Jumat, 13 Juli 2007

[--Jomblo--] Tiga Fase Salah Persepsi yang Mengenaskan



Jomblo adalah keputusan, bukan keterpaksaan, ini adalah suatu keniscayaan. Namun sayangnya, banyak orang yang mengidap salah persepsi tingkat kronis. Mereka menganggap bahwa punya pacar adalah suatu keharusan. Dan bila mereka bertemu dengan seorang jomblo tampan yang hobinya cengar-cengir sambil garuk-garuk kepala, niscaya mereka akan berusaha mati-matian agar jomblo tersebut melepaskan status kejombloannya dengan segera mencari dan mendapatkan pacar. Paling tidak, hal inilah yang dialami oleh seorang jomblo tampan dari kota Purwokerto yang terkenal dengan logat bicaranya yang khas.

Begini, dalam satu minggu jomblo yang satu ini telah mengalami tiga fase tragis kejombloan. Bukan karena status jomblonya, tetapi karena ada pihak-pihak tak bertanggung jawab yang dengan seenaknya sendiri memutuskan jalan hidup seorang jomblo. Fase tersebut adalah sebagai berikut :

Fase Awal : Mahasiswa yang berwajah purnama PASTI punya pacar

Pada malam minggu, mahasiswa ini ngelayab ke warung di samping rumah. Disana dia berkumpul dengan ribuan jomblo lainnya yang ingin menikmati status kejombloannya tanpa dibebani urusan pacar. Sekian lama dia menghabiskan waktu untuk bermain catur, bertanya tentang gadis manis dari beberapa RT, pamer pulsa HP, minum es jeruk banyak-banyak, dan lain sebagainya. Namun sayangnya, ditengah aktifitasnya tersebut, muncul dua orang gadis yang merupakan tetangganya si gadis manis dari RT sebelah. Secara spontan (sambil ikut bermain catur) mereka bertanya : "Mas, udah punya pacar belum..? Namanya siapa..? Dibawa kesini sih napa..?".

Dan pertanyaan tersebut dia jawab dengan nyengir bangga sambil berkata : "Daku belum punya pacar, Hahaha..!!!"

Apakah selesai sampai disini..? Ternyata tidak. Secara sepihak kedua gadis tersebut langsung memvonis

"DUSTA..!! Mas Togie PASTI sudah punya pacar. Ayolah mengaku saja..!!"
.

Bah, kalimat yang amat menyebalkan sehingga terpaksa dia harus berkata : "Yup, daku memang sudah punya pacar kok. Tuh, dirumah ada banyak. Tak taruh kantong plastik. Kalo dikumpulin, mungkin ada satu karung. Kamu mau..? Nanti tak ambilin satu"

Dan mereka pun berhenti bertanya demi mendengar jawaban seperti ini.

Fase Menengah : Mahasiswa yang berwajah purnama HARUS punya pacar

Suatu malam di samping rumah, berkumpullah beberapa pemuda dari berbagai spesies. Ada anak SMP, bujangan, mahasiswa, pekerja, bahkan ada yang sudah punya anak. Mereka sedang mengadakan acara bakar singkong bersama. Dinaungi langit malam, diterangi cahaya rembulan, diselingi suara riuh yang berasal dari perut keroncongan. Dalam waktu singkat singkong yang tak seberapa banyak itu pun habis. Dan untuk mengisi waktu senggang, para pemuda asyik ber-sms dengan pacar atau istri mereka. Hanya ada dua orang yang bingung mau mengirim sms ke siapa, yaitu si mahasiswa tampan dan Tarmo. Melihat gelagat ini, seorang pemuda yang sudah punya anak-istri berinisiatif membuka bahan obrolan tentang kenapa mereka tidak punya pacar. Namun sebelum dijawab, dia buru-buru memberitahukan nomor HP gadis manis di belakang rumah si mahasiswa (ternyata yang manis bukan cuma si gadis manis dari RT sebelah saja).

Ooh, itu kan wajar Gie..?

Tentu saja. Andai dia tidak memaksakan kehendaknya dengan berkata bahwa kami harus mengirim SMS ke gadis manis tersebut. Si mahasiswa tampan, yang amat sayang terhadap pulsa HP tentu menolak, tapi akhirnya perintah tersebut dilakukan juga agar tidak terus-terusan dipaksa.

Cukupkah..? Ternyata tidak. Selanjutnya dia berkata bahwa andai si mahasiswa berpacaran dengan gadis manis di belakang rumah, sang pemuda akan mendukung. Baik sarana, prasarana, modal, biaya dan tetek mbengek lainnya. Bah, untung saja SMS tersebut gak dibalas. Karena yang dikirim adalah SMS amburadul yang biasa digunakan untuk mengomeli para mahasiswa teknik jikalau lagi BeTe.


Fase Keterlaluan : Mahasiswa berwajah purnama, mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela, HARUS punya pacar.

