Selasa, 31 Juli 2007

[Obrolan Warung Mie] Kristenisasi..?

Suatu hari di warung mie, saya berbincang dengan seorang teman yang terlihat depresi. Rambutnya acak-acakan, mukanya bingung, tiga gelas es teh membuat perutnya kembung. Tak terhitung berapa banyak rokok yang sudah habis dia hisap, yang pasti puntungnya tumpuk-menumpuk memenuhi asbak. Dengan penasaran, saya tanya dia. Siapa tahu dia sedang putus cinta, lalu bisa saya hina hingga makin menderita.

"Bro, lagi bingung mikirin apa..? Kok stress amat..?" Ujarku membuka pembicaraan

"Aku lagi ditimpa masalah gie, mau berbuat apapun, kok rasanya jadi serba salah"

"Lho, bukannya dari dulu kamu memang sering bermasalah? Daku kira kamu sudah terbiasa, gak perlu stress..?"

"Ck, kali ini beda gie. Kamu tahu kampung kecil di lereng gunung sana..? Yang banyak kandang sapinya..?"

"Oo, daku tahu. Kampung terbelakang itu kan..? Yang jalannya belum di aspal..? Yang kalau musim hujan beceknya gak ketulungan..? Tapi kalo musim kemarau debu-debu pada bertebaran..? Memang kenapa dengan kampung itu..? Tidak ada gadis cantiknya..?"

"Huh, ngaco kamu. Kemaren aku kasih bantuan kesana gie. Sembako plus beasiswa buat anak SD-SMP"

"Hm.., ya.., ya.., daku tahu. Dulu kan kamu pernah cerita"

"Memang gie, dulu sih baru rencana, yang harusnya berjalan lancar. Tapi sayang, pelaksanaannya gak semulus yang dibayangkan"

"Kenapa..? Karena kamu tidak memenuhi syarat kegantengan lalu diusir warga..?"

"Bukan.., serius dikit sih napa..?" Jawabnya dengan cemberut. Lalu mulai memberi penjelasan.

"Dulu kan aku sudah muter-muter nyari donatur, sebagai penyandang dana, sekaligus nyari sukarelawan juga. Nah, saat itu sih belum ada masalah gie. Tapi setelah donatur didapatkan, sembako habis dibagi, dan penerima beasiswa pun diumumkan, aku dituduh sebagai perusak ketentraman warga"

"Dituduh oleh penduduk sana..?"

"Kalau itu sih mending. Yang menuduh itu justru organisasi islam dan aktivis masjid yang kebetulan mengetahui kegiatan yang aku lakuin"

"Kok bisa..?". Tanyaku dengan heran

"Ya bisa gie. Sebab penyandang dananya adalah organisasi dari agama lain. Dan aku dituduh sedang berusaha melakukan penyebaran agama dengan motif bantuan kemanusiaan"

"Mm, bukankah memberi bantuan adalah hal yang wajar..? Kok bisa jadi rumit gitu..?"


"Iya. Soalnya disana dipasang spanduk yang bergambar logo organisasi tersebut. Yang dengan melihat logonya saja, siapapun pasti tahu agama apa yang ada di belakangnya. Nah itulah masalahnya gie. Padahal logo tersebut tidak hanya terpasang di spanduk saja, tapi juga di kantong plastik, kardus, karung, maupun amplop beasiswa yang diberikan pada warga."

"Oh, kalau begitu berarti kamu yang salah. Seharusnya saat memberi bantuan, jangan disertai dengan logo organisasi apapun. Biar semua berjalan lancar."

"Nggak bisa lah. Mana ada pemberian bantuan yang seperti itu. Lihat saja gie. Bantuan dari PBB, dari palang merah, dari partai, dari perusahaan, semua itu pasti ada logonya gie. Tapi tidak ada yang protes tuh. Jadi aku kira, gak papa dong kalau saat itu aku cantumin logo juga. Lagipula, bila organisasi dari agama kita memberikan bantuan, mereka juga memberi tahu darimana bantuan tersebut berasal kan..? Dari siapa, organisasi apa, dan semacamnya..?"

"Iya juga sih. Lalu solusinya..?"

"Akhirnya, bantuan itu aku stop saja gie. Padahal pinginnya sih bukan cuma diberikan satu kali, tapi berkesinambungan. Biar aku bisa tahu seberapa bermanfaat bantuan tersebut, apa kekurangannya, solusinya, dan lain sebagainya. Hingga desa tersebut bisa sedikit lebih maju gie. Tidak terbelakang terus"

"Oo, berarti masalahmu dah selesai dong..? Kok masih bingung..? Jangan-jangan tebakanku yang tadi bener..? Bahwa kamu ditimpa juga oleh masalah minimalistis wajah..?"

