut dirasa bisa dipenuhi, terkadang masih ada yang menghalangi yaitu sulitnya mendapat ijin dari istri.
Dalam manajemen pemasaran ada satu hal yang harus kita perhatikan dalam menjaring konsumen yaitu “segmentasi”. Artinya harus tahu segmen kita seperti apa. Contohnya saat membuka sebuah restoran mie yang mewah yang harganya cukup mahal, paling tidak konsumen kita adalah mereka yang tergolong kaya. Apakah hanya itu..? Ternyata tidak. Orang kaya tersebut haruslah suka makan mie. Lalu..? Dia juga harus berdomisili di
Sebenarnya teori segmentasi cukup mudah dipahami, sayangnya hanya sedikit orang yang berusaha untuk mengembangkan teori tersebut kedalam ruang lingkup yang lebih luas. Contohnya adalah pengusaha yang akan saya ceritakan.
Alkisah ada seorang pengusaha besar yang ingin berpoligami. Masalah bisa adil atau tidak itu urusan nanti yang penting dia harus mendapat ijin dari istri. Kenapa..? Karena perusahaan yang dia pimpin adalah warisan dari mertua, jika sang istri tidak setuju dan minta cerai kemungkinan besar dia akan kehilangan beberapa perusahaannya. Karena itulah dia mencari trik-trik berdasarkan teori manajemen.
Triknya sederhana, dia mengkondisikan seolah-olah perusahaan sedang berada di ambang kebangkrutan. Lalu dia berkata kepada istrinya bahwa setelah bertanya ke orang pintar, satu-satunya cara untuk menyelamatkan perusahaan adalah dengan menikah lagi. Itu adalah syarat yang tidak bisa diganggu gugat. Alasannya…? Sama sekali tidak ada karena biasanya berita dari dunia ghaib seringkali datang tanpa disertai alasan. Akhirnya dengan berat hati si istri pun mengijinkan.
Tak berapa lama ternyata si pengusaha mulai ketagihan. Lagi-lagi dia ingin menambah istri. Trik yang digunakan masih sama. Perusahaan dibuat mengalami sedikit peningkatan tapi masih berada dalam situasi yang rawan. Kemudian dia berkata bahwa agar perusahaan lebih cepat pulih maka istrinya harus ditambah satu lagi. Bagaimana reaksi istri pertama..? Tentu kaget. Tapi dia terlanjur mempercayai ucapan sang suami sebab sudah terbukti bahwa setelah menikah lagi perusahaan mulai membaik. Ijin dikeluarkan. Istri kedua pun setali tiga uang.
Cukupkah..? Ternyata tidak. Karena bosan menikah dengan perempuan paruh baya dia pun ingin mempunyai istri yang lebih muda. Sayangnya dia masih menggunakan trik yang sama sehingga ketiga istrinya mulai curiga. Untunglah istri pertama dan kedua tidak banyak mengeluh karena mereka sudah terbiasa merasakan pahitnya dimadu, tapi tidak begitu dengan istri ketiga yang ternyata mempunyai kecerdasan diatas rata-rata. Apalagi sang suami sudah keterlaluan karena calon istrinya ini ternyata masih berusia 17 tahun sehingga lebih pantas dijadikan cucu.
Masalah pun mulai timbul, istri ketiga mau memberi ijin tapi dengan satu syarat bahwa setelah menikah selama tiga bulan istri muda ini harus diceraikan. Bukankah sang orang pintar hanya berkata bahwa satu-satunya solusi untuk memulihkan perusahaan adalah dengan menikah lagi..? Jadi kalau syarat orang pintar tersebut sudah dipenuhi, tidak jadi masalah kalau istri tersebut langsung diceraikan. Yang penting
Sayangnya istri ketiga tidak menyangka bahwa sang suami ternyata lebih pintar, namanya juga pengusaha besar. Tiga bulan setelah menikah ketiga istrinya menuntut agar istri keempat segera diceraikan. Tapi dengan entengnya si suami menjawab :
“Diceraikan..? Kok tega sih..? Dia kan sedang hamil muda, apa kalian tidak punya rasa kasihan sedikitpun..? Bagaimana jika kalian yang hamil muda, lalu saya ceraikan begitu saja..? Bagaimana perasaan kalian..?”
Glek.., ketiga istri pun diam. Tanpa bisa berargumen apa-apa. Sang suami tersenyum puas. Dia sudah berusia lanjut, hanya mampu untuk mempunyai empat istri jadi tidak perlu mencari trik baru untuk menikah lagi.
Lalu apa hubungannya dengan segmentasi..? Sangat erat. Dalam kasus ini sang suami mempertimbangkan bahwa :
- Istri pertama (yang dibesarkan dalam buaian harta) tidak akan mampu bertahan hidup tanpa kekayaannya. Dia lebih memilih untuk dimadu daripada hidup miskin.
- Istri kedua merasa bahwa dia telah menyakiti istri pertama. Jadi paling tidak dia juga harus rela jika dirinya dimadu.
- Istri ketiga pun sama namun dia tidak terima jika sang suami seenaknya memperistri daun muda yang masih bau kencur. Itu keterlaluan namanya. Jadi dia hanya mau memberikan ijin dengan satu syarat yang harus dipenuhi.
- Sang suami sadar bahwa dia harus mempertimbangkan perbedaan antara istri ketiga dengan dua istri lainnya. Dia pun mencari solusi untuk mengatasi permasalahan ini.
- Untungnya istri keempat sedang dalam masa subur, jadi bisa diperkirakan bahwa beberapa saat setelah menikah dia akan hamil. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh suami. Dijadikan alasan agar tidak bisa bercerai.
Begitulah, teori segmentasi harus bisa kita aplikasikan pada berbagai bidang kehidupan. Bukan hanya untuk sukses berpoligami, tapi juga sukses dalam segala hal.
Togie de lonelie
Purwokerto, Desember 2006
Dinihari