Ceritanya berawal saat sang mahasiswa berangkat kuliah kesiangan. Tanpa mandi, hanya cuci muka dan gosok gigi, dia melarikan motor jupiter merahnya yang Alhamdulillah cicilannya sudah lunas. Dengan situasi seperti itu maka wajar saja jika dia tidak begitu memperhatikan suasana di sepanjang jalan. Sepulangnya, setelah terburu-buru berangkat ke kampus tetapi ternyata dosennya datang lebih telat dari mahasiswa yang paling telat sekalipun, dia menghabiskan sore di warung samping rumah. Dan coba tebak apa yang terjadi disana..? Dia langsung dicecar dengan berbagai pertanyaan. Mulanya begini :

  • Mas, tadi waktu saya panggil kok tidak menyahut sih..? Itu lho mas, waktu njenengan liwat di depan SMEA. Saya kan punya pacar disitu. Ceritanya lagi ngapel mas.
  • Mas togie kan belum punya pacar ya...?
  • Kenapa belum punya mas..? Di Purwokerto kan banyak gadis cantik..?

Dan anehnya pertanyaan tersebut lambat laun berubah menjadi menyeramkan seperti ini :

  • Mas, tadi waktu mas Togie liwat di depan SMEA, saya lagi ngobrol-ngobrol dengan pacar saya lho mas
  • Pacar saya bareng sama teman-temannya
  • Temannya ada satu yang cantik banget
  • Bener deh mas, beneran cantik
  • Dia belum punya pacar
  • Dia punya HP
  • Saya tahu nomor HP nya
  • Mas togie mau..? Nanti saya kasih
  • Nih nomernya..
  • Lho.., mas...
  • Mas...
  • Maaasss...!!!!

(Togie langsung masuk kedalam warung, pesen es jeruk, makan mendoan, ngemil sale pisang, sambil ngomelin Tarmo)

Itulah tiga peristiwa menyeramkan yang daku alami dalam satu minggu. Semoga peristiwa ini tidak menimpa para jomblo bahagia yang lain. Agar mereka dapat menikmati status kejombloannya tanpa harus ngomel-ngomel dan uring-uringan dalam menghadapi tingkah polah umat manusia yang tidak memahami hikmah kejombloan

Note : Jomblo itu pilihan, bukan keterpaksaan

17 komentar:

  1. iya setuju.... jomblo itu memang pilihan....

    Gie... kmrn Jumat akhirnya kita2 dsini bikin event lo... niatnya sih pingin nyaingin ritual / agenda jomblo2 kebun singkong di tempatmu... hehehe

    BalasHapus
  2. yang jomblonya tenang-tenang aja, eh...yang lain malah uring-uringan,biasa itu mah, anggap angin aja deh...:)

    BalasHapus
  3. Hmmm.. Togie berwajah purnama, ya???
    *manggut-manggut*

    tapi kalo tidur kok ngiler, Gie?? :P~

    JUST KIDDING, BRO.. :D

    BalasHapus
  4. Event apa mbak...? Apakah masih event biasa yang biasa dikerjakan jomblo-jomblo biasa seisi dunia...?

    #Jomblo itu pilihan, HORAS

    BalasHapus
  5. Tapi bukan berarti bahwa hal itu boleh dibiarkan begitu saja mbak...
    Soalnya amat sangat mengganggu
    Yaah, walaupun mungkin mereka melakukan hal tersebut sebagai bentuk perhatian pada kita
    Tapi kan...

    BalasHapus
  6. Tapi kan sekarang sudah ganti headshot mbak...
    Walaupun masih bertema tidur, tidur dan terus tidur..

    *Mahasiswa ngiler berwajah purnama...?

    BalasHapus
  7. keliling candi, masuk candi, foto2 narsis di candi, jalan2 hunting foto nyari tempat bagus.trs makan2 di warung apung.makan ikan bawal nila asem manis.... nyummy...
    pokoke khusus buat jomblo... yg dah punya pacar sementara kalo mo ikut hrs melepas statusnya.. hehehe... asyik tenan pokoke.....

    BalasHapus
  8. Hahaha..., kok peraturannya sama...?
    Hm, seharusnya memang seperti itu. Menikmati kejombloan walau sebenarnya tidak dinikmati pun sudah nikmat

    BalasHapus
  9. Ini adalah fakta yang sering keliru ditafsirkan
    Sehingga para jomblo kadang mengalami kepala snut-snutan
    Ck, harus segera diperbaiki

    BalasHapus
  10. tulisan selanjutnya ttg tips n triks menghadapi makhluk non jomblo yang bikin kepala snut-snut

    BalasHapus
  11. Wah, kalo yang itu, daku nyerah
    Daku gak bisa
    Nyerah deh.., nyerah

    BalasHapus
  12. wekss.. dikamusmu ada kata "nyerah" juga to ??? hehehehehe....

    BalasHapus
  13. Lah, ngadepin mereka aja daku masih suka stress, gimana mo nulis tips n triks..?

    *Andai mereka bisa lebih memahami, hiks

    BalasHapus
  14. katanya kalo pingin dipahami, hrs bs memahami orang laen dulu.. tp masalahnya ini buka orang kok ya....

    BalasHapus
  15. katanya kalo pingin dipahami, hrs bs memahami orang laen dulu..

    BalasHapus
  16. Tapi kalo memahami orang lain yang pemahamannya nganeh-anehi, kita bukannya tambah paham mbak, tapi tambah bingung

    BalasHapus