"PLETAKK..!!! Udah aku bilang kan gie..? Serius dikiitt gie...!!! Dikiiittt aja.., Huh..!!! Gini lho.., serius nih.., sebenernya setelah bantuan dihentikan, aku harap organisasi islam dan aktivis masjid sudi memberi bantuan pada warga, menggantikan kami. Sebab kalau kami yang membantu, mereka pada protes. Tapi nyatanya, mereka adem ayem aja tuh. Bahkan saat aku minta mereka menjadi donatur, mereka tidak mau. Padahal kamu tahu sendiri kan gie..? Hampir sebagian besar penduduk disana hidup dibawah garis kemiskinan, yang buat makan aja susah, apalagi buat nyekolahin anak, buat berobat ke rumah sakit, buat ini, buat itu, dan buat yang lainnya. Makanya gie. Apa umat kita ini berpikir bahwa lebih baik umat kita ini hidup terbelakang saja..? Sedangkan duit yang kita punya, digunakan hanya demi kepentingan kita..? bukan untuk membantu mereka..? Begitu gie..?"

"Yaahh, sebenernya daku pun jadi ikut bingung. Mungkin para pemrotes itu cuma hobi memprotes, biar dianggap vokal, biar diperhatikan, biar namanya terangkat. Lalu kalau disuruh memberi solusi, mereka memilih untuk diam. Nanti, kalau donatur kamu memberi bantuan lagi, mereka bisa mengulangi protesnya. Begituuuu terusss, tak berhenti. Tapi ini cuma kemungkinan lho, nggak tahu bener apa salah. Jadi aku tidak sedang menuduh"


"Iya gie, aku tahu kok. Ngomong-ngomong, kok jerawat kamu nambah lagi..? Jangan-jangan kamu pernah ke desa sana lalu diusir warga karena kebanyakan jerawat ya..? Makanya nuduh aku ikut diusir warga juga..? Jangan-jangan begitu ya..? Pasti iya deh"

PLETAKK..!!!


BERITA UTAMA MINGGU INI :
Seorang pemuda ditemukan tergantung terbalik dipohon mangga (tapi masih hidup). Kemungkinan besar karena kena jitak di warung mie. Hal ini dibuktikan dengan adanya luka benjol di bagian atas kepalanya. Plus bau mulut yang beraroma mie rebus tanpa telor.

NB : Menurut penyelidikan, diketahui bahwa si penjitak ternyata berwajah ganteng yang sedang kehilangan kegantengannya. Sayang, sampai sekarang belum diketahui identitas resmi pelakunya



Note : Dari obrolan ringan di warung mie, lalu dibikin cerita dengan semaunya. Jadi sudah tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.

Purwokerto, entah bulan apa. Yang pasti, saat warung mie baru sebulan atau dua bulan buka


14 komentar:

  1. kok jadi mirip dengan tulisan kemaren saya soal "Siapakah yang disebut dengan NORMAL itu ?". http://be2ny.multiply.com/journal/item/234

    ....kesimpulannya : "......kita dianggap nggak NORMAL bila kita tidak SAMA"

    BalasHapus
  2. kalau gitu, togie ja yang menggerakkan masyarakat untuk memberi bantuan ^_^

    BalasHapus
  3. Yaaa..., daku sih belum bisa menyimpulkan seperti itu bang
    Sebab itu cuma obrolan ringan antara daku yang cuma mahasiswa elektro, bukan aktivis
    Dengan abang pemilik warung yang cuma pemilik warung biasa, bukan aktivis
    Jadi belum cukup berkompeten untuk menyimpulkan apapun
    Cuma bisa menerawang berbagai kemungkinan

    BalasHapus
  4. @Sendu

    Aneh apanya ndu..?
    Kenapa mahasiswa ganteng kok jadi tidak ganteng lagi,,?

    BalasHapus
  5. Iya, bingung..
    Mbak punya solusinya..?

    BalasHapus
  6. Kyaaaaa..............!!!!!!!!!!!!

    ternyata daku juga termasuk mereka yang hanya bisa protes tanpa mau berbuat mbak..
    makanya daku baru bisa nulis-nulis begini saja
    cuma memprotes mereka yang memprotes dengan kemungkinan daku juga ikut diprotes

    BalasHapus
  7. nantikan orbrolan selanjutnya di warung mie lagi....^_^
    (warung mie yg penuh kenangan....)

    BalasHapus
  8. Kenangaaan, kehilangaann.., kesepiaann....
    Daku butuh obrolan cerdas lagiii...
    Tapi...,
    Hiks..

    BalasHapus
  9. gw teringat ada slh satu surat pendek dlm alqur'an yg menceritakan tentang pendusta agama. Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
    Mudah2an kita tidak termasuk orang2 pendusta agama.....

    BalasHapus
  10. amiinn...

    jadi kesimpulannya, menurut abang gimana..?
    meneruskan bantuan dari pihak2 tersebut
    atau menghentikannya..?

    BalasHapus