Sabtu, 25 November 2006

Jangan tanya pendapat saya




Dulu saat masih bersekolah di SMP dan SMA saya sering disuruh mengerjakan soal dengan format seperti ini :


a. Menurut anda bagaimanakah Bla.. Bla.. Bla..?
b. Blah.. Bleh.. Blah.. Bleh.., jelaskan pendapat anda..?


Dan akibatnya jawaban yang saya berikan harus disesuaikan terlebih dahulu dengan konteks pertanyaan tersebut, yaitu mencoba untuk mengemukakan "pendapat saya", yang terkadang jauh berbeda dengan teori yang diajarkan oleh bapak atau ibu guru. Akhirnya seringkali pendapat saya dianggap kurang tepat dan diberi nilai enam, delapan bahkan nilai nol.


Padahal jika dilihat dari soal yang diajukan, jawaban tersebut seharusnya tidak boleh disalahkan. Kenapa? karena yang ditanyakan oleh soal tersebut adalah bagaimana pendapat saya, bukan pendapat bapak/ibu guru. Jadi seharusnya jawaban yang diberikan mengacu pada apa yang "saya pikirkan" bukan apa yang "pak guru inginkan". Begitu teorinya.


Contohnya saja bila kita ingin bertanya tentang perlu tidaknya beribadah kepada Tuhan. Bila diajukan dalam format "Menurut anda, Bla bla bla.." maka jawaban yang diperoleh pasti sangat bervariasi, tergantung kepada siapa kita bertanya. Seorang agamawan pasti akan menjawab bahwa beribadah itu perlu, disertai dengan dalil-dalil dari kitab suci yang mendukung pernyataannya. Mungkin begitu pula dengan pendapat orang biasa. Akan tetapi lain halnya bila pertanyaan tersebut diajukan pada seorang atheis, niscaya dia akan berkata bahwa ibadah itu tidak ada gunanya. Lha wong Tuhannya saja tidak ada kok, lalu untuk apa diibadahi..?


Nah sekarang bagaimana jika anda tidak setuju dengan pendapat tersebut, bisakah anda menyalahkan mereka? Tentu tidak, karena mereka bisa mengelak sembari berkata "Lha kalau pendapat anda lebih benar dan pendapat saya salah, lalu kenapa? Bukankah yang ditanyakan oleh soal tersebut adalah pendapat saya, bukan pendapat anda..? Jadi terserah saya dong mau menjawab apa".


Begitulah masalahnya. Pendapat seseorang sangatlah subyektif. Bila kita meminta pendapat seribu orang tentang sesuatu hal, mungkin saja akan kita dapatkan seribu pendapat yang berbeda.


Jadi kesimpulannya, jika kita hanya ingin mengetahui pendapat seseorang maka tidak ada salahnya kalau kita bertanya dengan format seperti diatas. Namun jika pertanyaan tersebut digunakan dalam ujian nasional misalnya, lebih baik formatnya dirubah saja. Tapi dirubah seperti apa...? Nah, itu yang belum sempat saya pikirkan.

10 komentar:

  1. jelaskan pendapatnya yg bkin soal ini mngenai bla...bla..bla...

    BalasHapus
  2. anu.., bla.. bla.. bla gimana ya mas...?
    saya kurang paham

    BalasHapus
  3. hmm....aku paling suka soal kaya gitu...
    tanya tentang pendapat...
    jawabannya kan ga ada yang salah...
    tapi kenapa sering disalahin yah???

    BalasHapus
  4. iya rum, apalagi pas lomba dokter kecil dulu. Ada pertanyaan seperti ini :

    - Menurut anda, tempat sampah yg sehat itu yang seperti apa..?
    Lalu daku dan temen2 jawab : yang bersih & yang bebas dari penyakit.

    Tapi coba tebak apa kata juri...?

    Jawaban yang benar adalah tempat sampah yang tertutup.

    GUBRAK!!!!

    yang bener aja pak.., kalo tempat sampah tertutup tapi didalamnya berisi bangkai atau bom atom, mana bisa dibilang sehat...? Masih mending jawaban saya. Tempat sampah yang bersih pasti sehat, apalagi yg bebas dari kuman penyakit. Iya kan,...? Makanya daku g menang lomba rum. Hiks...

    Terus satu lagi, pas smp ada pertanyaan seperti ini :

    Jika ada orang yg kecelakaan apa yg kamu lakukan...?

    Dan daku jawab : "biarkan saja bu" lalu daku disalahkan. Katanya kita harus memberi pertolongan

    Padahal pan kl orang cidera itu tidak boleh diutak-atik sembarangan rum, kalo lehernya patah tidak boleh langsung diangkat. paling tidak kita harus tau tg PPPK lah. Makanya kl saya disuruh menolong apa nanti si korban tidak tambah celaka...?

    Aneh benar

    BalasHapus
  5. kalo boleh berpendapat nih mas togie....kalo menurut saya, guru tdk kreatip dlm membuat pertanyaan sedangkan siswa/murid sangat kreatip dalam memberikan jawaban....sesuai dgn hukum "guru kencing berdiri, murid kencing berlari.....hehehe...salam kenal... :)

    BalasHapus
  6. yup, dan terkadang jawaban yang kreatif tersebut dianggap tidak tepat. Alasannya..? Karena tidak sama seperti yang tertulis di buku atau di kunci jawaban

    BalasHapus
  7. gie...
    bagaimana pendapat kamu kalau ada orang yang garuk2 kepala melulu ???
    :P

    BalasHapus
  8. Gubrak...
    Ampun ndu.., ampun.., jangan teruskan lagi
    Keteguhan hati daku pun ada batasnya ndu
    Kalau daku ganti headshot, nanti daku kehilangan kepribadian
    Tolong ndu..

    *Sambil buka-buka dompet

    BalasHapus
  9. nyari apaan????
    nyari photo baru buat ganti hetsot ya???
    :D

    BalasHapus