Jumat, 13 Juli 2007

[Jomblo] Ternyata Tidak Kalah Menyenangkan, Alasannya..?



Banyak orang salah menyangka bahwa hidup menjomblo itu rasanya hampa, padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu. Menjomblo atau tidak, kita tetap bisa membahagiakan diri. Semua bergantung pada bagaimana kita mencari celah atau peluang untuk menikmati hidup, dalam kejombloan ataupun sebaliknya.

Hidup menjomblo, berarti kita punya banyak waktu luang untuk dipergunakan semau kita, tanpa dibatasi oleh aturan tak resmi yang seringkali membelenggu mereka-mereka yang mempunyai pacar. Hidup menjomblo juga berarti bahwa kita punya banyak kesempatan untuk mengekspresikan diri. Dan yang paling penting adalah, dengan hidup menjomblo maka uang kita lebih bisa dihemat.

Salah satu contoh nyata dari hal ini adalah apa yang dialami oleh mahasiswa Teknik Elektro Unsoed berwajah purnama yang senantiasa menjomblo sekian lama. Mahasiswa yang satu ini, mempergunakan seluruh waktu luangnya untuk bersenang-senang. Bangun pagi dengan senang, mandi dengan riang, kuliah penuh senyum, dan belajar dengan cengar-cengir sambil garuk-garuk kepala. Bagi orang awam, mungkin hal ini amat biasa, tapi tidak begitu bagi si mahasiswa purnama. Saat ini, kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang paling ideal untuknya. Dia bisa menjalani hari dengan rasa suka karena tidak terbebani dengan masalah-masalah percintaan yang bikin pusing kepala. Yang walaupun katanya berpacaran itu penuh dengan kebahagiaan, namun acapkali saat dirundung masalah, rumitnya lebih bikin stress daripada mata kuliah elektronika dan Teknologi Sistem Kontrol.

Hidup menjomblo juga memacu kreatifitas yang dia punya. Banyak tulisannya yang terinspirasi oleh teman-temannya yang sudah punya pacar. Menyangkut kebahagiaan mereka, romantisme mereka, problematika mereka, bahkan duka dan lara mereka. Namun tidak seperti manusia lainnya, mahasiswa ini bebas menulis tentang apa yang dialami teman-temannya, yang tidak mungkin bisa sebebas itu jika dia sendiri sudah punya pacar.

Misalnya saja ada salah seorang temannya yang putus cinta, sang mahasiswa bisa saja menulis bahwa temannya itu begitu stress, trauma terhadap lawan jenis, hingga akhirnya memilih untuk bergaya hidup homo. Atau jika temannya sedang bahagia, tetap saja kebahagiaan itu dibuat tak berlangsung lama. Contoh, si teman baru diberi hadiah oleh pacarnya. Tapi tiga hari kemudian datang nota tagihan dari toko suvenir yang mengatakan bahwa si teman tersebut harus membayar uang sejumlah satu milyar rupiah karena semua hadiah tersebut ternyata di-hutangkan atas nama dia. Berbohongkah..? Tentu tidak. Karena dia menuliskan hal tersebut sebagai permisalan, sebagai inspirasi saja, bukan kisah nyata.

Satu hal lagi yang membuat mahasiswa ini suka hidup menjomblo yaitu keiritannya. Seperti telah diketahui bahwa mahasiswa yang satu ini amat jarang punya uang. Untuk main internet saja harus dari warnet teknik yang tarifnya seribu perak per jam. Kenapa bisa begitu..? Karena dia hanya diberi uang saku sebanyak lima ribu perak per hari oleh orang tuanya. Dan uang itu niscaya akan habis untuk membeli bensin satu liter.

Karena itulah dengan amat kreatif dia menjalankan gaya hidup irit. Dia jarang ngeluyur kesana-kemari menggunakan sepeda motor. Kenapa..? Agar bensin yang sedianya digunakan untuk satu hari, bisa diirit-irit sampai tiga hari. Dan uang bensin hari-hari selanjutnya digunakan untuk online dari warnet teknik yang tarifnya seribu perak per jam.

