Valentine, betapa umat muslim mulai ribut jika tanggal 14 Februari menjelang. Ada yang mengecam, ada yang membolehkan, bahkan ada yang mencibir sikap keduanya. Valentine, seakan-akan menjadi ajang adu argumen yang rutin diadakan setiap tahun.
Sejarah
Alkisah, dahulu kala kaisar Claudius II mewajibkan setiap lelaki romawi untuk mengikuti wajib militer lalu dikirim ke medan perang. Mereka dilarang menikah karena pernikahan hanya membuat mereka lemah. Prajurit tidak akan bisa berkonsentrasi memenangkan peperangan jika masih memikirkan istri dan anak di kampung halaman.
Akan tetapi terdapatlah seseorang yang bernama Saint Valentine. Beliau seorang penganut katholik yang tetap konsisten untuk menikahkan pasangan romawi. Menurut beliau cinta adalah anugerah dari tuhan dan menikah adalah satu-satunya jalan untuk men-sah-kan anugerah tersebut. Hukum manusia tak bisa membatasi berlakunya hukum Tuhan. Karena sikapnya inilah sang pendeta akhirnya harus meregang nyawa, dihukum mati oleh sang penguasa.
Realita
Sayangnya, pola pikir masyarakat kita terkadang begitu ngawur, benar-benar amburadul. Mereka menetapkan hari kematian sang santo sebagai hari kasih sayang, artinya hari mengekspresikan rasa cinta. Untuk ini, diperlukan berbatang-batang coklat, bunga, sentuhan, rabaan, bahkan kegadisan. Akibatnya tidak sedikit yang menganggap bahwa hari valentine adalah saat yang tepat untuk melepas keperawanan. Konon katanya demi cinta.
Para ulama pun terkadang kurang berpikir panjang. Mereka membuat statement bahwa memperingati hari valentine adalah bid’ah. Sebenarnya saya setuju dengan pendapat ini. Tapi sayang, mereka kemudian berkata bahwa "Memperingati hari valentine sama saja dengan menuhankan yesus”. Yang sebenarnya kalau dirunut-runut statement ini sangat tidak nyambung.
Ok, yang pertama kali menetapkan perayaan ini memang Paus Gelasius I, seorang penganut kristiani. Tapi peringatan tersebut hanyalah sebatas peringatan saja, seperti peringatan hari kemerdekaan Negara kita. Coba anda buka bible, tolong tunjukkan ayat mana yang memerintahkan umat kristiani untuk merayakan valentine..!! Saya rasa tidak ada. Dan parahnya lagi, ada beberapa kasus dimana yang disalahkan bukanlah perayaan valentine-nya, tapi sang Saint Valentine sendiri, yang mungkin tidak tahu menahu bahwa kelak hari kematiannya akan dirayakan secara besar-besaran.
Lalu, mari kembali ke masa kini. Mari buka mata, amati realita. Lihatlah para ulama kita, banyak dari mereka yang masih tunduk dan patuh pada hukum yang dibuat penguasa walaupun hukum tersebut jelas-jelas bertentangan dengan syariat agama. Dan menurut saya, sikap Saint Valentine sangat pantas untuk diteladani oleh para ulama kita. Bukan malah dijelek-jelekkan padahal dirinya sendiri gemetar jika berhadapan dengan penguasa. Tanpa berani melawan.
Karena itu, marilah kita berusaha untuk lebih bersikap terbuka. Sebelum membuat pernyataan tentang valentine, lebih baik kita teliti dulu tentang apa valentine itu, tentang siapa saint valentine sebenarnya. Mari kita belajar betapa berartinya sebuah perjuangan, bahwa sikap konsisten terhadap hukum agama terkadang diikuti resiko mengorbankan nyawa. Bukan malah bermesraan, berpelukan, berduaan bahkan sampai mengorbankan keperawanan.
Itulah pendapat saya, yang setuju dengan sikap Saint Valentine namun menentang keras perayaan Valentine. Lha wong maknanya saja sudah beda kok. Yang satu bertema perjuangan, yang satunya lagi diisi dengan mesra-mesraan. Gak ada hubungannya.
KKN LemahJaya,
Februari 2007
link :
Valentine - Menuhankan yesus