Sekarang coba anda bayangkan bilamana sang mahasiswa tersebut mempunyai pacar. Niscaya dia harus mengantar-jemput pacarnya, atau menemani pacar tersebut kesana-kemari menggunakan motor, atau sering-sering ngapel, atau apa saja yang membutuhkan bensin. Dan akibatnya, dia tidak bisa lagi online dari warnet teknik yang tarifnya seribu perak per jam, lalu depresi, lalu bunuh diri, tapi tidak jadi, akhirnya dia lari pagi, ketemu dengan gadis manis dari RT sebelah, kemudian disapa dengan "selamat pagi mas togiee.." dan selanjutnya dia memutuskan pacarnya secara sepihak.

Nah, coba anda lihat. Ternyata, kadangkala jadi jomblo bisa lebih nikmat dari mereka yang punya pacar. Tak ada beban pikiran yang tidak perlu, tak ada romantika cengeng, tak ada saling cemburu, tak ada pikiran-pikiran ngeres terhadap pacar, tak ada stress gara-gara kehabisan duit, pokoknya semua yang berbau musibah pacaran tidak dapat ditemui dalam diri sang mahasiswa berwajah purnama.

Note : Jomblo itu pilihan, bukan keterpaksaan

23 komentar:

  1. yo ws lah Gie.. manut... JOMBLOooooooo

    BalasHapus
  2. Note : Jomblo itu pilihan, bukan keterpaksaan
    ==================================
    bukannya hidup itu pilihan ya gie :)

    BalasHapus
  3. anak Teknik nge-JOMBLO dah biasaaaaa...
    ntr kan klo dah lulus, trus punya kerjaan mapan, banyak yg ngejar2
    hehehehhehe..
    aamin...

    BalasHapus
  4. hidup jomblo............................:))

    BalasHapus
  5. ngikut ah....hidup jomblo...!!!!

    BalasHapus
  6. Jomblo mang nikmat, tapi dah maried tambah nikmat kali yah....?!^_^

    BalasHapus
  7. hidup jomblo!
    itu lagi ngomongin diriku po bukan si?

    BalasHapus
  8. Nah.., iya kan mbak.., bener kan...?

    HIDUP MBAK FEE....!!!

    BalasHapus
  9. Yup, jomblo sebagai sebuah pilihan hidup

    *Untung bisa disambung-sambungin

    BalasHapus
  10. HIDUUP..., HIDUUP..., HIDUUP...!!!

    BalasHapus
  11. Jomblo..? Susah matinya...!!!
    Kecuali kalo udah sampai pada waktunya
    Hahaha...

    HIDUP JOMBLO...!!!

    BalasHapus
  12. Memang dikau ini jomblo pin..?
    Lha, terus om-om berjenggot yang kemaren dikau boncengin itu sapa..?

    NB : Selamat berlayar ya, jgn lupa oleh-olehnya

    ^_^

    BalasHapus
  13. Jomblo donk..?

    Perasaan diriku ngga pernah boncengin om-om yang berjenggot deh!
    kamu salah liat kali!

    BalasHapus
  14. Hh, ternyata sebagai sesama fungsionaris klub jomblo tingkat lokal
    (Daku di desa dan dikau di kost-kostan)
    Kita punya prinsip yang sama ya mbak
    Seiring sejalan
    Dalam menempuh kerasnya hidup

    BalasHapus
  15. Jomblo donk..?

    Perasaan diriku ngga pernah boncengin om-om yang berjenggot deh!
    kamu salah liat kali!

    BalasHapus
  16. Hh, ternyata sebagai sesama fungsionaris klub jomblo tingkat lokal
    (Daku di desa dan dikau di kost-kostan)
    Kita punya prinsip yang sama ya mbak
    Seiring sejalan
    Dalam menempuh kerasnya hidup

    BalasHapus
  17. kalo berdua sebagai sepasang suami istri emang lebih baik mbak
    sebab suka-duka nya suami istri, bisa tetap menjadi berkah
    tapi kalo berdua sebagai pacar, terus keadaan ekonomi (dan lainnya) mirip seperti yang daku alami
    mendingan ya sendiri aja
    daripada nanti depresi

    BalasHapus
  18. Ooh, kalo om-om yang tidak berjenggot berarti daku gak salah liat ya pin..?
    Terus dia siapa..? pacar kamu..?

    ^_^

    BalasHapus